.: Faqih dan Musim Gugur Kedua:.

20150414

Maret adalah waktu bagi dedaunan untuk berganti-ganti warna kemudian meluruhkan diri. Tak terasa, ini adalah musim gugur kedua untuk Faqih selama bersekolah di Melbourne. Ada banyak kemajuan positif darinya saat ini. Sesuatu yang membuatku terharu kala mengingatnya lagi.

Memoriku pun mundur ke satu tahun yang lampau…..

Faqih yang belum mengerti benar isi percakapan dalam bahasa Inggris menjadikannya terasing, pemalu, enggan sekolah karena mungkin berselisih dengan teman (yang menurutku ini terjadi hanya karena persoalan miskomunikasi) bahkan sampai menangis meronta-ronta dan harus dipeluk gurunya dulu di pintu depan kelas, ditenangkan cukup lama dan aku harus pulang karena diminta oleh gurunya sambil mendengar tangisan Faqih. Pada waktu itu, sepanjang jalan airmataku menggenang, memandangi daun-daun yang berguguran, dadaku terasa sesak sekali sambil berpikir solusi untuk Faqih. Hampir semua cara kulakukan agar Faqih kembali seperti awal tiba di Melbourne; berbicara lebih intens pada Faqih, bertanya kepada para seniorku di sini, membawa ke temanku yang seorang psikolog, berdiskusi dengan guru-gurunya, membiasakan bercakap sehari-hari dengan menggunakan bahasa Inggris dan lain-lain.

Faqih yang ketika kuikutkan dalam aktivitas liburan di perpustakaan hanya diam menyaksikan anak-anak lain antusias melakukan eksperimen kimia sederhana dan cuma mau mendengarkan aku berbicara dalam bahasa Indonesia, padahal sebelumnya aku sibuk mengoceh, menjelaskan ini itu dalam bahasa Inggris. Fyuuh…

Faqih yang ketika ditanya guru atau teman sekolah hanya diam membisu dan berlalu seolah tak ada apa-apa. Faqih bahkan diragukan dapat lanjut ke primary school dan kemungkinan harus tertahan 1 tahun lagi di kindergarten.

Aahh….. sediiiih perasaanku waktu itu. Sampai akhirnya Emily datang, guru cantik nan baik dan bisa mengambil hati Faqih di kindergarten. Ia menawarkan pendampingan bahasa untuk Faqih. Gratis! Semua ini dijamin oleh Pemerintah Australia. Perlahan, rasa percaya diri dan adaptasi Faqih menguat.

Alhamdulillah…. Tak dapat kulukiskan besarnya rasa terima kasihku untuk Emily yang selalu sabar menemani dan membimbing Faqih di sekolah . Bagian pendampingan ini nanti InsyaAllah kuceritakan di postingan yang berikutnya. 

Sekarang, alhamdulillah… indah sekali nikmatmu ya Allah.

Semua teman memuji perkembangan positif Faqih. Terlihat sekali bedanya. Faqih nampak menikmati dunia, lingkungan dan sekolahnya. Udah lumayan lancar membaca buku bahasa Inggris pada levelnya, lebih percaya diri cas cis cus in English dan setia mengoreksi Mamanya yang kadang eh sering keliru pengucapan katanya atau menjelaskan kosakata baru yang belum pernah kudengar artinya. Malah tak jarang ngomel-ngomel lucu atau nyeletuk dalam bahasa Inggris yang mbule banget. Faqih juga mulai pandai bersosialisasi dengan teman-temannya di sekolah publik yang multikultural ini. Saat kudaftarkan ke aktivitas liburan musim gugur bulan lalu di perpustakaan komunitas, Faqih tak sabar selalu mengacungkan jari untuk sekedar bertanya, menjadi relawan atau berkomentar, hihi…. gemesss. Begitu pula di kelas TPA setiap hari Minggu, ia berubah menjadi sangat aktif. Bertanya dan berbicara menimpali penjelasan guru, mengajukan diri untuk muroja’ah surah pendek atau sekedar ceriwis bercanda.

Ternyata, semua hanya butuh waktu untuk berproses dan bersabar mendampinginya. Semoga sekelumit perjalanan jauh kita akan bermanfaat untukmu kelak ya, Buah Hatiku…

Ini autumn terindah bagi kami dan penuh berkah InsyaAllah untuk Faqih.

Mudah-mudahan Allah jadikan kami, orangtuamu, selalu sabar dan penuh syukur dalam mendampingi dan mengarahkanmu. Aamiin ya Rabb.

.: Adhek 28 Bulan :.

Tanggal 5 Mei lalu, adhek berusia 28 bulan alias 2 tahun 4 bulan. Tambah lucu menggemaskan dengan badannya yang montok dan tingkahnya yang luar biasa. Berat badannya jadi 14 kilogram bulan ini. Kadang aku dan mas jadi saling berpandangan dengan mimik muka bingung setelah adhek mempertunjukkan kebolehannya. Kemudian kami tertawa terpingkal-pingkal.

Adhek masih ASI. Hipno sebelum tidur malamnya udah rutin kulakukan tapi nampaknya hal itu belum berhasil. Aku juga setengah hati menyapih, ga tega. Trauma dengan tangisan Faqih dulu. Semoga, Weaning With Love itu bisa kami lalui bersama. Aamiin…

Banyak yang bertanya, adhek tambah bulat. Iyaa, maemnya banyak, sayur juga doyan, susu segar dicampur sedikit Milo hampir setiap hari diminum. Alhamdulillah… Kalo pas lagi susah maem, kuajak adhek nonton Octonauts, Postman Pat atau Mister Maker di channel TV anak; ABC 4 Kids. Kadang nonton Youtube dari tablet atau rekaman video dalam laptop. Biasanya setelah capek bermain, adhek tambah lahap maem.

Tiap Senin hingga Rabu, adhek kubawa mengantarjemput masnya. Sambil menuruni tangga flat, adhek akan bernyanyi menghitung 1-10 dalam bahasa Inggris atau menghafal huruf Hijaiyah. Adhek selalu senang duduk di stroller dan melihat tram, truk sampah maupun bus yang hilir mudik sepanjang jalan yang kami lewati.

Sampai di sekolah Faqih, adhek kadang pengen ikut sekolah juga. Mungkin tahun depan ya Nak, bisa masuk Playgroupnya. Kadang kubiarkan adhek melihat mainan dalam kelas Faqih. Kemudian kuajak bermain di plaground di samping Denzil Don ketika adhek enggan pulang. Pengen banget sekolah rupanya.

Di rumah pun sering adhek menarik tas sekolah Faqih sambil berkata, “Adhek oyah duyu yaa, dadaah, kuumm”. Artinya adhek sekolah dulu ya, dadah, Assalamualaikum. Padahal hari udah malam, hahaha..
Ketika kutanya, naik apa ke sekolah, diantar siapa, jawabannya lebih kocak lagi. “Naik tram, diantar Akung”, jawab adhek dengan polosnya. Hihi….
Ya Allah Kung, cucunya kangen.

Kemampuan motoriknya juga maju pesat. Udah bisa bermain seluncuran. Melewati halang rintang tanpa dibantu, memanjat pun berani. Aku acungi jempol untuk Pemerintah di sini yang menyediakan banyak sekali playground untuk anak.

Kapan ya Indonesia-ku tercinta bisa punya tempat bagus untuk anak begini…..

Posted from WordPress for Windows Phone