.: Cuti di Luar Tanggungan Negara :.

20 Juni 2013

Berkas yang telah kupersiapkan untuk permohonan Cuti di Luar Tanggungan Negara siap memulai perjalanannya. Sambil berucap basmalah, kuklik tombol KIRIM pada sistem aplikasi kepegawaian instansi di komputerku. Ada beberapa formulir yang harus kucetak setelahnya karena berkas fisik pun diminta oleh kantor pusat di Jakarta, walaupun pihak mereka telah menerima permohonan dari sistem saat itu juga. Formulir fisik tentunya memerlukan tanda tangan atasan. Aku pun bersiap atas segala resikonya, entah ditolak ataupun diterima. Hatiku rasanya ga karuan karena aku adalah orang pertama di lingkungan kantor dan kanwilku yang meminta Cuti di Luar Tanggungan Negara. Belum pernah ada permohonan serupa ini sebelumnya. Maklum, kantor luar Jawa. Suamiku juga satu-satunya penerima beasiswa AusAID di instansi kami yang berasal dari Kalimantan, jadi dalam hal ini serasa menjelma sebagai pionir yang harus mandiri, belajar cepat dalam mempersiapkan segala sesuatunya.

Selesai mencetak dan melengkapi dengan lampiran yang diminta, kumasuki ruangan kepala seksiku untuk menyerahkan permohonan dan meminta persetujuan beliau. Agak berat memang bagi beliau untuk menerima hal ini. Aku baru sebulan yang lalu pindah ke kantor ini dan dinotadinaskan menjadi bawahan beliau. Kekurangan tenaga pelaksana menjadi dilema dalam instansiku sekarang, sehingga ketika ada pelaksana baru datang, bakal jadi rebutan banyak seksi deh, hihi… *alhamdulillah laku*. Nah di tengah masalah tersebut, aku yang baru datang meminta izin untuk nonaktif selama 2 tahun jadi bisa kurasakan siy apa yg ada dalam hati beliau.

Syukurlah dengan kebijaksanaan beliau, demi alasan kemanusiaan *tsaah* karena ingin mendampingi suamiku yang sedang mendapatkan tugas belajar di Melbourne, kepala seksi setuju melepasku. Huhu terharu deh. Eits, tapi ga bisa senang dulu, masih ada perjuangan selanjutnya, yaitu menghadap big boss atau kepala kantorku. Setengah deg-degan, kuhampiri Iyut. Sang sekretaris kepala kantor ini memberi kode bahwa aku boleh masuk ke ruangan beliau karena sedang ga ada tamu. Semoga beliau berkenan menerima cutiku, apalagi aku udah memilih waktu yang kurasa tepat setelah berkali-kali menundanya. Alhamdulillah posisiku di kantor baru lumayan strategis, duduk dekat ruangan pucuk pimpinan kantor dan memegang amanah menjadi pelaksana yang mengurusi bagian kepegawaian membuatku bisa mengetahui lebih banyak hal tentang apa yang terjadi di kantor dan bagaimana mood pimpinan. Bersyukurnya lagi, semua berkas dan proses CTDN ini bisa kusiapkan dan kuawasi prosesnya sendiri karena memang termasuk dalam job description yang kuemban. Allah memang Maha Sebaik-baik Pengatur, ahamdulillah… Bagaikan mimpi, kepala kantorku yang terkenal hanif ini bukan hanya menyetujui, tapi malah menganjurkanku mendampingi suami sebagai ibadah seorang istri. Sempat juga beliau bercanda, kenapa aku ga resign aja, wkwkwk…

Siang itu juga, seluruh berkas langsung kurapikan dan kuantar ke Kanwil melalui sekretaris Kakanwil. Kebetulan sekretarisnya ini sahabat seperjuanganku, teman sekamar di kos sejak dari Prodip STAN dulu, jadi dengan kecepatan tingkat tinggi, berkasku ga lama udah nyampe di meja Kepala Seksi Kepegawaian Kanwil. Meja Kakanwil udah lewat dengan disposisi diproses. MasyaAllah… Sempat ada yang kurang menurut Kepala Seksi, yaitu Permohonan Izin Bepergian ke Luar Negeri bagi PNS. Tapi ga lama diralat setelah dapat penjelasan dari pelaksana Kepegawaian di Kantor Pusat bahwa permohonan itu ga perlu dibuat karena statusku nanti ketika berangkat otomatis bukan PNS lagi untuk sementara.

Awal Juli 2013

Tria yang mengurus berkasku di Kanwil mengirimkan fisik permohonan itu ke Kepegawaian Kantor Pusat. Semua jejak berkas bisa kupantau melalui sistem kepegawaian di komputerku. Tapi tetap aja aku kaget ketika selesai shalat Ashar hari Jumat tanggal 13 Juli 2013, seorang pelaksana Kepegawaian Kantor Pusat meneleponku untuk mengkonfirmasi cuti tersebut. MasyaAllah, what a fast response.

Melalui Tria, aku dapatkan kontak via gtalk dengan pelaksana Kepegawaian yang menangani cutiku, jadi prosesnya bisa lebih cepat kuketahui. Memang jalannya akan lebih berliku di sini dan karena jarak, seolah tak terjangkau olehku. Aku hanya bisa mengawasi dari jauh, rajin mengecek dan berdoa. Pelaksana di Kantor Pusat yang baik itu juga ga bosan kutanya terus dan berusaha menenangkanku. InsyaAllah kalo alasannya mendampingi suami, prosesnya ga akan dipersulit. Begitu katanya dan aku yakin, teman-teman satu korpsku selalu membantu.

September akhir

Seorang pelaksana Kantor Pusat mengabariku, permohonan udah diproses masuk ke Kementerian. Aku diberi nomor kontak Pak Nasrul yang bertugas di Biro SDM jika ingin menanyakan kabar cutiku. Beliau juga ramah dan baik banget. Nantinya, setelah disposisi suratku keluar dari meja Menteri, beliau lah yang akan mengantarkannya ke Badan Kepegawaian Negara (BKN). Letak kecemasan sebenarnya ada pada titik ini. Banyak rumor yang beredar, tapi sekali lagi aku hanya bisa ikhtiar dengan sering bertanya ke Pak Nasrul dan berdoa. Jawaban-jawaban sejuk dari beliau memberiku ketenangan, insyaAllah.

Oktober awal

Alhamdulillah dapat kabar lagi dari Pak Nasrul, berkas udah diantar beliau ke BKN. Tinggal menunggu persetujuan aja. Wah makin deg-degan, apalagi Mas akan pulang akhir November untuk menjemput kami. Bakal keburu ga niy, apalagi di bulan ini juga, permohonan visa kuajukan melalui kantor perwakilan ADS. Alhamdulillah, akhir Oktober, BKN mengeluarkan persetujuan. Artinya Pak Nasrul dapat membuatkan surat keputusan cuti di luar tanggungan negaraku segera. Beliau juga mengatakan akan mengabariku jika surat keputusan udah jadi dan ditandatangani Menteri cq Kepala Biro. Alhamdulillah, awal November surat keputusan itu kuterima… Benar-benar di luar ekspektasi karena aku adalah pegawai dari kantor yang berasal dari luar Jawa, proses cutiku hanya memakan waktu 4,5 bulan. Terasa lengkap kebahagiaanku ketika surat keputusan cuti telah di tangan dan sebentar lagi suami akan datang untuk memboyong kami ke Negeri Kangguru. Berkaca-kaca mata ini jika mengingat momen indah itu.

Maka nikmat Allah yang manakah yang bisa kita dustakan. Allahu Akbar….