.: Faqih dan Musim Gugur Kedua:.

20150414

Maret adalah waktu bagi dedaunan untuk berganti-ganti warna kemudian meluruhkan diri. Tak terasa, ini adalah musim gugur kedua untuk Faqih selama bersekolah di Melbourne. Ada banyak kemajuan positif darinya saat ini. Sesuatu yang membuatku terharu kala mengingatnya lagi.

Memoriku pun mundur ke satu tahun yang lampau…..

Faqih yang belum mengerti benar isi percakapan dalam bahasa Inggris menjadikannya terasing, pemalu, enggan sekolah karena mungkin berselisih dengan teman (yang menurutku ini terjadi hanya karena persoalan miskomunikasi) bahkan sampai menangis meronta-ronta dan harus dipeluk gurunya dulu di pintu depan kelas, ditenangkan cukup lama dan aku harus pulang karena diminta oleh gurunya sambil mendengar tangisan Faqih. Pada waktu itu, sepanjang jalan airmataku menggenang, memandangi daun-daun yang berguguran, dadaku terasa sesak sekali sambil berpikir solusi untuk Faqih. Hampir semua cara kulakukan agar Faqih kembali seperti awal tiba di Melbourne; berbicara lebih intens pada Faqih, bertanya kepada para seniorku di sini, membawa ke temanku yang seorang psikolog, berdiskusi dengan guru-gurunya, membiasakan bercakap sehari-hari dengan menggunakan bahasa Inggris dan lain-lain.

Faqih yang ketika kuikutkan dalam aktivitas liburan di perpustakaan hanya diam menyaksikan anak-anak lain antusias melakukan eksperimen kimia sederhana dan cuma mau mendengarkan aku berbicara dalam bahasa Indonesia, padahal sebelumnya aku sibuk mengoceh, menjelaskan ini itu dalam bahasa Inggris. Fyuuh…

Faqih yang ketika ditanya guru atau teman sekolah hanya diam membisu dan berlalu seolah tak ada apa-apa. Faqih bahkan diragukan dapat lanjut ke primary school dan kemungkinan harus tertahan 1 tahun lagi di kindergarten.

Aahh….. sediiiih perasaanku waktu itu. Sampai akhirnya Emily datang, guru cantik nan baik dan bisa mengambil hati Faqih di kindergarten. Ia menawarkan pendampingan bahasa untuk Faqih. Gratis! Semua ini dijamin oleh Pemerintah Australia. Perlahan, rasa percaya diri dan adaptasi Faqih menguat.

Alhamdulillah…. Tak dapat kulukiskan besarnya rasa terima kasihku untuk Emily yang selalu sabar menemani dan membimbing Faqih di sekolah . Bagian pendampingan ini nanti InsyaAllah kuceritakan di postingan yang berikutnya. 

Sekarang, alhamdulillah… indah sekali nikmatmu ya Allah.

Semua teman memuji perkembangan positif Faqih. Terlihat sekali bedanya. Faqih nampak menikmati dunia, lingkungan dan sekolahnya. Udah lumayan lancar membaca buku bahasa Inggris pada levelnya, lebih percaya diri cas cis cus in English dan setia mengoreksi Mamanya yang kadang eh sering keliru pengucapan katanya atau menjelaskan kosakata baru yang belum pernah kudengar artinya. Malah tak jarang ngomel-ngomel lucu atau nyeletuk dalam bahasa Inggris yang mbule banget. Faqih juga mulai pandai bersosialisasi dengan teman-temannya di sekolah publik yang multikultural ini. Saat kudaftarkan ke aktivitas liburan musim gugur bulan lalu di perpustakaan komunitas, Faqih tak sabar selalu mengacungkan jari untuk sekedar bertanya, menjadi relawan atau berkomentar, hihi…. gemesss. Begitu pula di kelas TPA setiap hari Minggu, ia berubah menjadi sangat aktif. Bertanya dan berbicara menimpali penjelasan guru, mengajukan diri untuk muroja’ah surah pendek atau sekedar ceriwis bercanda.

Ternyata, semua hanya butuh waktu untuk berproses dan bersabar mendampinginya. Semoga sekelumit perjalanan jauh kita akan bermanfaat untukmu kelak ya, Buah Hatiku…

Ini autumn terindah bagi kami dan penuh berkah InsyaAllah untuk Faqih.

Mudah-mudahan Allah jadikan kami, orangtuamu, selalu sabar dan penuh syukur dalam mendampingi dan mengarahkanmu. Aamiin ya Rabb.

.: Nizar dan Playgroup Class di Australia :.

5 Januari 2015, adhek Nizar genap berusia 3 tahun. Di Aussie, anak yang seumuran Nizar udah boleh dimasukkan ke kelas playgroup di sekolah kanak-kanak umum. Berbagai jurus rayuan Mama keluarkan untuk membujuk adhek agar mau bermain di sekolah, tapi adhek belum mau. Mama ga maksain siy, apalagi adhek si bontot ini masih belia dan memang ga sama kayak masnya. Biarlah nanti seiring waktu, mungkin rayuan pulau kelapa Mama akan berhasil, hehe…. Mungkin adhek juga tahu, kalo di sini akan bersama Mama 24 jam sehari, ga pake ditinggal pergi ke kantor, puas-puasin di rumah aja dengan Mama. Jadilah Mama usahakan adhek bermain ala kelas TK di rumah, alhasil rumah ga pernah rapi. Penuh dengan kreativitas adhek.

Tiba-tiba, di bulan April, adhek dengan semangat 45 bilang mau pergi bermain ke sekolah. Waahh Mama happy banget dan buru-buru ngacir cari info ke Denzil Don Kindergarten, TK Faqih yang dulu sebelum adhek berubah pikiran, haha….

Berkas seperti daftar imunisasi dan buku kesehatan adhek tak lupa Mama siapkan sebelumnya. Eh ternyata, menurut staf di bagian pendaftaran, untuk kelas playgroup ga perlu ribet dengan aneka dokumen anak. Kelasnya juga cuma sehari dalam seminggu dari pukul 9.30 pagi sampai dengan 12 siang. Mama milih hari Kamis karena Selasa ada jadwal Tahsin dan Rabu sore biasanya nemenin Faqih ke kelas renang. Biaya akan dipungut tiap term (per 3 bulan) sebesar AUD 120. Sebenarnya sebagai anak dari penerima AAS, biaya bisa ditanggung oleh Pemerintah Australia tapi karena Mas ogah ribet ngurus persyaratan macem-macem di Centre link, sejak Faqih sekolah di Denzil Don, kami bayar sendiri. Alhamdulillah ga terlalu memberatkan kok.

Ibu yang melayani pendaftaran ramah dan sempat memuji tulisanku di formulir, rapi banget katanya hihi…

16 April 2015

FB_IMG_1434807870555

Adhek udah rapi jali dan harum mewangi, siap berangkat ke sekolah. Mama siapin stroller nya dan kotak bekal berisi minuman serta snack sehat non coklat dan gula. Buah juga kudu bin wajib. Sehat memang di sini, bekal anak usia dini dipantau guru TK secara seksama.

Sesampai di dalam kelas, udah banyak anak seusia Nizar sedang bermain ditemani oleh orangtuanya. Adhek yg supel langsung menghambur ke arah karpet di mana mainan kereta dengan relnya yang panjang tersusun manis. Tadinya Mama ketar ketir, membayangkan jika adhek rebutan mainan. Kan biasanya heboh kalo lagi rebutan dengan masnya. Alhamdulillah cuma beberapa kali aja hal itu terjadi dan tanpa kehebohan berarti. Adhek mengerti ketika Mama nasihati.

Bosan dengan kereta dan mobil, adhek pindah ke mainan bak pasir. Dengan tenang dia bermain bersama seorang anak perempuan. Mama tinggal ngawasin dari seberang sambil ngobrol dengan ibu bocah perempuan. Pukul 11, anak-anak diizinkan bermain di playground halaman belakang. Nizar pun antusias melesat dan bermain sliding lalu mengobok-obok pasir. Mainan favoritnya hehehe…  Saking asyiknya, adhek ga mau diajak ke dalam untuk menikmati bekal. Mama biarkan adhek puas bermain. Lalu tak lama, karena cuaca mulai dingin, adhek yang kelaparan minta maem.

Adhek maem sambil duduk di bangku kecil. Kemudian dengan lahap menikmati keripik kentang non MSG, apel dan air putihnya.

Pukul 11.35, guru playgroup meminta anak-anak segera menyelesaikan makan dan mengajak mereka berkumpul membentuk lingkaran. Akan ada story telling dari guru. Nizar duduk dipangku Mama dan mendengarkan dengan agak bingung. Kemudian anak-anak diajari lagu untuk mengenal bagian tubuh sambil berdiri dan bergoyang. Nizar masih malu-malu, tapi ketika diminta maju untuk diberi stempel di tangan, dengan cepat adhek mendatangi guru dan mengulurkan tangan kanannya. Haha…. well done adhek for your first day at school! Proud of you anak shalih….

Minggu berikutnya, alhamdulillah juga lancar.

Duduk manis menunggu keberangkatan

Duduk manis menunggu keberangkatan

Sempat difoto Mama di jalan masuk TK padahal udah telat

Sempat difoto Mama di jalan masuk TK padahal udah telat

Asyik dengan mobil dan miniatur jalan raya

Asyik dengan mobil dan miniatur jalan raya

Tongpotong playdough

Tongpotong playdough

Moomm.... it's shark

Moomm…. it’s shark

Media sahabat setia anak kayaknya pasir ya

Media sahabat setia anak kayaknya pasir ya

Nomnom, ayo kita makan

Nomnom, ayo kita makan

 

.: Musim Gugur Kedua di Melbourne :.

20 Februari 2015

Tiba-tiba mataku tak sengaja tertumbuk pada iklan White Night Festival 2015 yang terpasang di Royal Park Station, di suatu sore yang gerah ketika pulang dari sebuah acara di Clayton.

Ingatan jadi melayang ke Februari tahun lalu. Persis tanggal 20, di akhir musim panas menjelang musim gugur seperti sekarang ini, menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di benua Australia. Udah setahun rupanya kami sekeluarga diboyong suami ke sini.

How time flies… so fast.

Kota dan negeri yang indah, InsyaAllah telah banyak sekali memberi kami hikmah dan pelajaran hidup tak ternilai. Alhamdulillah untuk semua nikmat-Mu ya, Illahi Rabbi.

.: School is Fun, Ma :.

Ga terasa, tahun 2015 sampai juga. Artinya sesuai dengan kalender pendidikan negara Australia, Faqih harus masuk sekolah dasar. Untuk anak yg orangtuanya mendapatkan beasiswa master dari Pemerintah Australia seperti ADS/AAS, anak-anaknya berhak atas penggratisan biaya sekolah di sekolah publik. Sedangkan bagi semua anak yg orangtuanya sedang mengerjakan riset/menjalani pendidikan doktoral, apapun sponsor beasiswanya, InsyaAllah gratis.

Tapi di akhir tahun 2014, kami sempat ketar ketir karena tidak seperti biasanya, kebijakan penggratisan biaya ini tak kunjung keluar karena Pemerintah Tony Abbot mengubah beberapa hal, padahal pihak sekolah meminta orangtua melengkapi syarat pendaftaran dengan kebijakan secara tertulis ini. Sementara Departemen Edukasi tak kunjung mengirimkan berkas yang kami minta berulangkali. Ntah bagaimana akhirnya, aku dan suami udah pasrah. Mungkin karena Faqih terdaftar sejak kindergarten sebagai siswa di sini, campur tangan internal terjadi sehingga akhirnya pihak sekolah dasar mengirimkan pemberitahuan secara tertulis bahwa Faqih diterima sebagai siswa. Alhamdulillah, InsyaAllah pada tanggal 2 Februari 2015 nanti, Faqih bisa masuk menjadi murid kelas Preparation di Brunswick South West Primary School (BSWP) yg letaknya sangat dekat dengan flat tempat tinggal kami. Sebenarnya tak banyak alasan kami mengapa memilih sekolah ini selain karena faktor jarak. Bunyi lonceng sekolah pun terdengar jelas dari flat. Sekolahnya yg sekarang berhadapan dengan kindergarten nya dulu. Banyak juga teman-teman dari kinder Faqih yg melanjutkan sekolah ke BSWP juga sehingga aku berharap proses adaptasi Faqih tidak akan selama dan serumit ketika dia di kinder dulu. Apalagi sejak November dan Desember 2014, Faqih dan teman-temannya udah menjalani 3 kali pengenalan dengan sekolah barunya. Mereka juga dipasangkan dengan senior yg berada pada 1 level kelas di atasnya, misalnya dengan siswa grade 1 yg dikenal atas dasar permintaan orangtua atau kesamaan sekolah asal. Sistem ini dikenal dengan nama sistem “Buddy“. Selain mencegah bullying dari senior, juga meluruhkan rasa canggung dari murid baru. Pada awalnya Faqih mendapat buddy orang lokal, Amanda namanya. Amanda sangat telaten membimbing Faqih. Faqih juga terlihat menikmati sekolah barunya walau pada jam pertama sempat menangis mencariku yg sedang mengikuti pertemuan para orangtua di perpustakaan. Alhamdulillah sebulan kemudian ketika kelas definitif akan dimulai, kami menerima surat lagi dari sekolah yg memberitahukan bahwa Faqih dipasangkan dengan Queena, putri Mas Bayu dan mbak Dewi yg udah kami anggap seperti keluarga sendiri di sini, selain karena suami pernah menjadi anak angkat kos di flat Mas Bayu juga karena rumah kami berdekatan dan sama-sama pendatang dari Jawa. Mbak Dewi senang sekali waktu tahu Faqih sekelas dengan Queena, karena mungkin ketika Mbak Dewi sedang sibuk, Queena bisa aku ajak pulang ke rumahku dulu. Aku juga senang karena Faqih komunikasinya bisa lebih baik dengan adanya Queena sebagai buddy.

2 Februari 2015

Hari pertama, Faqih yg sangat antusias sekolah karena sejak bulan sebelumnya udah counting down hari demi hari, bangun pagi sekali kemudian sarapan, mandi dan berpakaian. Berangkat pukul 8.30 pagi diantar aku, adhek di rumah karena Bapak sedang ga ke kampus. Eh ternyata untuk anak Preparation, khusus hari itu masuk pukul 10. Hehe… ya udah, kutawarkan pada Faqih, apa mau pulang dulu atau mau lihat assembly. Assembly adalah upacara ala Aussie setiap Senin pagi, biasa dilakukan dalam aula sekolah. Faqih pengen lihat ternyata, jadi bersama Mbak Dewi dan Queena yg baru datang, kami pun menuju aula.

Mengamati upacara ala Aussie yg sangat berbeda dengan upacara di sekolah Indonesia cukup menarik bagiku. Anak-anak diminta duduk di lantai berdasarkan pengelompokan kelas kemudian Kepala Sekolah memberikan kata sambutan yg singkat, dilanjutkan pemutaran lagu kebangsaan Australia yakni Australian Anthem di mana anak-anak diminta berdiri sambil bernyanyi, dan dilanjutkan dengan pesan-pesan dari pustakawan, guru olahraga atau komite sekolah, lalu ditutup oleh Kepala Sekolah. Para orangtua beserta balitanya akan berdiri di sisi aula sepanjang acara, ikut mendengarkan dan memperhatikan. Maklum yah di sini jarang yg punya nanny atau asisten rumah tangga, jadi di acara apapun pastilah ada para bayi. Simpel dan berkesan, itulah yg kulihat pada assembly pertama Faqih.

Alhamdulillah pagi itu berlalu dengan lancar. Faqih ga rewel sama sekali, hanya minta diantar sampai ke dalam kelas, lalu kuajak berkenalan dengan Aisya, putri Mbak Yuli yg juga merupakan tetangga kami di 3055 (anak Indo ngumpul semua di 1 kelas kayaknya niy hihi) dan Queena. Mereka menunjukkan tempat penyimpanan tas, jaket dan toilet kepada Faqih. Tak lama Faqih menghampiri Mitsuki, teman karibnya sejak kinder, dan langsung asyik bermain lego serta blocking bulding. Aku sempatkan berbincang sebentar dengan ibu Mitsuki serta mengambil foto Faqih, lantas kutemui Carly, guru kelas Faqih untuk memperkenalkan diri. Waktu aku pamit, Faqih tetap tersenyum. Sempat hati ini berbisik sedih, untuk pertama kali meninggalkan Faqih sendiri, di sekolah luar negeri yg masih asing baginya dalam durasi waktu panjang hingga sore hari. Mellow, huhu…

Hanya Allah sebaik-baik penjaga, aku titipkan putraku padamu ya Rabb…

Siang berlalu.

Aahh…. Tak sabar rasanya ingin menjemput Faqih pada sore hari. Pukul 3 lebih sedikit, aku udah siap keluar rumah dan menuju sekolah. Akhirnya bel sekolah berbunyi pukul 3.30 sore, Faqih keluar kelas dengan riang. Aku peluk dan cium pipinya berkali-kali. Rindu…. dan sepanjang perjalanan pulang, Faqih asyik bercerita tentang pengalaman hari pertamanya sekolah dan pelajarannya. Beberapa kali sempat terucap, “Faqih senang sekolah di primary school Ma…”

Waahh senang dan lega sebagai orangtua mendengar kalimat dan bahagia Faqih. Alhamdulillah, bayiku tak terasa telah semakin besar.

Mudah-mudahan School is always fun buatmu ya Nak. Barokallahufiyk anak shalih…..

*karena ada sedikit masalah pada blog, foto akan menyusul yah, maaf atas ketidaknyamanan ini*

.: Idul Fitri 1435 H di Negeri Kangguru :.

Assalamu’alaikum…

Ada hal yang berbeda dari Syawal kali ini. Untuk pertama kalinya harus mencicipi pengalaman berlebaran jauh dari keluarga besar dan kehilangan simbah tercinta yang berpulang ke Rahmatullah tepat 1 Ramadhan 1435 H.

Sedih banget ga bisa membersamai beliau di saat-saat akhir. Sambil  bersimbah airmata kukirim doa, insyaAllah simbah tenang di sana dan udah ga merasakan sakit lagi. Aku ikhlas Mbok…

Berlebaran di negeri orang, ternyata juga penuh warna. Sedikit haru pastilah ada, merindukan segala hal berbau Lebaran yang meriah di Tanah Air dan yang paling utama mendera adalah  merindukan kedua orang tua yang pasti juga kehilangan anak-anaknya kali ini. Tapi, percayalah…. Sedikit pengalaman ini akan mendewasakan kita. Kelak akan jadi cerita indah di memori. So, Lebaran must go on, hihi…. Walaupun alakadarnya, tapi yang terpenting esensinya kan.

Beberapa hari sebelum Idul Fitri tiba…………

Alhamdulillah di sini jelas banget kapan saat-saat istimewa itu datang. Awal Ramadhan ga perlu nunggu sidang itsbat sampe tengah malam kayak di Indo dan harap-harap cemas akankah besok Lebaran karena ketupat udah dibeli, daging udah disiapkan, bumbu tergeletak di dapur menunggu dieksekusi, hihi… Di sini, seminggu sebelum Ramadhan dan Idul Fitri, pengumuman resmi dari Mufti atau Imam Besar Negara Bagian Victoria udah menyebar berantai dengan cepat. Berhubung suami diamanahi menjadi Ketua Pengajian Mahasiswa Brunswick, beliau udah ke sana kemari mempersiapkan venue untuk sholat nanti. Sementara aku dan ibu-ibu; istri mahasiswa, sibuk masak untuk jamuan Idul Fitri. Seruu….

Tepat 1 Syawal 1435, tak ada takbir dan tahmid yang berkumandang. Anak-anak kubangunkan Subuh dan dengan riang gembira cuci muka, sikat gigi dan ganti baju koko. Mereka udah tahu kalo hari ini adalah Hari Istimewa. Kartun Upin Ipin memberi gambaran yang lebih mudah bagi anak untuk memahami kegembiraan menyambut Hari nan Fitri ini. Kuajari Faqih Nizar mengumandangkan takbir dan di pagi buta itu suara kami riuh rendah dalam rumah, bersahut-sahutan dengan bahagia, sambil menunggu Mas yang sejak dinihari udah pergi menyiapkan venue.

Akhirnya pukul 7 pagi, Mas datang dan kami segera berangkat ke lapangan basket.

What???

Lapangan basket?

Hahaha iyaa…. baru kali ini aku sholat di lapangan basket, biasanya di lapangan rumput atau halaman instansi tertentu kalo di Indo. Untuk tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan sholat Ied di wilayah kami diadakan di Sport Centre Melbourne Uni. Tapi berhubung venue tersebut udah keduluan dipesan oleh orang lain, jadilah kali ini nuansa berbeda hadir, sholat Ied dilaksanakan di Brunswick Sport Stadium alias lapangan basket indoor yang sangat dekat dari flat kami.

Alhamdulillah, acara hari itu berjalan lancar. Walaupun karena kapasitas tempat yang terbatas menyebabkan jamaah menjadi lebih rapat shafnya dan untuk menikmati jamuan harus berbaris ke mezzanine/lantai dua. Barisan dipisahkan antara jamaah laki-laki dan perempuan. Makanan juga berlimpahruah. Padahal makanan ini adalah donasi dari para jamaah, atau kalo di sini kami sebut BYO (Bring Your Own) / sistem potluck. Jadi jauh hari sebelumnya udah didata oleh tim konsumsi, siapa yang akan menyumbang menu ini dan itu, kemudian berapa jumlah porsinya.

Jadi pengen nangis bahagia, liat ketan hitam, sayur kates muda, pempek, sambel goreng hati, opor dan ketupat mini serta banyak makanan Indonesia lainnya yang tiba-tiba nongol semua hari ini.

Miss U, Indonesiaaa…….

Momen ini juga membuatku terharu, berkumpul dengan masyarakat Muslim Indo, hati kami menjadi dekat, walaupun ada yang tidak kukenal, tapi kami bersaudara. Apalagi di sini, sesama perantau. Kami semua adalah satu.

Taqobbalallahu minna wa minkum, Wahai Saudara-saudaraku.

Selamat Idul Fitri 1435 H

Mohon maaf lahir dan batin

Habis Shalat trs three in one ? Hehe

Habis Shalat trs three in one ? Hehe

.: Menyapih Nizar dengan Cinta Mama :.

Lomba lari sendirian di Sciencework

Lomba lari sendirian di Sciencework

Juli ini, adhek Nizar uda 2,5 tahun dan masih minum ASI. Walaupun dari segi frekuensi ga seperti ketika ASI Ekslusif, adakalanya adhek kuat banget minumnya. Bisa sampe satu jam dan pinggang Mama pun pegel, hehehe.

Melihat si kecil yang bongsor ini masih tergantung dengan ASI Mama, Bapaknya jadi risih. Beliau bilang, “Cari tau De, sampe kapan kewajiban ASI itu, bukankah di Al Qur’an hanya selama dua tahun”.

Ah ya…. Sejujurnya, ini hanya sebuah bentuk ketakutanku. Bayangan Faqih dulu saat disapih paksa dengan diiringi tangisan kuat membayangi pelupuk mata. Sedih….. Aku masih trauma dan luka. Ga ingin Nizar pun mengalami hal yang sama. Setelah ada banyak hal indah selama kurun waktu 2,5 tahun menyusuinya, berpisah dari aktivitas ini adalah hal sulit bagiku. Tatapannya ketika sedang nen itu lho, serasa dunia milik kami berdua. Tangan mungilnya yang kadang membelai pipiku atau usil menggelitiki perutku. Aku hanya tak mau kehilangan momen-momen kami bersama. Tapi demi taat perintah Al Quran dan suami, serta demi adhek yang mandiri, aku harus kuat dan tega. Semua demi kebaikan kami bersama.

Sounding atau hipno ke Nizar udah hampir setahun kulakukan. Bulan lalu sempat Nizar bilang ke Bapaknya, “Adhek ga nen lagi Pak, udah besar, miknya susu di kulkas”. Buah dari kata-kata yang kuperdengarkan ke adhek, diulang-ulang kayak kaset rusak, hihi… Namun pada kenyataannya, Nizar masih nen. Yapp, emaknya kurang tegas. Kali ini, setelah dapat pencerahan dari para ummahad senior seinstansiku di sebuah grup percakapan, tekad menyapih dengan lembut itu aku pancangkan lebih kuat.

Semangat !

1-8 Juli 2014, Nizar kubisikin, mulai besok mikmah/nennya berhenti karena uda besar. Reaksinya? Hohoo tentu aja menolak, walau kadang pas dibilangin gitu dan Nizar lagi asyik nen, dia ngeluarin suara “hem, hem….””. Jadi kuanggap Nizar setuju deh, hehe.

Hari Pertama.

Bobo malam tanggal 9 Juli, minta mikmah dan bilang ngantuk. Kuajak sikat gigi dan pipis, kusiapkan gelas berisi air putih dengan sedotan di meja kamar tidur. Mulai merengek minta nen. Sounding kuulang-ulang. Mata adhek berkaca-kaca, tangisannya lirih, kepalanya dibenamkan ke dadaku. Sengaja kukeloni sambil di-sounding bahwa Mama tetap sayang adhek walaupun adhek ga mikmah lagi, adhek hebat, uda gede berhenti mikmah, tahun depan masuk sekolah. Mungkin karena lelah, akhirnya dengan pelukan erat, adhek tertidur. Sepanjang malam, dia gelisah. Aku bangunkan dan menawarinya air putih, kemudian adhek jawab mau. Begitu terus hingga empat kali. Ga apa-apa, ini adalah permulaan yang wajar. Sabarrrr…. Adhek pun sedang berjuang mengalahkan keinginannya.

Hari kedua.

Pagi pertama ketika bangun tidur, adhek kelaparan.. Kutawarkan teh hangat, kali ini biarlah aku sedikit melonggarkan aturan minum teh, kusodorkan chocolate Swiss roll juga yang langsung dilahap adhek dengan khidmat, hihi…. Yup, anak yang disapih insyaAllah maemnya bakal lebih banyak.

Siangnya sepulang belanja dari Footscray Market,, adhek ngantuk dan minta nen, tapi kali ini matanya terlihat jenaka. Nampak seperti ingin mengujiku. Aku ingatkan dengan sounding lagi. Dan sukses bobo Siang tanpa nen.. Hanya aku menderita karena payudara bengkak, sakit banget. Hiks…. Ga punya kol juga untuk mengompresnya, hanya ada lettuce di kulkas. Pantesan waktu di pasar, aku pengen banget beli kol tapi urung kulakukan karena keranjangku udah berat. Ya udahlah, sakit ini kutahan-tahan. Malamnya, adhek lupa dengan nen, langsung bobo pulas. Alhamdulillah…. Good boy !

Hari ketiga.

Siang hari sepulang pengajian di Surau Kita, adhek agak rewel. Mungkin karena bangun terlalu pagi. Sempat minta nen, tapi hanya kupeluk sambil bobo dan adhek terpejam dengan mata basah. Payudara yang bengkak akhirnya kubasahi air dingin dan kubuang ASI-nya dengan marmet di wastafel toilet. Hwahhh lumayaan, ga sakit lagi. Terus inget Mbak Yus punya tanaman cabe di pot. Sempat izin mau metik kalo masih sakit. Tapi ga jadi sebab sakitnya udah ga parah.

Malam hari, adhek bobo terpejam sambil dinyanyiin lagu Nina Bobo yang liriknya udah kuganti, hehehe.. Yang lucu, waktu rambutnya kuelus sambil nyanyi, adhek mengangguk-anggukkan kepalanya, dan pura-pura merem, wkwkw…

Hari keempat.

Adhek sempat bobo siang, ga ada minta nen lagi. Cuma dipeluk dan dielus-elus. Terharuu…

Sore pas nonton Upin Ipin, adhek bilang mau mikmah.. “Ga mau gede adhek tuwh, mau mikmah adhek tuuwhh…” dengan gayanya; bibir dimonyong-monyongkan, mata dimerem-meremkan dan kepala digoyang. Hihi bisa bayangin ga gimana lucunya? Abis diingatkan, adhek terus diam, ga ngomel lagi… Bobo malam terlelap sendiri, ga minta nen.

Hari-hari seterusnya berjalan lancar, adhek uda hampir terlupa dengan kesenangannya dari lahir itu, hanya sesekali kalo ingat dia berucap minta mikmah, sambil tertawa. Mungkin menggoda dan bercanda.

Aahh… Kucoba tepiskan sedih, entah ada berapa banyak rasa hinggap di hati. Hanya satu yang kutahu, semua demi kebaikanmu, Nak…

Barokallahufiikum ya bunayya, Dear Nizar. Adhek udah lulus S1, S2 dan S3 ASI. Sepanjang hidup, cinta Mama selalu tercurah untukmu, Sayang…

.: Ramadhan Pertama di Australia :.

Sebuah pemberitahuan resmi dari Imam Besar Negara Bagian Victoria secara berantai menyebar di jaringan komunikasi umat Muslim, tak terkecuali di whatsapp pengajian istri para pelajar di sini.
Yesss…. InsyaAllah 1 Ramadhan jatuh pada 29 Juni 2014, hari Minggu, di tengah musim dingin yang menggigit hawanya, menusuk tulang. Tapi hal ini kuanggap berkah. Kenapa? Karena bertepatan dengan musim dingin berarti durasi puasa umat Muslim di sini singkat, hanya 11 jam. Bandingkan bila Ramadhan kala musim panas yang Maghribnya terjadi pukul 20. Benar-benar aku bersyukur.

Jangan bayangkan suasananya seperti di Indonesia. Tak akan ada suara penjaga masjid yang membangunkan kami untuk bersahur, apalagi suara kentongan remaja yang berkeliling untuk membangunkan sahur. Suara sirine dan adzan Maghrib yang di Indonesia akan disambut sukacita pun tak akan terdengar. Sunyi, senyap….apalagi kala sahur sebab malam menjadi lebih panjang. Hanya aplikasi adzan Subuh dan Maghrib di perangkat selulerlah yang amat berjasa menandai dimulai dan berakhirnya puasa kami setiap hari. Subuh menjelang pukul 6 pagi dan Maghrib datang pada pukul 5 sore. Tidak ada juga pasar takjil di sini sehingga aku jadi lebih kreatif di dapur dalam meracik menu yang membangkitkan selera makan di tengah terpaan dingin.

Oh ya, seminggu sebelumnya, Islamic Moslem Society of Victoria (IMCV) berkolaborasi dengan persatuan muslim Malaysia mengadakan acara Ramadhan Family Day di KJRI Melbourne. Ada banyak acara yang salah satunya diikuti Faqih dan teman-teman TPA-nya. Stand makanan juga berjajar, bukan hanya menyajikan hidangan ala Indonesia tapi juga Malaysia. MC-nya juga ada dua, dari muslim Indonesia dan Malaysia, lucu hehe … Berasa nonton Asia Bagus, eehh…
Tak lupa diadakan pula penggalangan dana untuk khitanan massal bagi suatu desa terisolir di Nusa Tenggara Barat.

Alhamdulillah, walaupun kondisi sekitar kurang kondusif, saudara-saudara di sini punya banyak ide dan cara menyemarakkan Ramadhan. Seperti biasa, Surau Kita yang dibangun dengan gotong royong oleh masyarakat muslim di sini mengundang para Ustadz dari Indonesia untuk menjadi imam tarawih berjama’ah dan memberi bermacam pencerahan untuk umat. Tahun ini ada Ustadz Salim A.Fillah dari Yogyakarta dan Ustadz Mohammad Hatta dari Surabaya. Secara bergiliran dengan diselipi ustadz lokal, beliau semua membimbing ibadah kami di sini.
Acara untuk anak pun diadakan, seperti i’tikaf dan Ramadhan Junior Masterchef untuk membuat bento. Faqih tentu tak mau ketinggalan untuk berpartisipasi.

Alhamdulillah, ternyata Ramadhan di negeri seberang pun punya banyak cerita indah dan insyaAllah hikmah yang bisa dipetik. Betapa beruntungnya dapat mencicipi pengalaman berpuasa Ramadhan di Australia. Sebuah kisah yang akan terpatri di hatiku.

Posted from WordPress for Windows Phone

.: Faqih dan Teman-teman Baru di Pengajian Mama :.

Aku senang banget kemarin melihat kemajuan pesat Faqih. Kebetulan giliran Faqih yang dibawa ke Pengajian Aisyah di rumah Mbak Rei, sekaligus menjadi farewell Mbak Rei yang pekan depan akan pulang ke Indonesia. Awalnya aku dan Faqih jadi yang pertama datang, rumah Mbak Rei masih sepi. Anak bungsu Mbak Rei, Revan, setahun lebih muda dari Faqih, membukakan pintu dengan senyum manisnya. Faqih pun langsung akrab bermain berdua Revan, datang ke aku kalo haus atau mau ngemil aja. Aku leluasa mengobrol dan membantu Mbak Rei menyiapkan penganan.

Tambah lama, ibu-ibu yang datang bersama anak-anaknya semakin banyak. Rata-rata perempuan dan lebih besar dari Faqih. Anak lelaki Mbak Dharma ternyata juga datang, salah satunya bernama sama dengan Faqih, hihi… Jadi kalo manggil “Faqih”, yang noleh berdua. Akhirnya dikoreksi, “Faqih Besar dan Faqih Kecil”, hahaha….

Banyaknya anak seusia membuat Faqih jadi lupa aku. Dia asyik bermain dan aktif mengajak bermain, tentu saja berbahasa Inggris karena anak-anak Indonesia di sini rata-rata udah lancar cas cis cus Inggrisnya. Bahkan ketika Faqih mendatangiku, dia mengucapkan sesuatu dalam bahasa Inggris, “Mommy, I want to drink”.

Whaaa….. aku bahagia sekaliiii….

Ketika tak sengaja mendengar Faqih mengajak Faqih Besar bermain, Faqih pun mengucapkannya dalam bahasa Inggris, “Playing Hide and Seek again?”.

Hihihi, lucuuu….

Saat pengajian usai dan Faqih kuajak pulang, ia nampak keberatan meninggalkan teman-temannya. Rupanya waktu yg sebentar udah menautkan hatinya dengan teman-teman baru dan Faqih sangat menikmati berada di sekeliling mereka. Apa boleh buat Sayang, hari udah malam. Apalagi winter memang bikin malam jadi lebih panjang.

Ketemu udah kuncinya agar Faqih semakin lancar berbicara bahasa Inggris dan meningkatkan kemampuan bersosialisasinya. Semoga ini adalah awalan yang bagus, aamiiin….

Great job, Son…. Mommy prouds of you

.: Kisah Kelahiran Faqih :.

Kuhitung dgn seksama usia kandungan anakku sambil mencoretcoret kalender meja, memberi tanda dgn stabilo hijauku. Beban pekerjaan yg banyak sungguh tidak memungkinkan diriku mengambil cuti tahunan untuk memperpanjang cuti bersalin yg hanya 3 bulan. Sejak awal kuputuskan mengambil tanggal mulai cuti yg mepet aja dgn HPL yg kata DSOG tanggal 7 Juni 2009, ingin lebih lama bersama calon anakku di rumah…

 Jumat, 29 Mei 2009

Hari terakhir bekerja, kutuntaskan pekerjaan yg tersisa semampuku. Yah walau pada akhirnya tetap ada 1 item yg harus ditake over oleh peer mate ku. So sorry, sobat. Pada menit akhir menuju jam 17, kusempatkan berkeliling untuk pamit dengan rekna-rekan kerjaku, sekaligus meminta maaf dan doa agar perjuanganku dimudahkan. Melahirkan itu salah satu bentuk jihad kan, hehe….

 30 Mei 2009, adzan subuh berkumandang….

 Terasa ada sesuatu yg keluar dari jalan lahir. Segera kucek, ternyata lendir. Hmmm, berarti sudah dekat waktu berjihad itu menjelang. Ada sejumput cemas, membayangkan bagaimanakah rasanya nanti, tapi kebahagiaan segera akan berjumpa dengan buah hati yg telah lama bersemayam di tubuhku membuat gelisah itu teredam. Bismillah, aku pasrahkan saja hidupku di tangan-Mu, ya Rabb…. demi makhluk suci dalam rahimku, apapun ikhlas kujalani. Hiks, jadi tau rasa cinta bunda kita ya teman….Suami yg sudah terbangun dari tadi kuajak bersiap ke bidan Iin di Klinik Firdaus untuk memeriksakan pembukaan. Tas berisi perlengkapan bersalin juga kubawa, siapa tau langsung diinapkan.

Degdegan? Pasti.

Tapi dukungan dari suami dan kepasrahan pada Allah membuatku lebih tenang.

Tak berapa lama, sampailah kami di klinik. Sepi, karena masih sangat pagi. Kuketuk pintu rumah dan pos bidan jaga, ga lama seorang bidan belia menyambutku dgn tersenyum ramah walau terlihat mengantuk. Setelah bertanya sedikit ihwal, bidan jaga mempersilakanku berbaring sambil menunggu pemeriksaan dalam dari bu bidan Iin, yg rupanya baru saja bisa beristirahat karena sebelum kedatanganku, beliau menangani pasien lain yg melahirkan.

Sambil bersenandung, bu bidan menghampiriku. Beliau segera mengenaliku dan sambil tersenyum bertanya beberapa hal. Wah rupanya masih pembukaan 1. Faktor anak pertama membuat pembukaan lengkap lebih lama karena otot vagina belum lemas. “Bisa jadi lairannya besok pagi niy”, canda beliau. Beliau memberi opsi, menunggu di kamar klinik atau pulang ke rumah. Aku dan suami memilih pulang dengan alasan kenyamanan. Akhirnya bidan membekaliku beberapa butir pil, bentuknya kecil berwarna putih untuk kuminum.

Sesampainya di rumah, kupandangi pil itu sambil berpikir dan takut, ingat cerita teman, jangan-jangan ini pil untuk merangsang pembukaan atau induksi. Melalui sms, kutanyakan juga kepada Lik Yani, jawabannya membuatku semakin mantap untuk mencoretnya dari daftar obat yg harus kuminum. Hihi sotoy, andai saja tau, mungkin ga gini ceritanya…

Sampai malam hari, aku masih cengengesan, lendir juga tetep keluar. Tapi mas bilang, kalo aku masih ketawa-ketawa, berarti belum akan melahirkan.

Kko bisa mas beranggapan begitu? Kayak pernah lairan aja, hihi…Oooh ternyata based on her sister’s experience, sakitnya ketika pembukaan hampir sempurna biasanya bikin wajah ga cengar-cengir lagi, beda dengan wajahku saat ini yg masih penuh canda tawa, hihi…. Kucoba beristirahat di tengah his atau kontraksi karena persalinan membutuhkan fisik yg kuat. Karena lelah, mata ini mau bekerjasama. Tak lama, aku pun terlelap.

Pyarrrr….

Bunyi yg mengagetkan terdengar dan seketika mengagetkanku. Terasa ada air yg menggenangi di bagian bawah tubuh. Pikiranku teringat pada pecahnya ketuban. Dinihari itu pukul 3 pagi, aku bergegas membangunkan mas untuk mengajaknya bersiap ke klinik. Mas yg segera terjaga juga tergesa keluar kamar untuk memberitahu orangtuaku.

Kuraih tas yg berisi perlengkapan bersalin sambil melantunkan doa. Bismillah, sebentar lagi akan jumpa denganmu, Nak. Makhluk yg sangat kami rindukan hadirnya.

Pukul 4, setelah bebersih seadanya, mobil melaju kencang di jalanan yg sepi. Sesampainya di klinik, Bu Bidan dan para asisten langsung memeriksaku. Ternyata bukaan belum sempurna. Bidan pun bertanya apakah obat yg diberikan beliau kemarin sudah kuminum. Dengan lugu kuceritakan perihal ketakutanku akan obat itu dan obrolan dengan bulik Yani. Bidan tertawa sambil bilang * mungkin pengennya tepokjidat kali ya dapet pasien sotoy kayak aku*, “Itu obat pelemas otot jalan lahir, bukan perangsang”.

Oh Ya Rabb, maluuuuu….!!

Hahaha

Oleh karena pembukaan belum sempurna, tapi ketuban sudah pecah, bidan menginstruksikan kami untuk mengambil kamar perawatan saja. Menunggu hingga pembukaan lengkap. Mas segera memesan kamar VIP yang cukup bagus dan fasilitasnya lengkap. Ada kulkas, TV, meja makan, sofa tamu dan permadani, plus kamar mandi dalam lengkap dengan shower serta spring bed dan box bayi karena bisa rooming in. Inilah salah satu pertimbanganku lebih suka melahirkan di klinik bidan, perawatan bisa gabung dengan bayiku sendiri. Ga ada acara terpisah dari si kecil sejak ia lahir. Apalagi memang aku bertekad untuk menyusuinya langsung.

Di dalam kamar, aku yang memakai jarik, diminta Mama untuk jalan terus agar bayi cepat turun. Jadilah aku muter muter sambil sesekali dibimbing Mas ketika rasa sakit kontraksi datang. Tapi masih bisa cenga- cengir. Berarti masih agak lama melahirkannya, hehe…

Sekitar pukul 7, kontraksi terasa makin hebat. Aku uda lemes, pengen tiduran aja. Mas duduk di bawah bed sambil memegangi tanganku, menuntun istighfar dan mengelap keringatku. Ah kalo inget hal ini, cintaku pada Mas tambah besar. Hehehe…

Mama yang tadinya menghilang, datang membawa air jahe. Ko sempet ya, beli di mana pagi pagi gini. Ternyata ada tetangga bidan yang merupakan teman lama Pakde, jadi Mama nyempetin ke situ buat minta jahe dan memarutnya. Air jahe yang panas akan membuat bayi lekas lahir. Hehehe aneh aneh aja. Oke deh, kuminum sampe tandas. Ga ada salahnya nyoba, asal ga melenceng dari syariat, insyaAllah akan kulaksanakan. Betapa kasihnya orangtua pada anak, beginikah rasanya Ma ketika engkau berjuang melahirkanku ke dunia? Really love you, Mom…..

Akhirnya asisten bidan datang mengecek keadaanku pada pukul 8. Aku diminta segera masuk ruang bersalin. Bapak menunggu di luar, Mama dan Mas boleh masuk mendampingiku. Ranjang yang kutempati persis di sebelah dinding. Mas mengambil posisi di samping kepalaku, Mama di dekat kakiku. Rasanya ga karuan, ya panas entah karena jahe ato memang metabolisme tubuh otomatis akan seperti itu – padahal kipas angin ada di atas kepalaku- ya sakit, ya gerah. Benar benar berjuta rasanya. Mas di samping sibuk membimbingku berdzikir, sambil memberiku logistik berupa minuman ato cemilan yang kuinginkan (jangan lupa hal ini ya, karena melahirkan butuh energi besar, jadi selain tas perlengkapan bayi, siapkan juga logistik kita), Mama sibuk menangis, mengelap airmata, mengelus dan memijitiku sambil berdzikir. Asisten bidan juga tak pernah pergi, setia menungguiku di sisi sambil memijiti kakiku dan mengecek infus yang dipasang ke tanganku. Salah satu hal yang membuatku terkesan dengan klinik ini.

Lama kelamaan, rasa sakit semakin menjadi, dzikirku makin lirih. Asisten bidan memintaku berubah posisi untuk membuatku merasa lebih nyaman. Posisinya berbaring miring ke kiri menghadap dinding, menatap Mas. Kulirik sekilas jam dinding dengan ekor mata. Hmmmm pukul 9. Asisten bidan yang mengecek pembukaan melihat kondisi jalan lahir. Dia segera masuk ke dalam rumah yang ditempati bu bidan. Ga lama, bidan datang dengan riang dan menyapaku hangat. Sekejap aku lupa rasa sakit ini, merasa diperlakukan lebih personal oleh beliau. Ini juga salah satu alasanku hanya ingin ditangani oleh bidan.

Setelah mengejan hanya dua kali, suara tangis bayi laki-laki yang nyaring terdengar. Alhamdulillaah, Mas nampak sangat lega. Diciuminya dahi dan bibirku. Dan inilah buah hati kami, amanah Allah, telah ada di hadapanku untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) setelah sempat dibersihkan dengan lap sebentar. Mata kecilnya mengerjap-ngerjap lucu memandangku. Rambut ikalnya seperti rambut Mas. Menggemaskan…

Selesai jahit-menjahit luka bersalin, bu bidan menolak memberi tahu berapa banyak sambil tertawa, aku dipindahkan ke kamar inap dengan kursi roda. Mas kemudian mengabari orang tua dan sanak saudara, Mama sibuk membenahiku, Bulek-bulekku yang berdatangan menjenguk sibuk menimang bayi kecil kami, dan sepupuku riuh rendah ramai sekali bercanda. Ah bahagianya….

Setelah sempat tertidur selama 5 jam, bayi kecilku terbangun dan minta disusui. Seminggu kemudian, kami beri ia nama, Faqih Ahmad Gifri.

Sekarang bayi mungil itu uda besar, sibuk berceloteh dan bertanya banyak hal sepanjang hari, bahkan sampai ketika waktunya tidur malam pun. Hingga tak jarang, aku dan Mas harus mengingatkannya untuk diam sejenak dan merem. Hehe…

Uda pandai membolakbalik pertanyaan dari yang sederhana hingga membuat kening orang tuanya berkerut dan akhirnya harus membuka mbah Google. Mulai rutin mengikuti shalat lima waktu. Berusaha menambah hafalan surah pendek dan menamatkan buku Iqra’ jilid tiga tapi karena permintaannnya sendiri diulang lagi dari jilid satu agar bisa lekas membaca Al Qur’an. Aamiiin ya Allah..

Barokallahufiik ya bunayya…

Jazakallah telah hadir menjadi qurrota ‘ayun Bapak dan Mama. Semoga hadirmu ke dunia adalah rahmatan lil alamiin. Mudah-mudahan engkau menjadi insanul kariim dan Allah mudahkan kami untuk menyayangi dan mendidikmu dengan sebaik-baik tauladan, aamiin aamiin tsumma aamiin.

.: Perkembangan Faqih di Sekolah :.

Tak terasa, Mas Faqih udah di term kedua kindergarten. Di awal term kedua ini, Angela, wali kelas Faqih, mengajakku berdiskusi secara nonformal tentang perkembangan Faqih di sekolah. Faqih masih belum mau bicara dengan guru dan teman, bermain pun lebih suka sendiri. Aku ceritakan bahwa hal ini juga terjadi di Indonesia, bukan hanya ketika di Melbourne. Sejak PAUD, Faqih bersikap demikian dan hingga saat ini kalo ditanya kenapa, jawaban Faqih sederhana ; Faqih ga suka sekolah, mau di rumah aja dengan Mama.

Soal bahasa mungkin jadi salah satu kendala Faqih belum mau bermain dengan teman. Hanya Thomas yang bisa klik dengan Faqih. Entah bagaimana cara mereka bermain tanpa berkomunikasi, tapi aku yakin bahwa Faqih sebenarnya mengerti apa yang temannya ucapkan, hanya masih sulit berucap. Waktu acara Mother’s Day, Ibunya Thomas sempat bilang ke aku, Thomas sering cerita bahwa Faqih adalah teman main Thomas di sekolah.

Akhirnya aku janji ke Angela, di rumah, aku dan Mas akan berusaha lebih intens lagi mengajaknya berkomunikasi dengan memakai bahasa Inggris. Angela juga memberikan saran serupa. Padahal, Faqih kalo di rumah kan ceriwis ya, kadang juga dalam bahasa Inggris ngomong ini itu. Heran kenapa di sekolah diam seribu bahasa. Cuma mengangguk dan menggeleng jika berkomunikasi. Diminta senyum aja susah. Aaaa….. Kasian jadinya membayangkan Faqih hanya membisu selama 6 jam di sekolah setiap hari.

Kemudian Angela menawarkan Faqih tetap berada di kindergarten tahun depan untuk memberinya zona nyaman. Mungkin dengan begitu, Faqih bisa lebih berkembang kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasinya. Tawaran yang dengan halus kutolak keesokan harinya setelah berdiskusi dengan Mas. Kami ingin Faqih melanjutkan ke tingkat selanjutnya sebagaimana normalnya, selain menjaga psikis Faqih, juga karena banyak pengalaman serupa dari teman di sini yang anaknya mengalami hal sama dan pada akhirnya bisa membuktikan bahwa kemampuan anak-anak Indonesia berbahasa Inggris ga kalah dengan anak bule ketika mereka di sekolah dasar (primary school) nanti. Memberikan kesempatan anak melanjutkan pendidikannya ke sekolah dasar berarti memberikan kesempatan padanya untuk berinteraksi lebih intens dengan teman dan guru di sekolah dari Senin hingga Jumat, tidak seperti di kinder yang hanya diikuti 3 hari dalam seminggu. Lagipula, sekolah di sini menyenangkan. Rata-rata anak Indonesia yang bersekolah di sini juga unggul dalam tes yang diadakan oleh sekolahnya.
Bismillah, semoga keputusan kami tepat untukmu, Faqih sayang.

Angela juga bertanya tentang gigi seri atas Faqih yang gigis, kapan terakhir cek ke dokter gigi dan hasil konsul dengan dokter. Untunglah bisa kujawab semuanya dengan bahasa yang semoga bisa dimengerti, hihi… Faqih sebelum berangkat udah ke dokter gigi dan ditambal. Untuk gigi yang gigis, insyaAllah akan tumbuh saat usianya 7 tahun ntar.

Beberapa hari setelah itu, aku dan Mas semangat bercasciscus bahasa Inggris dengan Faqih di rumah. Hasilnya mulai terlihat. Ada kemajuan sedikit demi sedikit dengan perkembangan berbicara Faqih. Tiga kalimat pertama Faqih adalah, “Are you okay?”, “Is everything okay?”, dan “What is it?”.
Alhamdulillah, terharu…
Semoga ke depannya semakin banyak kosakata Mas Faqih. Kata seorang senior di sini, dalam diamnya anak merekam. Aamiiin, insyaAllah, cepatlah mengerti dan berbicara Mas Faqih, agar semakin banyak engkau temukan ilmu yang bermanfaat di sini; Australia….

Posted from WordPress for Windows Phone