Assalamu’alaikum……

Alhamdulillah

Kelar juga proyek mangkrak ini.

Ini adalah tahun ketiga kegiatan menghias rumah dengan sederhana dan melibatkan anak untuk menyambut Ramadhan agar aura bahagia itu tambah semarak. Terinspirasi dari postingan Mbak Ratih, mentor ngaji di Melbourne dulu.

Jika 3 tahun yang lalu di Australia kami membuat donation cone dari kertas origami aneka warna, lantas berkreasi dengan kertas bertuliskan “Marhaban ya Ramadhan” serta balon dan kertas krepe tahun kemarin, tahun ini ada lampion dan kalender Ramadan plus banner Upin Ipin. Tentu saja emak yang lagi rempong ini membeli properti itu jauh jauh hari.

Marhaban yaa Ramadhan.

Maaf lahir batin, teman teman dan saudara saudaraku semua.

Pingin juga donk liat kreasi teman teman yang lain. Mungkin tahun depan bisa mencontoh idenya.

.: Idul Fitri 1435 H di Negeri Kangguru :.

Assalamu’alaikum…

Ada hal yang berbeda dari Syawal kali ini. Untuk pertama kalinya harus mencicipi pengalaman berlebaran jauh dari keluarga besar dan kehilangan simbah tercinta yang berpulang ke Rahmatullah tepat 1 Ramadhan 1435 H.

Sedih banget ga bisa membersamai beliau di saat-saat akhir. Sambil  bersimbah airmata kukirim doa, insyaAllah simbah tenang di sana dan udah ga merasakan sakit lagi. Aku ikhlas Mbok…

Berlebaran di negeri orang, ternyata juga penuh warna. Sedikit haru pastilah ada, merindukan segala hal berbau Lebaran yang meriah di Tanah Air dan yang paling utama mendera adalah  merindukan kedua orang tua yang pasti juga kehilangan anak-anaknya kali ini. Tapi, percayalah…. Sedikit pengalaman ini akan mendewasakan kita. Kelak akan jadi cerita indah di memori. So, Lebaran must go on, hihi…. Walaupun alakadarnya, tapi yang terpenting esensinya kan.

Beberapa hari sebelum Idul Fitri tiba…………

Alhamdulillah di sini jelas banget kapan saat-saat istimewa itu datang. Awal Ramadhan ga perlu nunggu sidang itsbat sampe tengah malam kayak di Indo dan harap-harap cemas akankah besok Lebaran karena ketupat udah dibeli, daging udah disiapkan, bumbu tergeletak di dapur menunggu dieksekusi, hihi… Di sini, seminggu sebelum Ramadhan dan Idul Fitri, pengumuman resmi dari Mufti atau Imam Besar Negara Bagian Victoria udah menyebar berantai dengan cepat. Berhubung suami diamanahi menjadi Ketua Pengajian Mahasiswa Brunswick, beliau udah ke sana kemari mempersiapkan venue untuk sholat nanti. Sementara aku dan ibu-ibu; istri mahasiswa, sibuk masak untuk jamuan Idul Fitri. Seruu….

Tepat 1 Syawal 1435, tak ada takbir dan tahmid yang berkumandang. Anak-anak kubangunkan Subuh dan dengan riang gembira cuci muka, sikat gigi dan ganti baju koko. Mereka udah tahu kalo hari ini adalah Hari Istimewa. Kartun Upin Ipin memberi gambaran yang lebih mudah bagi anak untuk memahami kegembiraan menyambut Hari nan Fitri ini. Kuajari Faqih Nizar mengumandangkan takbir dan di pagi buta itu suara kami riuh rendah dalam rumah, bersahut-sahutan dengan bahagia, sambil menunggu Mas yang sejak dinihari udah pergi menyiapkan venue.

Akhirnya pukul 7 pagi, Mas datang dan kami segera berangkat ke lapangan basket.

What???

Lapangan basket?

Hahaha iyaa…. baru kali ini aku sholat di lapangan basket, biasanya di lapangan rumput atau halaman instansi tertentu kalo di Indo. Untuk tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan sholat Ied di wilayah kami diadakan di Sport Centre Melbourne Uni. Tapi berhubung venue tersebut udah keduluan dipesan oleh orang lain, jadilah kali ini nuansa berbeda hadir, sholat Ied dilaksanakan di Brunswick Sport Stadium alias lapangan basket indoor yang sangat dekat dari flat kami.

Alhamdulillah, acara hari itu berjalan lancar. Walaupun karena kapasitas tempat yang terbatas menyebabkan jamaah menjadi lebih rapat shafnya dan untuk menikmati jamuan harus berbaris ke mezzanine/lantai dua. Barisan dipisahkan antara jamaah laki-laki dan perempuan. Makanan juga berlimpahruah. Padahal makanan ini adalah donasi dari para jamaah, atau kalo di sini kami sebut BYO (Bring Your Own) / sistem potluck. Jadi jauh hari sebelumnya udah didata oleh tim konsumsi, siapa yang akan menyumbang menu ini dan itu, kemudian berapa jumlah porsinya.

Jadi pengen nangis bahagia, liat ketan hitam, sayur kates muda, pempek, sambel goreng hati, opor dan ketupat mini serta banyak makanan Indonesia lainnya yang tiba-tiba nongol semua hari ini.

Miss U, Indonesiaaa…….

Momen ini juga membuatku terharu, berkumpul dengan masyarakat Muslim Indo, hati kami menjadi dekat, walaupun ada yang tidak kukenal, tapi kami bersaudara. Apalagi di sini, sesama perantau. Kami semua adalah satu.

Taqobbalallahu minna wa minkum, Wahai Saudara-saudaraku.

Selamat Idul Fitri 1435 H

Mohon maaf lahir dan batin

Habis Shalat trs three in one ? Hehe

Habis Shalat trs three in one ? Hehe

.: Kisah Kelahiran Faqih :.

Kuhitung dgn seksama usia kandungan anakku sambil mencoretcoret kalender meja, memberi tanda dgn stabilo hijauku. Beban pekerjaan yg banyak sungguh tidak memungkinkan diriku mengambil cuti tahunan untuk memperpanjang cuti bersalin yg hanya 3 bulan. Sejak awal kuputuskan mengambil tanggal mulai cuti yg mepet aja dgn HPL yg kata DSOG tanggal 7 Juni 2009, ingin lebih lama bersama calon anakku di rumah…

 Jumat, 29 Mei 2009

Hari terakhir bekerja, kutuntaskan pekerjaan yg tersisa semampuku. Yah walau pada akhirnya tetap ada 1 item yg harus ditake over oleh peer mate ku. So sorry, sobat. Pada menit akhir menuju jam 17, kusempatkan berkeliling untuk pamit dengan rekna-rekan kerjaku, sekaligus meminta maaf dan doa agar perjuanganku dimudahkan. Melahirkan itu salah satu bentuk jihad kan, hehe….

 30 Mei 2009, adzan subuh berkumandang….

 Terasa ada sesuatu yg keluar dari jalan lahir. Segera kucek, ternyata lendir. Hmmm, berarti sudah dekat waktu berjihad itu menjelang. Ada sejumput cemas, membayangkan bagaimanakah rasanya nanti, tapi kebahagiaan segera akan berjumpa dengan buah hati yg telah lama bersemayam di tubuhku membuat gelisah itu teredam. Bismillah, aku pasrahkan saja hidupku di tangan-Mu, ya Rabb…. demi makhluk suci dalam rahimku, apapun ikhlas kujalani. Hiks, jadi tau rasa cinta bunda kita ya teman….Suami yg sudah terbangun dari tadi kuajak bersiap ke bidan Iin di Klinik Firdaus untuk memeriksakan pembukaan. Tas berisi perlengkapan bersalin juga kubawa, siapa tau langsung diinapkan.

Degdegan? Pasti.

Tapi dukungan dari suami dan kepasrahan pada Allah membuatku lebih tenang.

Tak berapa lama, sampailah kami di klinik. Sepi, karena masih sangat pagi. Kuketuk pintu rumah dan pos bidan jaga, ga lama seorang bidan belia menyambutku dgn tersenyum ramah walau terlihat mengantuk. Setelah bertanya sedikit ihwal, bidan jaga mempersilakanku berbaring sambil menunggu pemeriksaan dalam dari bu bidan Iin, yg rupanya baru saja bisa beristirahat karena sebelum kedatanganku, beliau menangani pasien lain yg melahirkan.

Sambil bersenandung, bu bidan menghampiriku. Beliau segera mengenaliku dan sambil tersenyum bertanya beberapa hal. Wah rupanya masih pembukaan 1. Faktor anak pertama membuat pembukaan lengkap lebih lama karena otot vagina belum lemas. “Bisa jadi lairannya besok pagi niy”, canda beliau. Beliau memberi opsi, menunggu di kamar klinik atau pulang ke rumah. Aku dan suami memilih pulang dengan alasan kenyamanan. Akhirnya bidan membekaliku beberapa butir pil, bentuknya kecil berwarna putih untuk kuminum.

Sesampainya di rumah, kupandangi pil itu sambil berpikir dan takut, ingat cerita teman, jangan-jangan ini pil untuk merangsang pembukaan atau induksi. Melalui sms, kutanyakan juga kepada Lik Yani, jawabannya membuatku semakin mantap untuk mencoretnya dari daftar obat yg harus kuminum. Hihi sotoy, andai saja tau, mungkin ga gini ceritanya…

Sampai malam hari, aku masih cengengesan, lendir juga tetep keluar. Tapi mas bilang, kalo aku masih ketawa-ketawa, berarti belum akan melahirkan.

Kko bisa mas beranggapan begitu? Kayak pernah lairan aja, hihi…Oooh ternyata based on her sister’s experience, sakitnya ketika pembukaan hampir sempurna biasanya bikin wajah ga cengar-cengir lagi, beda dengan wajahku saat ini yg masih penuh canda tawa, hihi…. Kucoba beristirahat di tengah his atau kontraksi karena persalinan membutuhkan fisik yg kuat. Karena lelah, mata ini mau bekerjasama. Tak lama, aku pun terlelap.

Pyarrrr….

Bunyi yg mengagetkan terdengar dan seketika mengagetkanku. Terasa ada air yg menggenangi di bagian bawah tubuh. Pikiranku teringat pada pecahnya ketuban. Dinihari itu pukul 3 pagi, aku bergegas membangunkan mas untuk mengajaknya bersiap ke klinik. Mas yg segera terjaga juga tergesa keluar kamar untuk memberitahu orangtuaku.

Kuraih tas yg berisi perlengkapan bersalin sambil melantunkan doa. Bismillah, sebentar lagi akan jumpa denganmu, Nak. Makhluk yg sangat kami rindukan hadirnya.

Pukul 4, setelah bebersih seadanya, mobil melaju kencang di jalanan yg sepi. Sesampainya di klinik, Bu Bidan dan para asisten langsung memeriksaku. Ternyata bukaan belum sempurna. Bidan pun bertanya apakah obat yg diberikan beliau kemarin sudah kuminum. Dengan lugu kuceritakan perihal ketakutanku akan obat itu dan obrolan dengan bulik Yani. Bidan tertawa sambil bilang * mungkin pengennya tepokjidat kali ya dapet pasien sotoy kayak aku*, “Itu obat pelemas otot jalan lahir, bukan perangsang”.

Oh Ya Rabb, maluuuuu….!!

Hahaha

Oleh karena pembukaan belum sempurna, tapi ketuban sudah pecah, bidan menginstruksikan kami untuk mengambil kamar perawatan saja. Menunggu hingga pembukaan lengkap. Mas segera memesan kamar VIP yang cukup bagus dan fasilitasnya lengkap. Ada kulkas, TV, meja makan, sofa tamu dan permadani, plus kamar mandi dalam lengkap dengan shower serta spring bed dan box bayi karena bisa rooming in. Inilah salah satu pertimbanganku lebih suka melahirkan di klinik bidan, perawatan bisa gabung dengan bayiku sendiri. Ga ada acara terpisah dari si kecil sejak ia lahir. Apalagi memang aku bertekad untuk menyusuinya langsung.

Di dalam kamar, aku yang memakai jarik, diminta Mama untuk jalan terus agar bayi cepat turun. Jadilah aku muter muter sambil sesekali dibimbing Mas ketika rasa sakit kontraksi datang. Tapi masih bisa cenga- cengir. Berarti masih agak lama melahirkannya, hehe…

Sekitar pukul 7, kontraksi terasa makin hebat. Aku uda lemes, pengen tiduran aja. Mas duduk di bawah bed sambil memegangi tanganku, menuntun istighfar dan mengelap keringatku. Ah kalo inget hal ini, cintaku pada Mas tambah besar. Hehehe…

Mama yang tadinya menghilang, datang membawa air jahe. Ko sempet ya, beli di mana pagi pagi gini. Ternyata ada tetangga bidan yang merupakan teman lama Pakde, jadi Mama nyempetin ke situ buat minta jahe dan memarutnya. Air jahe yang panas akan membuat bayi lekas lahir. Hehehe aneh aneh aja. Oke deh, kuminum sampe tandas. Ga ada salahnya nyoba, asal ga melenceng dari syariat, insyaAllah akan kulaksanakan. Betapa kasihnya orangtua pada anak, beginikah rasanya Ma ketika engkau berjuang melahirkanku ke dunia? Really love you, Mom…..

Akhirnya asisten bidan datang mengecek keadaanku pada pukul 8. Aku diminta segera masuk ruang bersalin. Bapak menunggu di luar, Mama dan Mas boleh masuk mendampingiku. Ranjang yang kutempati persis di sebelah dinding. Mas mengambil posisi di samping kepalaku, Mama di dekat kakiku. Rasanya ga karuan, ya panas entah karena jahe ato memang metabolisme tubuh otomatis akan seperti itu – padahal kipas angin ada di atas kepalaku- ya sakit, ya gerah. Benar benar berjuta rasanya. Mas di samping sibuk membimbingku berdzikir, sambil memberiku logistik berupa minuman ato cemilan yang kuinginkan (jangan lupa hal ini ya, karena melahirkan butuh energi besar, jadi selain tas perlengkapan bayi, siapkan juga logistik kita), Mama sibuk menangis, mengelap airmata, mengelus dan memijitiku sambil berdzikir. Asisten bidan juga tak pernah pergi, setia menungguiku di sisi sambil memijiti kakiku dan mengecek infus yang dipasang ke tanganku. Salah satu hal yang membuatku terkesan dengan klinik ini.

Lama kelamaan, rasa sakit semakin menjadi, dzikirku makin lirih. Asisten bidan memintaku berubah posisi untuk membuatku merasa lebih nyaman. Posisinya berbaring miring ke kiri menghadap dinding, menatap Mas. Kulirik sekilas jam dinding dengan ekor mata. Hmmmm pukul 9. Asisten bidan yang mengecek pembukaan melihat kondisi jalan lahir. Dia segera masuk ke dalam rumah yang ditempati bu bidan. Ga lama, bidan datang dengan riang dan menyapaku hangat. Sekejap aku lupa rasa sakit ini, merasa diperlakukan lebih personal oleh beliau. Ini juga salah satu alasanku hanya ingin ditangani oleh bidan.

Setelah mengejan hanya dua kali, suara tangis bayi laki-laki yang nyaring terdengar. Alhamdulillaah, Mas nampak sangat lega. Diciuminya dahi dan bibirku. Dan inilah buah hati kami, amanah Allah, telah ada di hadapanku untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) setelah sempat dibersihkan dengan lap sebentar. Mata kecilnya mengerjap-ngerjap lucu memandangku. Rambut ikalnya seperti rambut Mas. Menggemaskan…

Selesai jahit-menjahit luka bersalin, bu bidan menolak memberi tahu berapa banyak sambil tertawa, aku dipindahkan ke kamar inap dengan kursi roda. Mas kemudian mengabari orang tua dan sanak saudara, Mama sibuk membenahiku, Bulek-bulekku yang berdatangan menjenguk sibuk menimang bayi kecil kami, dan sepupuku riuh rendah ramai sekali bercanda. Ah bahagianya….

Setelah sempat tertidur selama 5 jam, bayi kecilku terbangun dan minta disusui. Seminggu kemudian, kami beri ia nama, Faqih Ahmad Gifri.

Sekarang bayi mungil itu uda besar, sibuk berceloteh dan bertanya banyak hal sepanjang hari, bahkan sampai ketika waktunya tidur malam pun. Hingga tak jarang, aku dan Mas harus mengingatkannya untuk diam sejenak dan merem. Hehe…

Uda pandai membolakbalik pertanyaan dari yang sederhana hingga membuat kening orang tuanya berkerut dan akhirnya harus membuka mbah Google. Mulai rutin mengikuti shalat lima waktu. Berusaha menambah hafalan surah pendek dan menamatkan buku Iqra’ jilid tiga tapi karena permintaannnya sendiri diulang lagi dari jilid satu agar bisa lekas membaca Al Qur’an. Aamiiin ya Allah..

Barokallahufiik ya bunayya…

Jazakallah telah hadir menjadi qurrota ‘ayun Bapak dan Mama. Semoga hadirmu ke dunia adalah rahmatan lil alamiin. Mudah-mudahan engkau menjadi insanul kariim dan Allah mudahkan kami untuk menyayangi dan mendidikmu dengan sebaik-baik tauladan, aamiin aamiin tsumma aamiin.

.: Milad di Melbourne :.

“Keren banget niy si Ibu, ultah di negeri orang”, komentar salah seorang temenku di beranda facebook.

Iyaaa… Pas banget tanggal 3 April usiaku bertambah. Jauh di negeri orang, di benua seberang. Biasanya bisa ngumpul dengan orang tua dan adik-adik tercinta. Sekarang…. Ah tak apa, biar jadi cerita di masa depan. Yang penting ada suami dan anak-anak tersayang, itu lebih dari istimewa.

Usia hanyalah bilangan pertambahan dari waktu ke waktu,

Momentum untuk menjadikannya sebuah refleksi diri,

Seberapa banyak bekal telah dikumpulkan bagi kehidupan di kampung akhirat kelak,

Alhamdulillah Allah masih memberi tarikan nafas hingga detik ini,

Untuk mengingat akan kematian,

Dan untuk selalu bersyukur akan setiap tetes nikmat-Nya

.: Selamat Idul Fitri 1433 Hijriah:.

Mumpung inget dan ini hari terakhir kerja sebelum liburan dan mudik, izinkan kami sekeluarga mengucapkan

Taqobbalallahu minna wa minkum
Minal Aidin wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin atas Segala Khilaf

Mudah-mudahan bisa berjumpa lagi dengan Ramadhan tahun depan dalam kondisi diri dan ibadah yang lebih baik lagi.
Aamin…..

Bismillah, memulai rangkaian mudik esok hari. Semoga diberkahi Allah dan diliputi keselamatan selalu.