.: Roti Eksperimen :.

Tadinya pengen dibentuk kayak caterpillar tapi ternyata adonan lengket

Tadinya pengen dibentuk kayak caterpillar tapi ternyata adonan lengket

Diisi sosis panjang

Diisi sosis panjang

Lama-lama liat oven nganggur itu ternyata bikin gatal tangan. Nyoba ngintip resep di Natural Cooking Club. Dapat resep yang lagi bikin ibu-ibu heboh ; resep Mbak Nikmatul. Ga ada salahnya deh nyoba. Apalagi Mas Faqih doyan banget roti.

Bangun Subuh hari Kamis, kupikir Mas ga kuliah. Jadi bisa bantu ngawasin anak. Eh ternyata Mas ada kelas hari itu. Akhirnya bikin rotinya disambi-sambi jaga anak. Kalo udah pada bosen kan Mas Faqih dan adhek bisa gigit-gigitan. Sambil berdoa semoga mereka anteng, hehe… Soalnya adonan udah telanjur diberi ragi. Sayang kalo ga diterusin.

Yah…. Dengan perjuangan panjang, disambi masak, nyuapi, melerai anak-anak kala mereka rebutan mainan, rotinya jadi juga. Agak deg-degan sepanjang prosesnya karena baru pertama kali nyoba oven begini. Pfhhh…. Ga lama kemudian, Mas datang dan takjub. Rotinya enak kata Mas. Huuu ga tau beliau gimana repotnya diriku….

.: Bubur Sagu Mutiara Faqih :.

Iseng -iseng ngecek stok bahan makanan di dapur. Liat kaleng yang isinya tepung-tepung dalam kemasan, udah dibuka ama ibu pemilik lama. Yup, kami dapat banyak warisan di sini yang sangat bermanfaat. Eh kok ada sagu mutiara. Mungkin beli di Asian Grocery, soalnya aku ga liat Laguna jual sagu ini. Kebetulan waktu di Laguna sempat membeli beberapa bungkus santan instan. Ayo dieksekusi jadi cemilan untuk Mas Faqih yang hobi banget ama bubur mutiara.

.: Bakso Pertamaku di Melbourne :.

Seumur-umur ga pernah bikin bakso di Indo. Eh pernah dink, sekali waktu praktek masak bareng teman-teman Liqo, zaman masih unyu-unyu *hueekk*.

Lha kalo di Indo pengen bakso kan tinggal pergi ke warung bakso, beli, bawa pulang, kenyang. Selesai. Ya kan? Berhubung ini bukan Indo, dan bocil lagi pada pilek, maknya memberanikan diri ngadon bakso dan mengeksekusinya. Biar anak cepat sehat maem yang anget-anget. Alhamdulillah, bocil-bocil sukaaa *lapkringet*

.: Pantai Depok Jogja, Kulinernya Maknyuzz :.

Jogja…
Siapa yang tak kenal dengan nama kota ini. Kemasyhurannya telah menembus level internasional. Kota di mana objek wisata mudah sekali ditemukan. Ragamnya pun lengkap, mau wisata alam gunung ada, pantai banyak, menambah wawasan budaya dan pendidikan tentu Jogja rajanya, bahkan untuk sekedar menikmati wisata kuliner maknyuz pun Jogja tetap istimewa.

Kali ini pengen ngulik wisata pantai. Berhubung untuk sementara kami sekeluarga berdomisili di Bantul yang dekat dengan pantai-pantai di pesisir selatan Jogja, wisata ke pantai jadi salah satu alternatif liburan murah meriah. Cukup duduk manis di samping sopir tercinta saya sambil memangku si kecil, si sulung udah duduk sendiri, 15 menit kemudian sampailah kami di persimpangan antara pintu masuk Pantai Parang Tritis dan Depok. Pasti masih banyak yang belum dengar nama Pantai Depok yaa…. Wajar, karena selama ini Parang Tritis memang lebih menonjol, selain karena pasirnya yang bersih juga karena pantai ini luasnya seperti tak terkira. Seberapa banyak pun pelancong yang datang, Parang Tritis tetap mampu menampung penggemarnya. Hehehe…

Nah dari persimpangan antara Parang Tritis dan Depok tadi, jarak tempuh menuju Depok sekitar 10 menit. Menyusuri jalan mungil khas pedesaan tapi beraspal mulus, mengamati bawang merah segar yang masih ada akarnya sedang diikat oleh penduduk desa ini di halaman rumah, menyenangkan rasanya. Harum aroma bawang merah tercium semerbak menggelitik hidung. Hmmmm wangiii….

Tanda bahwa kita sudah hampir mendekati pantai bisa dilihat dari adanya kendil raksasa di tepi kiri jalan. Sempat mengabadikan dengan berfoto sejenak di depan kendil, kami lanjutkan perjalanan kembali menuju pantai.

UmmuFaqihNizar

Monggo yang mau minum mangap dulu, hehehe

Tak jauh dari kendil raksasa, petugas pemungut retribusi menyapa untuk mengangsurkan karcis. Silakan dibayar nanti ketika keluar dari pantai. Retribusinya sebesar IDR 5000. Kemudian tampak di kejauhan arah pukul 3, sebuah gedung besar yang merupakan Tempat Pelelangan Ikan atau yang biasanya disingkat TPI. Ya, Pantai Depok memang pantai nelayan, di mana tangkapan dari laut akan diperjualbelikan di TPI. TPI ini ramai sekali. Bermacam seafood tersedia diiringi sapa ramah penjualnya. Harganya murah dan yang pasti ikannya masih segar.

Selepas dari TPI, kami menuju ke warung sederhana langganan kami. Ada banyak jejeran warung seafood di sini. Tapi yang terkenal dengan kelezatannya adalah warung paling pinggir kanan, namanya Warung Mbak Yanti. Hmmm, pesen segambreng pun tetap terjangkau. Jangan khawatir. Favorit kami sekeluarga di sini adalah ikan cakalang bakar, udang goreng tepung yang benar-benar kriuk dan kelapa muda utuh. Sedap !

Selesai makan, anak-anak akan membeli sepasang mainan kincir angin kecil. Kemudian bersama-sama mendekati bibir pantai untuk mengamati aktivitas nelayan yang sibuk dengan perahu, ikan dan pembeli yang melihat-lihat serta deburan ombak yang merayapi daratan. What a wonderful day.

WP_20131224_003[1]

Kincir favorit anak-anak tiap ke Depok

WP_20131224_014[1]

“Itu perahunya datang!” kata Faqih

.: Segarnyaaa Markisa :.

Slurrppp…..

Hari Sabtu kemarin, ngewer-ewer adhek ke pekarangan depan rumah sambil nyuapin sarapan. Tiba-tiba si adhek nunjuk-nunjuk sesuatu. Setelah didekatin, oooh ternyata markisanya Akung jatuh sebiji. Menggoda deh, kulitnya pink ranum gitu.

Pas banget kan, adem-adem gini bikin wedang anget markisa. Caranya gampang kok.

  1. Cuci bersih buah markisa.
  2. Potong horizontal ato vertikal.
  3. Kerok bijinya, tampung di gelas.
  4. Tambahkan air panas dan gula pasir secukupnya.
  5. Taraaa…………… jadilah…. tinggal tunggu bentar biar anget, jontor donk kalo minum panas-panasan.
Inilah wedang anget markisa ala chef Mama….. Qeqeqe….