.: Di Balik Kisah Kelahiran Kalian .:

Setelah sholat Subuh hari Senin, Mama dan anak anak glundang-glundung di kasur. Bapak baru aja berangkat ke kantor barunya.

 

Mama : “Mas Faqih, bunkbednya kok sering nganggur yah. Jarang ditidurin”.

Faqih : “Ga kok Ma, kan sering kami bobo di situ. Tapi Faqih kan belum 10 tahun”.

Mama : “Tahun ini udah 10, Nak”.

Faqih : “Belum Ma, nanti Juni baru 10”.

Mama : “Hmmmm…..kan 31 Mei lahirnya. Kok jadi  Juni”

Faqih : “Ngitungnya kan setelah 31 Mei itu Ma”.

Mama : “Wkwkwk, ada ada aja”.

Nizar : “Dulu lahirnya adhek berapa jam Ma?”

Faqih : “Maksudnya jam berapa ya Dhek ?”

Nizar : “Bukaaan, maksudnya adhek bisa keluar setelah berapa jam ?”.

Mama : “Adhek sih cepet aja, paling 3 jam. Yang lama itu Mas Faqih”.

Faqih : “Karena anak pertama ya Ma?”

Mama : “Iyaa, Faqih masih mencari jalan lahir”.

Faqih : “Makasih Mama, maaf ya karena sakit melahirkan Mas Faqih”

Lalu duo boys beranjak mendekati Mamanya, minta dipeluk-peluk, ndusel-ndusel semua.

Hihihi

 

Sayang kalian semua, My Babies.

.: Cita-cita :.

Sepenggal percakapan anak-anak tentang cita-cita mereka.

Faqih : “Mas Faqih nanti mau jadi scientist. Adhek pengen jadi apa?”.

Nizar : “Adhek pengen jadi tentara”.

Seketika Emaknya mellow.

Tentara, hikss….

Cukuplah sudah Mbah Buyut dan Mbah Kakungnya saja yang jadi prajurit. Emak tau banget gimana ga enaknya. Itu sebabnya, Emak emoh jadi Bhayangkari, hihihi…..

Kebetulan beberapa hari kemudian, pas lihat video di instagram tentang pemberangkatan para prajurit TNI ke daerah konflik, Emak yang tambah mellow punya kesempatan menelisik hati kecil Nizar.

Mama : “Adhek, coba lihat ini Nak. Kalauadhek  Nizar jadi tentara, akan tugas jauh sekali ke mana-mana dan lama banget. Mama pasti kangen. Mama jadi sedih lihat video ini”.

Nizar : “Adhek ga jadi deh Ma punya cita-cita tentara. Adhek ga mau Mama sedih”.

Terus adhek ndusel ndusel Mama.

Allah, proud of u, my baby.

Terima kasih telah menenangkan hati Mama.

.: Kisah Duo Kala Ramadhan :.

Marhaban Ramadhan 1438 Hijriah

Walaupun bukan puasa pertama untuk Faqih, tapi Ramadhan kali ini tetap seru latihannya.

Dua tahun lalu, Faqih berpuasa di Melbourne dalam kondisi musim dingin bertemperatur 10 derajat Celcius ke bawah. MasyaAllah, walau ga tiap hari latihan puasanya tapi Faqih mampu berpuasa sampai waktu Maghrib tiba. FYI, durasi waktu berpuasa di Australia saat musim dingin paling pendek sedunia, hanya 11 jam totalnya. Subuh jatuh pada jam 6 pagi dan Maghrib pada pukul 5 sore. Tantangannya selain musim, tentu saja kondisi lingkungan sekitar di mana hanya ada sekitar 3-4 anak yang beragama Islam dalam satu kelas Faqih. Mama salut Mas, Mama saja belum tentu bisa seperti Faqih jika seusia Faqih. Berpuasa dalam kondisi kedinginan dan melihat teman-teman tetap membawa botol minum dan lunchbox nya serta makan snack dan makan siang bersama-sama sementara Faqih cuma bisa ngeliat. Walaupun Mama tetap membekali Faqih dengan botol minum dan lunchbox dalam tas sekolah sekedar berjaga-jaga agar hati Mama lebih tenang serta menjelaskan kondisi Faqih pada Bu Guru, Allah memberimu kekuatan untuk bertahan dan kuat menahan segala goda. Barakallah, Sayang.

Setahun kemudian di 2016, udah di Indonesia, Faqih berpuasa saat sekolah telah libur. Latihannya hanya sekitar 2 minggu dan puasa mbedug alias buka saat adzan Dzuhur berkumandang. Apalagi ketika mudik, Mama belum tega dan membolehkan Faqih berbuka tepat pukul 12 siang.

Tahun ini, 2017, Mama dan Bapak sepakat untuk mulai serius mengajarimu berpuasa Nak. Sejak beberapa bulan sebelum Ramadhan, kamu dan adikmu terus bertanya kapan kita mulai puasa. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit Mama mencicil sounding pengajaran shaum.

H-1, Mama nyiapin bakso buat sahur pertama Faqih. Sore sepulang kantor nyempetin mampir ke gerobak Cak Di dekat kolam.  Faqih dan Nizar juga antusias diajak ke musholla untuk Tarawih. Adhek yg ogah make sarung juga ngikutin gerakan shalat sebelum akhirnya pada rakaat Tarawih yang ke-6, nyariin Mama karena mau pipis. Mama dan adhek buru-buru pulang deh. Faqih nyusul setelah rakaat ke-8 karena Mama sepakat, melatih Faqih dan Nizar tidak perlu sampe rakaat ke-20 plus 3 rakaat Witir.

Mama nanyain ke Faqih juga, mau disiapin apa buat sahur besok dan Faqih jawab “Energen”.Oke, Faqih beli saat Mbah Uti datang ke rumah kita sepulang sholat Tarawih.

Pukul 3.30 dinihari, Mama sudah sibuk di dapur. Alhamdulillah Faqih mudah sekali dibangunkan, cukup bilang, “Energennya sudah siap Mas Faqih. Yuk kita sahur”. Pas banget Ramadhan hari pertama ini Sabtu, jadi kita bisa sahur bertiga dengan Bapak. Selesai makan pun, Faqih sigap ke kamar mandi untuk sikat gigi. Pinteerrr anak shalih.

Gimana dengan Nizar ?

Oh dia tetap bobo manis hehehe.

Faqih anteng sampe Dzuhur karena haus, trus minta diizinkan untuk minum lalu lanjut sampe Maghrib. Anak-anak berbuka pake ayam goreng Rocket Chicken yang dibeliin Bapak. Alhamdulillah.

Sahur hari kedua juga lancar. Faqih bangun sahur setelah dibisikin energennya sudah Mama buatkan. Ayam gorengnya juga masih ada.  Trus Faqih janji akan puasa penuh hingga Maghrib. Mama nanya, mau hadiah apa, nanti pas nganter Bapak ke bandara bakal Mama beliin? Ternyata minta mie kremes. Nizar belakangan juga minta Buavita Mango.

Sepulang dari nganter Bapak ke bandara, hari masih terang. Pesawat Bapak selama Ramadhan berangkatnya pukul 17. Jadi pukul 15 Mama antar dan sampe ke rumah lagi pukul 16.30. Alhamdulillah Faqih masih kuat berpuasa. Yeayyy…. sampe Maghrib deh hari ini walau pas siangnya ngeluh laperrr. Berbukanya pake apa ya, sosis kalo ga salah. Hadiahnya keripik Lay’s !

Sahur hari ketiga di Senin, sempat sedih, sekarang cuma makan berdua Faqih. Syukurlah Faqih masih mudah dibangunkan. Lagi-lagi dengan energen dan cumi tepung.

Kejutannya adhek ikut bangun, ngabisin cumi tepung, hahaha. Ga taunya sampe siang adhek bilang ikut puasa ke Mbah Mi, mogok makan ceritanya. Siang cuma mik susu dan ga mau makan karena adhek bilang mau puasa lagi. Pas Mama pulang, barulah mau disuapi Mama, banyak banget pake sosis dan nugget.

Faqih jadi ikutan deh berbukanya pake nugget dan sosis yang barusan Mama belikan. Hadiah buat Faqih hari itu Taro, Floridina sama Shapesnya Arnold’. Buat adhek, atas usahanya ikut berpuasa, Mama belikan Chitatos dan Buavita Mango. Alhamdulillah kelar lagi sampe Maghrib yaa Nak.

Hari keempat sahur, agak drama karena Faqih ngantuk dan Mama rada telat nyiapin maem. Faqih maem pake udang tepung. Nizar bangun cuma ngemilin lele sedikiiit. Niat ikutan puasa juga hehehe….

Alhamdulillah tunai juga puasanya hari keempat. Nizar maem pukul 11 siang. Hadiah Faqih adalah burger, Nizar ga Mama beliin dan ga marah karena sadar ga ikut puasa sampe jam 12.

Barakallahu fiik my two little Princes.

Tambah semangat ya belajar puasanya. InsyaAllah kelak jadi jundullah kebanggaan umat. Aamiin yaa Mujiibassaailiin.

 

.: Faqih dan Musim Gugur Kedua:.

20150414

Maret adalah waktu bagi dedaunan untuk berganti-ganti warna kemudian meluruhkan diri. Tak terasa, ini adalah musim gugur kedua untuk Faqih selama bersekolah di Melbourne. Ada banyak kemajuan positif darinya saat ini. Sesuatu yang membuatku terharu kala mengingatnya lagi.

Memoriku pun mundur ke satu tahun yang lampau…..

Faqih yang belum mengerti benar isi percakapan dalam bahasa Inggris menjadikannya terasing, pemalu, enggan sekolah karena mungkin berselisih dengan teman (yang menurutku ini terjadi hanya karena persoalan miskomunikasi) bahkan sampai menangis meronta-ronta dan harus dipeluk gurunya dulu di pintu depan kelas, ditenangkan cukup lama dan aku harus pulang karena diminta oleh gurunya sambil mendengar tangisan Faqih. Pada waktu itu, sepanjang jalan airmataku menggenang, memandangi daun-daun yang berguguran, dadaku terasa sesak sekali sambil berpikir solusi untuk Faqih. Hampir semua cara kulakukan agar Faqih kembali seperti awal tiba di Melbourne; berbicara lebih intens pada Faqih, bertanya kepada para seniorku di sini, membawa ke temanku yang seorang psikolog, berdiskusi dengan guru-gurunya, membiasakan bercakap sehari-hari dengan menggunakan bahasa Inggris dan lain-lain.

Faqih yang ketika kuikutkan dalam aktivitas liburan di perpustakaan hanya diam menyaksikan anak-anak lain antusias melakukan eksperimen kimia sederhana dan cuma mau mendengarkan aku berbicara dalam bahasa Indonesia, padahal sebelumnya aku sibuk mengoceh, menjelaskan ini itu dalam bahasa Inggris. Fyuuh…

Faqih yang ketika ditanya guru atau teman sekolah hanya diam membisu dan berlalu seolah tak ada apa-apa. Faqih bahkan diragukan dapat lanjut ke primary school dan kemungkinan harus tertahan 1 tahun lagi di kindergarten.

Aahh….. sediiiih perasaanku waktu itu. Sampai akhirnya Emily datang, guru cantik nan baik dan bisa mengambil hati Faqih di kindergarten. Ia menawarkan pendampingan bahasa untuk Faqih. Gratis! Semua ini dijamin oleh Pemerintah Australia. Perlahan, rasa percaya diri dan adaptasi Faqih menguat.

Alhamdulillah…. Tak dapat kulukiskan besarnya rasa terima kasihku untuk Emily yang selalu sabar menemani dan membimbing Faqih di sekolah . Bagian pendampingan ini nanti InsyaAllah kuceritakan di postingan yang berikutnya. 

Sekarang, alhamdulillah… indah sekali nikmatmu ya Allah.

Semua teman memuji perkembangan positif Faqih. Terlihat sekali bedanya. Faqih nampak menikmati dunia, lingkungan dan sekolahnya. Udah lumayan lancar membaca buku bahasa Inggris pada levelnya, lebih percaya diri cas cis cus in English dan setia mengoreksi Mamanya yang kadang eh sering keliru pengucapan katanya atau menjelaskan kosakata baru yang belum pernah kudengar artinya. Malah tak jarang ngomel-ngomel lucu atau nyeletuk dalam bahasa Inggris yang mbule banget. Faqih juga mulai pandai bersosialisasi dengan teman-temannya di sekolah publik yang multikultural ini. Saat kudaftarkan ke aktivitas liburan musim gugur bulan lalu di perpustakaan komunitas, Faqih tak sabar selalu mengacungkan jari untuk sekedar bertanya, menjadi relawan atau berkomentar, hihi…. gemesss. Begitu pula di kelas TPA setiap hari Minggu, ia berubah menjadi sangat aktif. Bertanya dan berbicara menimpali penjelasan guru, mengajukan diri untuk muroja’ah surah pendek atau sekedar ceriwis bercanda.

Ternyata, semua hanya butuh waktu untuk berproses dan bersabar mendampinginya. Semoga sekelumit perjalanan jauh kita akan bermanfaat untukmu kelak ya, Buah Hatiku…

Ini autumn terindah bagi kami dan penuh berkah InsyaAllah untuk Faqih.

Mudah-mudahan Allah jadikan kami, orangtuamu, selalu sabar dan penuh syukur dalam mendampingi dan mengarahkanmu. Aamiin ya Rabb.

.: School is Fun, Ma :.

Ga terasa, tahun 2015 sampai juga. Artinya sesuai dengan kalender pendidikan negara Australia, Faqih harus masuk sekolah dasar. Untuk anak yg orangtuanya mendapatkan beasiswa master dari Pemerintah Australia seperti ADS/AAS, anak-anaknya berhak atas penggratisan biaya sekolah di sekolah publik. Sedangkan bagi semua anak yg orangtuanya sedang mengerjakan riset/menjalani pendidikan doktoral, apapun sponsor beasiswanya, InsyaAllah gratis.

Tapi di akhir tahun 2014, kami sempat ketar ketir karena tidak seperti biasanya, kebijakan penggratisan biaya ini tak kunjung keluar karena Pemerintah Tony Abbot mengubah beberapa hal, padahal pihak sekolah meminta orangtua melengkapi syarat pendaftaran dengan kebijakan secara tertulis ini. Sementara Departemen Edukasi tak kunjung mengirimkan berkas yang kami minta berulangkali. Ntah bagaimana akhirnya, aku dan suami udah pasrah. Mungkin karena Faqih terdaftar sejak kindergarten sebagai siswa di sini, campur tangan internal terjadi sehingga akhirnya pihak sekolah dasar mengirimkan pemberitahuan secara tertulis bahwa Faqih diterima sebagai siswa. Alhamdulillah, InsyaAllah pada tanggal 2 Februari 2015 nanti, Faqih bisa masuk menjadi murid kelas Preparation di Brunswick South West Primary School (BSWP) yg letaknya sangat dekat dengan flat tempat tinggal kami. Sebenarnya tak banyak alasan kami mengapa memilih sekolah ini selain karena faktor jarak. Bunyi lonceng sekolah pun terdengar jelas dari flat. Sekolahnya yg sekarang berhadapan dengan kindergarten nya dulu. Banyak juga teman-teman dari kinder Faqih yg melanjutkan sekolah ke BSWP juga sehingga aku berharap proses adaptasi Faqih tidak akan selama dan serumit ketika dia di kinder dulu. Apalagi sejak November dan Desember 2014, Faqih dan teman-temannya udah menjalani 3 kali pengenalan dengan sekolah barunya. Mereka juga dipasangkan dengan senior yg berada pada 1 level kelas di atasnya, misalnya dengan siswa grade 1 yg dikenal atas dasar permintaan orangtua atau kesamaan sekolah asal. Sistem ini dikenal dengan nama sistem “Buddy“. Selain mencegah bullying dari senior, juga meluruhkan rasa canggung dari murid baru. Pada awalnya Faqih mendapat buddy orang lokal, Amanda namanya. Amanda sangat telaten membimbing Faqih. Faqih juga terlihat menikmati sekolah barunya walau pada jam pertama sempat menangis mencariku yg sedang mengikuti pertemuan para orangtua di perpustakaan. Alhamdulillah sebulan kemudian ketika kelas definitif akan dimulai, kami menerima surat lagi dari sekolah yg memberitahukan bahwa Faqih dipasangkan dengan Queena, putri Mas Bayu dan mbak Dewi yg udah kami anggap seperti keluarga sendiri di sini, selain karena suami pernah menjadi anak angkat kos di flat Mas Bayu juga karena rumah kami berdekatan dan sama-sama pendatang dari Jawa. Mbak Dewi senang sekali waktu tahu Faqih sekelas dengan Queena, karena mungkin ketika Mbak Dewi sedang sibuk, Queena bisa aku ajak pulang ke rumahku dulu. Aku juga senang karena Faqih komunikasinya bisa lebih baik dengan adanya Queena sebagai buddy.

2 Februari 2015

Hari pertama, Faqih yg sangat antusias sekolah karena sejak bulan sebelumnya udah counting down hari demi hari, bangun pagi sekali kemudian sarapan, mandi dan berpakaian. Berangkat pukul 8.30 pagi diantar aku, adhek di rumah karena Bapak sedang ga ke kampus. Eh ternyata untuk anak Preparation, khusus hari itu masuk pukul 10. Hehe… ya udah, kutawarkan pada Faqih, apa mau pulang dulu atau mau lihat assembly. Assembly adalah upacara ala Aussie setiap Senin pagi, biasa dilakukan dalam aula sekolah. Faqih pengen lihat ternyata, jadi bersama Mbak Dewi dan Queena yg baru datang, kami pun menuju aula.

Mengamati upacara ala Aussie yg sangat berbeda dengan upacara di sekolah Indonesia cukup menarik bagiku. Anak-anak diminta duduk di lantai berdasarkan pengelompokan kelas kemudian Kepala Sekolah memberikan kata sambutan yg singkat, dilanjutkan pemutaran lagu kebangsaan Australia yakni Australian Anthem di mana anak-anak diminta berdiri sambil bernyanyi, dan dilanjutkan dengan pesan-pesan dari pustakawan, guru olahraga atau komite sekolah, lalu ditutup oleh Kepala Sekolah. Para orangtua beserta balitanya akan berdiri di sisi aula sepanjang acara, ikut mendengarkan dan memperhatikan. Maklum yah di sini jarang yg punya nanny atau asisten rumah tangga, jadi di acara apapun pastilah ada para bayi. Simpel dan berkesan, itulah yg kulihat pada assembly pertama Faqih.

Alhamdulillah pagi itu berlalu dengan lancar. Faqih ga rewel sama sekali, hanya minta diantar sampai ke dalam kelas, lalu kuajak berkenalan dengan Aisya, putri Mbak Yuli yg juga merupakan tetangga kami di 3055 (anak Indo ngumpul semua di 1 kelas kayaknya niy hihi) dan Queena. Mereka menunjukkan tempat penyimpanan tas, jaket dan toilet kepada Faqih. Tak lama Faqih menghampiri Mitsuki, teman karibnya sejak kinder, dan langsung asyik bermain lego serta blocking bulding. Aku sempatkan berbincang sebentar dengan ibu Mitsuki serta mengambil foto Faqih, lantas kutemui Carly, guru kelas Faqih untuk memperkenalkan diri. Waktu aku pamit, Faqih tetap tersenyum. Sempat hati ini berbisik sedih, untuk pertama kali meninggalkan Faqih sendiri, di sekolah luar negeri yg masih asing baginya dalam durasi waktu panjang hingga sore hari. Mellow, huhu…

Hanya Allah sebaik-baik penjaga, aku titipkan putraku padamu ya Rabb…

Siang berlalu.

Aahh…. Tak sabar rasanya ingin menjemput Faqih pada sore hari. Pukul 3 lebih sedikit, aku udah siap keluar rumah dan menuju sekolah. Akhirnya bel sekolah berbunyi pukul 3.30 sore, Faqih keluar kelas dengan riang. Aku peluk dan cium pipinya berkali-kali. Rindu…. dan sepanjang perjalanan pulang, Faqih asyik bercerita tentang pengalaman hari pertamanya sekolah dan pelajarannya. Beberapa kali sempat terucap, “Faqih senang sekolah di primary school Ma…”

Waahh senang dan lega sebagai orangtua mendengar kalimat dan bahagia Faqih. Alhamdulillah, bayiku tak terasa telah semakin besar.

Mudah-mudahan School is always fun buatmu ya Nak. Barokallahufiyk anak shalih…..

*karena ada sedikit masalah pada blog, foto akan menyusul yah, maaf atas ketidaknyamanan ini*

.: Faqih dan Teman-teman Baru di Pengajian Mama :.

Aku senang banget kemarin melihat kemajuan pesat Faqih. Kebetulan giliran Faqih yang dibawa ke Pengajian Aisyah di rumah Mbak Rei, sekaligus menjadi farewell Mbak Rei yang pekan depan akan pulang ke Indonesia. Awalnya aku dan Faqih jadi yang pertama datang, rumah Mbak Rei masih sepi. Anak bungsu Mbak Rei, Revan, setahun lebih muda dari Faqih, membukakan pintu dengan senyum manisnya. Faqih pun langsung akrab bermain berdua Revan, datang ke aku kalo haus atau mau ngemil aja. Aku leluasa mengobrol dan membantu Mbak Rei menyiapkan penganan.

Tambah lama, ibu-ibu yang datang bersama anak-anaknya semakin banyak. Rata-rata perempuan dan lebih besar dari Faqih. Anak lelaki Mbak Dharma ternyata juga datang, salah satunya bernama sama dengan Faqih, hihi… Jadi kalo manggil “Faqih”, yang noleh berdua. Akhirnya dikoreksi, “Faqih Besar dan Faqih Kecil”, hahaha….

Banyaknya anak seusia membuat Faqih jadi lupa aku. Dia asyik bermain dan aktif mengajak bermain, tentu saja berbahasa Inggris karena anak-anak Indonesia di sini rata-rata udah lancar cas cis cus Inggrisnya. Bahkan ketika Faqih mendatangiku, dia mengucapkan sesuatu dalam bahasa Inggris, “Mommy, I want to drink”.

Whaaa….. aku bahagia sekaliiii….

Ketika tak sengaja mendengar Faqih mengajak Faqih Besar bermain, Faqih pun mengucapkannya dalam bahasa Inggris, “Playing Hide and Seek again?”.

Hihihi, lucuuu….

Saat pengajian usai dan Faqih kuajak pulang, ia nampak keberatan meninggalkan teman-temannya. Rupanya waktu yg sebentar udah menautkan hatinya dengan teman-teman baru dan Faqih sangat menikmati berada di sekeliling mereka. Apa boleh buat Sayang, hari udah malam. Apalagi winter memang bikin malam jadi lebih panjang.

Ketemu udah kuncinya agar Faqih semakin lancar berbicara bahasa Inggris dan meningkatkan kemampuan bersosialisasinya. Semoga ini adalah awalan yang bagus, aamiiin….

Great job, Son…. Mommy prouds of you

.: Kisah Kelahiran Faqih :.

Kuhitung dgn seksama usia kandungan anakku sambil mencoretcoret kalender meja, memberi tanda dgn stabilo hijauku. Beban pekerjaan yg banyak sungguh tidak memungkinkan diriku mengambil cuti tahunan untuk memperpanjang cuti bersalin yg hanya 3 bulan. Sejak awal kuputuskan mengambil tanggal mulai cuti yg mepet aja dgn HPL yg kata DSOG tanggal 7 Juni 2009, ingin lebih lama bersama calon anakku di rumah…

 Jumat, 29 Mei 2009

Hari terakhir bekerja, kutuntaskan pekerjaan yg tersisa semampuku. Yah walau pada akhirnya tetap ada 1 item yg harus ditake over oleh peer mate ku. So sorry, sobat. Pada menit akhir menuju jam 17, kusempatkan berkeliling untuk pamit dengan rekna-rekan kerjaku, sekaligus meminta maaf dan doa agar perjuanganku dimudahkan. Melahirkan itu salah satu bentuk jihad kan, hehe….

 30 Mei 2009, adzan subuh berkumandang….

 Terasa ada sesuatu yg keluar dari jalan lahir. Segera kucek, ternyata lendir. Hmmm, berarti sudah dekat waktu berjihad itu menjelang. Ada sejumput cemas, membayangkan bagaimanakah rasanya nanti, tapi kebahagiaan segera akan berjumpa dengan buah hati yg telah lama bersemayam di tubuhku membuat gelisah itu teredam. Bismillah, aku pasrahkan saja hidupku di tangan-Mu, ya Rabb…. demi makhluk suci dalam rahimku, apapun ikhlas kujalani. Hiks, jadi tau rasa cinta bunda kita ya teman….Suami yg sudah terbangun dari tadi kuajak bersiap ke bidan Iin di Klinik Firdaus untuk memeriksakan pembukaan. Tas berisi perlengkapan bersalin juga kubawa, siapa tau langsung diinapkan.

Degdegan? Pasti.

Tapi dukungan dari suami dan kepasrahan pada Allah membuatku lebih tenang.

Tak berapa lama, sampailah kami di klinik. Sepi, karena masih sangat pagi. Kuketuk pintu rumah dan pos bidan jaga, ga lama seorang bidan belia menyambutku dgn tersenyum ramah walau terlihat mengantuk. Setelah bertanya sedikit ihwal, bidan jaga mempersilakanku berbaring sambil menunggu pemeriksaan dalam dari bu bidan Iin, yg rupanya baru saja bisa beristirahat karena sebelum kedatanganku, beliau menangani pasien lain yg melahirkan.

Sambil bersenandung, bu bidan menghampiriku. Beliau segera mengenaliku dan sambil tersenyum bertanya beberapa hal. Wah rupanya masih pembukaan 1. Faktor anak pertama membuat pembukaan lengkap lebih lama karena otot vagina belum lemas. “Bisa jadi lairannya besok pagi niy”, canda beliau. Beliau memberi opsi, menunggu di kamar klinik atau pulang ke rumah. Aku dan suami memilih pulang dengan alasan kenyamanan. Akhirnya bidan membekaliku beberapa butir pil, bentuknya kecil berwarna putih untuk kuminum.

Sesampainya di rumah, kupandangi pil itu sambil berpikir dan takut, ingat cerita teman, jangan-jangan ini pil untuk merangsang pembukaan atau induksi. Melalui sms, kutanyakan juga kepada Lik Yani, jawabannya membuatku semakin mantap untuk mencoretnya dari daftar obat yg harus kuminum. Hihi sotoy, andai saja tau, mungkin ga gini ceritanya…

Sampai malam hari, aku masih cengengesan, lendir juga tetep keluar. Tapi mas bilang, kalo aku masih ketawa-ketawa, berarti belum akan melahirkan.

Kko bisa mas beranggapan begitu? Kayak pernah lairan aja, hihi…Oooh ternyata based on her sister’s experience, sakitnya ketika pembukaan hampir sempurna biasanya bikin wajah ga cengar-cengir lagi, beda dengan wajahku saat ini yg masih penuh canda tawa, hihi…. Kucoba beristirahat di tengah his atau kontraksi karena persalinan membutuhkan fisik yg kuat. Karena lelah, mata ini mau bekerjasama. Tak lama, aku pun terlelap.

Pyarrrr….

Bunyi yg mengagetkan terdengar dan seketika mengagetkanku. Terasa ada air yg menggenangi di bagian bawah tubuh. Pikiranku teringat pada pecahnya ketuban. Dinihari itu pukul 3 pagi, aku bergegas membangunkan mas untuk mengajaknya bersiap ke klinik. Mas yg segera terjaga juga tergesa keluar kamar untuk memberitahu orangtuaku.

Kuraih tas yg berisi perlengkapan bersalin sambil melantunkan doa. Bismillah, sebentar lagi akan jumpa denganmu, Nak. Makhluk yg sangat kami rindukan hadirnya.

Pukul 4, setelah bebersih seadanya, mobil melaju kencang di jalanan yg sepi. Sesampainya di klinik, Bu Bidan dan para asisten langsung memeriksaku. Ternyata bukaan belum sempurna. Bidan pun bertanya apakah obat yg diberikan beliau kemarin sudah kuminum. Dengan lugu kuceritakan perihal ketakutanku akan obat itu dan obrolan dengan bulik Yani. Bidan tertawa sambil bilang * mungkin pengennya tepokjidat kali ya dapet pasien sotoy kayak aku*, “Itu obat pelemas otot jalan lahir, bukan perangsang”.

Oh Ya Rabb, maluuuuu….!!

Hahaha

Oleh karena pembukaan belum sempurna, tapi ketuban sudah pecah, bidan menginstruksikan kami untuk mengambil kamar perawatan saja. Menunggu hingga pembukaan lengkap. Mas segera memesan kamar VIP yang cukup bagus dan fasilitasnya lengkap. Ada kulkas, TV, meja makan, sofa tamu dan permadani, plus kamar mandi dalam lengkap dengan shower serta spring bed dan box bayi karena bisa rooming in. Inilah salah satu pertimbanganku lebih suka melahirkan di klinik bidan, perawatan bisa gabung dengan bayiku sendiri. Ga ada acara terpisah dari si kecil sejak ia lahir. Apalagi memang aku bertekad untuk menyusuinya langsung.

Di dalam kamar, aku yang memakai jarik, diminta Mama untuk jalan terus agar bayi cepat turun. Jadilah aku muter muter sambil sesekali dibimbing Mas ketika rasa sakit kontraksi datang. Tapi masih bisa cenga- cengir. Berarti masih agak lama melahirkannya, hehe…

Sekitar pukul 7, kontraksi terasa makin hebat. Aku uda lemes, pengen tiduran aja. Mas duduk di bawah bed sambil memegangi tanganku, menuntun istighfar dan mengelap keringatku. Ah kalo inget hal ini, cintaku pada Mas tambah besar. Hehehe…

Mama yang tadinya menghilang, datang membawa air jahe. Ko sempet ya, beli di mana pagi pagi gini. Ternyata ada tetangga bidan yang merupakan teman lama Pakde, jadi Mama nyempetin ke situ buat minta jahe dan memarutnya. Air jahe yang panas akan membuat bayi lekas lahir. Hehehe aneh aneh aja. Oke deh, kuminum sampe tandas. Ga ada salahnya nyoba, asal ga melenceng dari syariat, insyaAllah akan kulaksanakan. Betapa kasihnya orangtua pada anak, beginikah rasanya Ma ketika engkau berjuang melahirkanku ke dunia? Really love you, Mom…..

Akhirnya asisten bidan datang mengecek keadaanku pada pukul 8. Aku diminta segera masuk ruang bersalin. Bapak menunggu di luar, Mama dan Mas boleh masuk mendampingiku. Ranjang yang kutempati persis di sebelah dinding. Mas mengambil posisi di samping kepalaku, Mama di dekat kakiku. Rasanya ga karuan, ya panas entah karena jahe ato memang metabolisme tubuh otomatis akan seperti itu – padahal kipas angin ada di atas kepalaku- ya sakit, ya gerah. Benar benar berjuta rasanya. Mas di samping sibuk membimbingku berdzikir, sambil memberiku logistik berupa minuman ato cemilan yang kuinginkan (jangan lupa hal ini ya, karena melahirkan butuh energi besar, jadi selain tas perlengkapan bayi, siapkan juga logistik kita), Mama sibuk menangis, mengelap airmata, mengelus dan memijitiku sambil berdzikir. Asisten bidan juga tak pernah pergi, setia menungguiku di sisi sambil memijiti kakiku dan mengecek infus yang dipasang ke tanganku. Salah satu hal yang membuatku terkesan dengan klinik ini.

Lama kelamaan, rasa sakit semakin menjadi, dzikirku makin lirih. Asisten bidan memintaku berubah posisi untuk membuatku merasa lebih nyaman. Posisinya berbaring miring ke kiri menghadap dinding, menatap Mas. Kulirik sekilas jam dinding dengan ekor mata. Hmmmm pukul 9. Asisten bidan yang mengecek pembukaan melihat kondisi jalan lahir. Dia segera masuk ke dalam rumah yang ditempati bu bidan. Ga lama, bidan datang dengan riang dan menyapaku hangat. Sekejap aku lupa rasa sakit ini, merasa diperlakukan lebih personal oleh beliau. Ini juga salah satu alasanku hanya ingin ditangani oleh bidan.

Setelah mengejan hanya dua kali, suara tangis bayi laki-laki yang nyaring terdengar. Alhamdulillaah, Mas nampak sangat lega. Diciuminya dahi dan bibirku. Dan inilah buah hati kami, amanah Allah, telah ada di hadapanku untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) setelah sempat dibersihkan dengan lap sebentar. Mata kecilnya mengerjap-ngerjap lucu memandangku. Rambut ikalnya seperti rambut Mas. Menggemaskan…

Selesai jahit-menjahit luka bersalin, bu bidan menolak memberi tahu berapa banyak sambil tertawa, aku dipindahkan ke kamar inap dengan kursi roda. Mas kemudian mengabari orang tua dan sanak saudara, Mama sibuk membenahiku, Bulek-bulekku yang berdatangan menjenguk sibuk menimang bayi kecil kami, dan sepupuku riuh rendah ramai sekali bercanda. Ah bahagianya….

Setelah sempat tertidur selama 5 jam, bayi kecilku terbangun dan minta disusui. Seminggu kemudian, kami beri ia nama, Faqih Ahmad Gifri.

Sekarang bayi mungil itu uda besar, sibuk berceloteh dan bertanya banyak hal sepanjang hari, bahkan sampai ketika waktunya tidur malam pun. Hingga tak jarang, aku dan Mas harus mengingatkannya untuk diam sejenak dan merem. Hehe…

Uda pandai membolakbalik pertanyaan dari yang sederhana hingga membuat kening orang tuanya berkerut dan akhirnya harus membuka mbah Google. Mulai rutin mengikuti shalat lima waktu. Berusaha menambah hafalan surah pendek dan menamatkan buku Iqra’ jilid tiga tapi karena permintaannnya sendiri diulang lagi dari jilid satu agar bisa lekas membaca Al Qur’an. Aamiiin ya Allah..

Barokallahufiik ya bunayya…

Jazakallah telah hadir menjadi qurrota ‘ayun Bapak dan Mama. Semoga hadirmu ke dunia adalah rahmatan lil alamiin. Mudah-mudahan engkau menjadi insanul kariim dan Allah mudahkan kami untuk menyayangi dan mendidikmu dengan sebaik-baik tauladan, aamiin aamiin tsumma aamiin.

.: Perkembangan Faqih di Sekolah :.

Tak terasa, Mas Faqih udah di term kedua kindergarten. Di awal term kedua ini, Angela, wali kelas Faqih, mengajakku berdiskusi secara nonformal tentang perkembangan Faqih di sekolah. Faqih masih belum mau bicara dengan guru dan teman, bermain pun lebih suka sendiri. Aku ceritakan bahwa hal ini juga terjadi di Indonesia, bukan hanya ketika di Melbourne. Sejak PAUD, Faqih bersikap demikian dan hingga saat ini kalo ditanya kenapa, jawaban Faqih sederhana ; Faqih ga suka sekolah, mau di rumah aja dengan Mama.

Soal bahasa mungkin jadi salah satu kendala Faqih belum mau bermain dengan teman. Hanya Thomas yang bisa klik dengan Faqih. Entah bagaimana cara mereka bermain tanpa berkomunikasi, tapi aku yakin bahwa Faqih sebenarnya mengerti apa yang temannya ucapkan, hanya masih sulit berucap. Waktu acara Mother’s Day, Ibunya Thomas sempat bilang ke aku, Thomas sering cerita bahwa Faqih adalah teman main Thomas di sekolah.

Akhirnya aku janji ke Angela, di rumah, aku dan Mas akan berusaha lebih intens lagi mengajaknya berkomunikasi dengan memakai bahasa Inggris. Angela juga memberikan saran serupa. Padahal, Faqih kalo di rumah kan ceriwis ya, kadang juga dalam bahasa Inggris ngomong ini itu. Heran kenapa di sekolah diam seribu bahasa. Cuma mengangguk dan menggeleng jika berkomunikasi. Diminta senyum aja susah. Aaaa….. Kasian jadinya membayangkan Faqih hanya membisu selama 6 jam di sekolah setiap hari.

Kemudian Angela menawarkan Faqih tetap berada di kindergarten tahun depan untuk memberinya zona nyaman. Mungkin dengan begitu, Faqih bisa lebih berkembang kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasinya. Tawaran yang dengan halus kutolak keesokan harinya setelah berdiskusi dengan Mas. Kami ingin Faqih melanjutkan ke tingkat selanjutnya sebagaimana normalnya, selain menjaga psikis Faqih, juga karena banyak pengalaman serupa dari teman di sini yang anaknya mengalami hal sama dan pada akhirnya bisa membuktikan bahwa kemampuan anak-anak Indonesia berbahasa Inggris ga kalah dengan anak bule ketika mereka di sekolah dasar (primary school) nanti. Memberikan kesempatan anak melanjutkan pendidikannya ke sekolah dasar berarti memberikan kesempatan padanya untuk berinteraksi lebih intens dengan teman dan guru di sekolah dari Senin hingga Jumat, tidak seperti di kinder yang hanya diikuti 3 hari dalam seminggu. Lagipula, sekolah di sini menyenangkan. Rata-rata anak Indonesia yang bersekolah di sini juga unggul dalam tes yang diadakan oleh sekolahnya.
Bismillah, semoga keputusan kami tepat untukmu, Faqih sayang.

Angela juga bertanya tentang gigi seri atas Faqih yang gigis, kapan terakhir cek ke dokter gigi dan hasil konsul dengan dokter. Untunglah bisa kujawab semuanya dengan bahasa yang semoga bisa dimengerti, hihi… Faqih sebelum berangkat udah ke dokter gigi dan ditambal. Untuk gigi yang gigis, insyaAllah akan tumbuh saat usianya 7 tahun ntar.

Beberapa hari setelah itu, aku dan Mas semangat bercasciscus bahasa Inggris dengan Faqih di rumah. Hasilnya mulai terlihat. Ada kemajuan sedikit demi sedikit dengan perkembangan berbicara Faqih. Tiga kalimat pertama Faqih adalah, “Are you okay?”, “Is everything okay?”, dan “What is it?”.
Alhamdulillah, terharu…
Semoga ke depannya semakin banyak kosakata Mas Faqih. Kata seorang senior di sini, dalam diamnya anak merekam. Aamiiin, insyaAllah, cepatlah mengerti dan berbicara Mas Faqih, agar semakin banyak engkau temukan ilmu yang bermanfaat di sini; Australia….

Posted from WordPress for Windows Phone

.: Hari Pertama Faqih di Denzil Don Kindergarten :.

# 3 Maret 2014 #

Hari Senin pagi pukul 8 Mas Faqih udah siap diantar ke sekolah ditemani Adhek dan Mama. Walaupun awalnya agak sulit tapi setelah diberi pengertian akhirnya Faqih paham dan bersedia juga sekolah di Melbourne. Mama ngerti, pasti bukan hal yang mudah bagi Faqih untuk beradaptasi lagi di sekolah baru dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun. Apalagi  Faqih akan bersekolah di negeri yang benar-benar masih asing baginya, bergaul dengan teman-teman yang belum dia kenal sama sekali dan menggunakan bahasa yang belum sepenuhnya dapat ia mengerti. Denzil Don adalah taman kanak-kanak biasa (public kindergarten), pastinya bahasa pengantarnya sehari-hari adalah bahasa Inggris. Belum mulai saja mama udah merasa mual, jadi bukan hanya Faqih yang berat, Mama pun merasakannya. Jadi agar psikis Faqih tenang, Mama janji akan menemaninya all day, sepanjang hari di hari pertamanya bersekolah. Adhek juga turut serta, memang agak repot karena selain menyiapkan bekal sekolah Faqih dan printilannya, Mama juga harus membawa bekal makanan untuk menyuapi adhek nanti dan baju ganti. Buat jaga-jaga, kali aja adhek ngompol.

Sambil nyiapin Faqih, Mama sempat nanya ke Bapak, apakah formulir dan kelengkapan Faqih yang diharuskan pihak sekolah untuk diisi udah diselesaikan Bapak. Bapak menjawab udah. Jadi Mama ga berpikir membawa apa-apa lagi. Plong deh rasanya. Setelah semua siap, pamit dengan Bapak yang juga sedang berkemas pergi kuliah, Mama menggandeng Faqih dan adhek serta menenteng tas sekolah Faqih. Jalan kaki ? Yuppp…. hampir semua anak sekolah di sini jalan kaki lho, dengan mencangklong tas sekolah mereka yang terlihat berat. Ada juga yang naik sepeda, otopet atau transportasi publik. Tapi rata-rata siy jalan kaki. Lagipula sekolah Faqih dekat, estimasi Mama jarak tempuhnya 10 menit, ternyata ga nyampe 6 menit pun udah nyampe. Alhamdulillah, sambil lihat-lihat suasana pagi di Brunswick West, cerita ini itu agar Faqih dan adhek semangat mendaki eh jalan kaki, sampe juga kami di Denzil Don Kindergarten.

Mejeng dulu di hari pertama

Mejeng dulu di hari pertama

Joanne adalah guru di Green Group, kelas yang akan dihuni Faqih. Setelah memperkenalkan Faqih ke Joanne, ada staf administrasi yang menemui Mama dan menanyakan formulir pendaftaran. Teringat percakapan dengan Bapak tadi, Mama menjawab sekenanya, bahwa semua persyaratan udah diisi via online. Oh ternyata, formulir yang dimaksud ga bisa diisi secara online tapi harus ditulis langsung hihi…. Banyak sekali poin yang belum bisa Mama isi, seperti nomor asuransi kami dan nomor kontak darurat orang terdekat kami. Buku riwayat kesehatan dan histori imunisasi Faqih pun diminta. Waduh…. akhirnya Mama minta izin membawa form itu untuk dibawa pulang aja. Faqih pun batal sekolah hari itu.

Lusa atau hari Rabu, Faqih kembali bersekolah, hihi hari Selasa-nya bolos karena Mama belum selesai ngisi formulir. Alhamdulillah, Faqih semangat jalan kaki menuju sekolah. Adhek juga pintar nemenin Masnya di luar ruangan, sampe bobo di pangkuan Mama diiringi denting hujan, huhu…. Dingin banget anginnya. Demi Mas Faqih, apapun deh…

Berikut kelengkapan yang harus kita bawa di hari pertama anak masuk kindergarten :

  1. Formulir yang telah diisi lengkap dan ditandatangani oleh orang tua.
  2. Buku riwayat kesehatan anak atau KMS (Kartu Menuju Sehat).
  3. Daftar imunisasi anak yang dikeluarkan oleh RS atau dokter dalam bahasa Inggris.
  4. Bukti pembayaran uang sekolah yang biasanya dibayar secara online.

 

Ceria sepulang sekolah

Ceria sepulang sekolah

Note : Hari Senin berikutnya, Mas Faqih ga boleh lagi ditungguin Mama. Sebenarnya Mama juga berniat untuk melatih Mas Faqih dan diri Mama sendiri, jadi memang Mama nguatin hati untuk pulang, ga nungguin Mas. Tapi ternyata di luar sekolah Mas, Mama mewek-mewek nangis. Takut Mas Faqih ga betah atau ngerasa takut karena ga paham dengan bahasanya, huhu.. Jadilan seharian menggalau, dan pukul 14 Mama cepat-cepat ngajak adhek jemputin Mas padahal Mas pulangnya pukul 14.30. Syukurlah Mas Faqih baik-baik aja. Good job, my little boy…. Luv U.

.: Berburu Sekolah untuk Faqih :.

images

Mau cerita sedikit tentang kisah perburuan, ceilaah bahasanya, sekolah buat Faqih.

Berhubung Mas bakal pulang di akhir November 2013 dan libur summer sampai dengan Maret 2014, jadi di awal November Mas udah nyari informasi pendaftaran kindergarten karena di negara bagian Victoria, termasuk Melbourne, pendaftaran sekolah dilakukan pada bulan November-Desember. Tahun ajaran barunya ga sama seperti di Indonesia. Australia memulai ajaran pada bulan Januari.

Setelah dapat unit yang definitif di daerah Brunswick juga, tampaknya Mas udah telanjur nyaman di daerah ini, lokasi sekolah yang dekat unit tentunya masuk kriteria pertama dalam perburuan. Oh iya, untuk kindergarten ga gratis, yang gratis untuk penerima beasiswa AusAid tingkat master hanya premier sampai senior high school. Setelah ngecek di website moreland.vic.gov.au, survey lokasi dan berbincang langsung dengan staf Tata Usahanya, Mas mendaftarkan Faqih di Don Denzil Kindergarten. Tapi ternyata karena peminatnya banyak, Faqih masuk dalam daftar waiting list. Mas udah pasrah aja sambil berdoa agar Faqih bisa diterima, karena waktunya untuk nyari udah ga ada lagi. Tiket pulang ke Indonesia telanjur dibeli untuk tanggal 21 November, belum lagi Mas masih punya ujian yang katanya susah.

Alhamdulillah, kalo ga salah hari Rabu tanggal 18 Desember, Mas dapat email dari calon sekolah Faqih. Isinya ngabarin tentang penawaran, apakah Faqih jadi bersekolah di situ atau ga. Ada penjelasan mengenai form administrasi dan uang pangkal pendaftaran yang harus kami bayar juga. Whaaa hepi banget, alhamdulillah, ga deg-degan lagi. Langsung cek di Googlemaps, emang tempatnya deketan ama unit kami ntar. Cumaaa…..mas agak curiga karena pengirim emailnya bukan staf yang beliau temui. Jadi Mas nyoba cross check ke email staf yang pernah ngobrol dengan beliau untuk memastikan kebenaran berita penawaran tersebut. Ditembuskan juga ke alamat email si pemberi kabar ini. Soalnya lumayan, uang pangkalnya AUD 130 dan harus kami bayar dulu sebelum mengurus penggantian nantinya.

Syukurlah ternyata kecurigaan kami ga terbukti. Memang ada beberapa staf TU di sekolah itu, dan karena pendaftaran udah lewat masanya, yang mengurusi daftar waiting list bukan staf yang ditemui Mas, tetapi staf yang mengirim email ke kami.

Yes, akhirnya, segala administrasi dan uang pangkal diselesaikan oleh Mas. Berkurang satu per satu pekerjaan rumah tangga kami. Alhamdulillah…. inilah sekolah Faqih nanti

2014-01-19-07-03-16--90393654