.: Adhek 28 Bulan :.

Tanggal 5 Mei lalu, adhek berusia 28 bulan alias 2 tahun 4 bulan. Tambah lucu menggemaskan dengan badannya yang montok dan tingkahnya yang luar biasa. Berat badannya jadi 14 kilogram bulan ini. Kadang aku dan mas jadi saling berpandangan dengan mimik muka bingung setelah adhek mempertunjukkan kebolehannya. Kemudian kami tertawa terpingkal-pingkal.

Adhek masih ASI. Hipno sebelum tidur malamnya udah rutin kulakukan tapi nampaknya hal itu belum berhasil. Aku juga setengah hati menyapih, ga tega. Trauma dengan tangisan Faqih dulu. Semoga, Weaning With Love itu bisa kami lalui bersama. Aamiin…

Banyak yang bertanya, adhek tambah bulat. Iyaa, maemnya banyak, sayur juga doyan, susu segar dicampur sedikit Milo hampir setiap hari diminum. Alhamdulillah… Kalo pas lagi susah maem, kuajak adhek nonton Octonauts, Postman Pat atau Mister Maker di channel TV anak; ABC 4 Kids. Kadang nonton Youtube dari tablet atau rekaman video dalam laptop. Biasanya setelah capek bermain, adhek tambah lahap maem.

Tiap Senin hingga Rabu, adhek kubawa mengantarjemput masnya. Sambil menuruni tangga flat, adhek akan bernyanyi menghitung 1-10 dalam bahasa Inggris atau menghafal huruf Hijaiyah. Adhek selalu senang duduk di stroller dan melihat tram, truk sampah maupun bus yang hilir mudik sepanjang jalan yang kami lewati.

Sampai di sekolah Faqih, adhek kadang pengen ikut sekolah juga. Mungkin tahun depan ya Nak, bisa masuk Playgroupnya. Kadang kubiarkan adhek melihat mainan dalam kelas Faqih. Kemudian kuajak bermain di plaground di samping Denzil Don ketika adhek enggan pulang. Pengen banget sekolah rupanya.

Di rumah pun sering adhek menarik tas sekolah Faqih sambil berkata, “Adhek oyah duyu yaa, dadaah, kuumm”. Artinya adhek sekolah dulu ya, dadah, Assalamualaikum. Padahal hari udah malam, hahaha..
Ketika kutanya, naik apa ke sekolah, diantar siapa, jawabannya lebih kocak lagi. “Naik tram, diantar Akung”, jawab adhek dengan polosnya. Hihi….
Ya Allah Kung, cucunya kangen.

Kemampuan motoriknya juga maju pesat. Udah bisa bermain seluncuran. Melewati halang rintang tanpa dibantu, memanjat pun berani. Aku acungi jempol untuk Pemerintah di sini yang menyediakan banyak sekali playground untuk anak.

Kapan ya Indonesia-ku tercinta bisa punya tempat bagus untuk anak begini…..

Posted from WordPress for Windows Phone

.: Berpetualang di Sovereign Hill, Ballarat :.

Awal Maret di penghujung summer, Mas Bayu sekeluarga ngajakin double date ke Ballarat. Ballarat itu kota kecil di negara bagian Victoria, sekitar 347 km jauhnya dari Melbourne. Kebetulan sedang libur panjang karena ada hari libur nasional, jadi yukkk…. Mari berangkat Minggu pagi pukul 10.

Perjalanan panjang ke sana hanya memakan waktu 2,5 jam karena melewati jalan tol di mana kecepatan mobil telah diatur; 100 km/jam. Whuuusss, kebayang kan gimana ngebut dan cepetnya kami melaju. Tapi nyaman banget berkendara di sini, ga terasa kayak ngebut karena semua kendaraan kecepatannya tuh konstan dan aspalnya mulus. Tiap lajur pun lebar-lebar. Yang unik sepanjang perjalanan kami adalah rambu bergambar kangguru, artinya kurang lebih agar pengendara berhati-hati karena di daerah ini kangguru masih berkeliaran. Wah aku dan Mas uda penasaran, akankah kami bertemu dengan hewan asli Australia ini di jalanan. Hihihi….

Sepanjang jalan yang kami lewati adalah padang rumput, perbukitan, peternakan kuda ato sapi. Berganti-ganti pemandangannya. Ada sungai yang membelah, kemudian bukit kapur. Anak-anak keliatan asyik, sampe ketiduran, hehe… Sekitar pukul 12 siang, kami memasuki kota Ballarat. Asli deh, sepinya ga ketulungan. Kupikir Melbourne tuh sepi, lha ternyata Ballarat lebih sepi. Yang nampak lalu lalang di jalan raya tengah kota bisa dihitung dengan jari. Tapi emang kotanya kereeennn… Bersih banget! Mungkin karena yang ngotorin alias manusianya juga jarang. Coles, supermarket gede itu cuma ada sebiji di kota ini, sepanjang yang kuliat.

Setelah beristirahat di taman bungan cantik depan gedung parlemen Ballarat dan nyari toilet, kami meluncur sekitar 15 menit ke objek wisata Sovereign Hill. Oya, Sovereign Hill ini dulunya merupakan perkampungan tambang emas pada tahun 1850-an. Sekarang uda ga ada lagi penambangannya, cuma tetap dilestarikan sebagai pengingat, bahwa dulu memang daerah ini terkenal akan kandungan emas murni 24k.

Mungkin karena besoknya adalah hari libur nasional, Sovereign Hill rame dikunjungi orang. Kami antre dulu untuk membeli tiket masuk. Lumayan juga harganya. Alhamdulillah banget ada concession untuk student, dapet diskon lumayan deh.

SavedPicture-2014417154236.jpg

Selesai urusan tiket, kami langsung disuguhi pemandangan ala perkampungan cowboy, hehe…. Gersang, panas, kering, berdebu pula. Alamak!! Mana ga bawa stroller untuk adhek pula. Pegel deh nanti ini, bakalan tak gendong ke mana-mana. Hehehe….

Ada andongnya juga, hihi

Ada andongnya juga, hihi

Untuk wisatawan, disediakan omprengan dari besi, kali aja pengen nyoba mendulang emas. Banyak niy bule-bule pada jongkok, ngaduk-aduk pasir dan air, penasaran pengen liat bijih emas itu kayak gimana. Aku jadi mikir, cuma objek wisata gini aja bisa dibikin terkenal yah, padahal aku yang lahir dan besar di Kalimantan Selatan dan terkenal dengan pendulangan intannya, belum pernah sekalipun berkunjung ke sono. Oh Indonesiaku, kamu jauh lebih indah….

Ayak terus sampe dapet emas

Ayak terus sampe dapet emas

Ada tenda-tenda untuk tempat pertemuan sepertinya. Kemudian ada rumah kecil banget dari kayu buat tempat tinggal pekerja tambang. “Hihi kayak begini mah, di Purwodadi juga banyaaakk”, komentar Mas Bayu yang segera kami iyakan.

Yang membuatku tertarik malah tenda warung ini, membayangkan para pekerja tambang zaman baheula kalo nongkrong-nongkrong di warung seuprit. Lucu yah….

Pas lagi keliling, kebetulan pukul 2 siang ada barisan tentara-tentaraan akan bersalvoria. Itu atraksi rutin untuk pengunjung. Salah satu petugas memintaku menjauh, karena aku menggendong adhek, karena mungkin akan berbahaya untuk indra pendengaran anak. Akhirnya aku, Mas dan anak-anak nonton dari kejauhan. Setelah mereka berbaris, hormat bendera dan bersalvo, pengunjung boleh meminta sesi foto bersama mereka. Kami yang lagi bingung nyari Mas Bayu sekeluarga jadi ikutan minta foto bareng juga ama tentara ramah ini, hahaha….

Oya, kebetulan banget jam segitu, ada atraksi di Pour Gold. Pengunjung bisa menyaksikan proses bagaimana emas batangan dibentuk. Dari serpihan, dibakar dengan pemanasan 6000 derajat Celcius hingga menjadi sebatang emas. Asyik banget! Setelahnya, ada tempat penjualan koin bersepuh emas. Aku dan Mas membeli satu koin, harganya AUD 12, bergambar kangguru. Lucu deh…

Menyusuri kota ini serasa membawa kita ke masa lalu. Bangunan-bangunan tua, restorannya yang juga nampak antik, bahkan toko souvenir pun keliatan masih seperti dulu dengan penjaganya yang berbusana gaun besar ala Little Missy (masih inget filmnya?). Aku dan Mbak Dewi, istri Mas Bayu, pengen banget bisa berfoto dengan gaun besar itu. Kapan lagi bisa bikin foto keluarga di sini. Tapi sayangnya, setelah memasuki studio foto tersebut, ternyata antrean sangat panjang. Kami diperbolehkan berfoto lain hari, tanpa harus membayar tiket masuk lagi. Oooo, kecewa deh. Ga mungkin ke sini cuma untuk foto, jauhnya itu lho. Lagian setelah melihat daftar harga yang terpampang, aku dan Mbak Dewi merasa beruntung, soalnya ternyata harus bayar lagi AUD 78. Masih belum net, ada tambahan charge  lain juga. Jyaaahh….. kirain gratis bo!

Ya sudahlah…..

Hari uda semakin siang, anak-anak kelaperan, apalagi bapak-bapak. Kami mencari tempat rindang di bawah pohon, persis di sebelah restoran. Ada meja kursi yang ditata untuk piknik. Tap water juga disediakan. Bekal keluar, tuker-tukeran dengan keluarga Mas Bayu, semua maem dengan lahap.

Selesai maem dan beristirahat sejenak, kami tuntaskan petualangan hari ini ke Gold Museum yang berseberangan dengan pintu masuk Sovereign Hill. Tiket ke museum ini uda sepaket dengan Sovereign Hill, jadi sayang kalo dilewatkan. Melewati Gift Shop dan mengagumi aneka souvenir yang harganya ga murah di sana uda cukup buatku.

Mari kita menuju ke Gold Museum. Di dalamnya kita bisa melihat sejarah Sovereign Hill, aneka koin emas, bermacam bijih emas lengkap dengan riwayatnya, dan ada pula bioskop untuk pengunjung yang ingin menyaksikan kisah Sovereign Hill. Bagus lho museumnya!

Faqih dan adhek betah di sini, padahal bagi sebagian kita yang berkeliling di museum Indonesia, mungkin membosankan ya. Tapi memang di sini, museum dikemas dengan apik dan membuat pengunjung betah.

Hingga akhirnya, sampailah kami di Gift Shop, again! Yah ngiler lagi deh. Hihi…. Mas beli gantungan kunci di sini. Lumayan lah, murah meriah, cuma AUD 7, untuk kenang-kenangan bahwa kami sekeluarga pernah bertandang ke Sovereign Hill.

Bye The Beautiful Ballarat!

.: Pengajian Aisyah Melbourne :.

Pengajian Aisyah untuk Farewell Mbak Kesi

Pengajian Aisyah untuk Farewell Mbak Kesi

Menjadi istri international student di sini ternyata emang enak, suasananya kondusif untuk belajar juga. Banyak sarana untuk menggali ilmu terutama ilmu agama, bekal kampung akhirat. Setelah halaqohku terkendala, akhirnya aku memutuskan bergabung dengan Pengajian Aisyah yang beranggotakan istri para mahasiswa dan beberapa mahasiswi yang sedang belajar di Melbourne.

Pertemuan yang hangat membuatku betah berada di antara mereka, saudari-saudari sebangsaku. Biasanya pengajian ini diadakan setiap 2 minggu sekali, bertempat di rumah anggota pengajian yang tentunya bersedia repot, hehe… Ga dink, ibu-ibu yang dapat rezeki ketempatan ini baik hati sekali, udah repot nyediain tempat, juga memasak aneka cemilan dan makan malam bagi teman-teman. MasyaAllah, hanya Allah yang dapat membalas dengan ganjaran pahalanya. Selain makanan yang yummie itu, pembicara yang dihadirkan pun asyik banget kajiannya. Udah kenyang, dapat banyak ilmu akhirat, ketemu teman-teman seperjuangan, siapa yang menolak coba, hehe….

Obrolan kami pun ga jarang masih berlanjut di forum whatsapp. Sampe akhirnya terbetik ide membuat blog yang akan menampung semua ide, usulan, hingga pikiran selayang pandang dan serba-serbi hidup di negeri asing yang muslimnya minoritas ini. Alamat blognya ada di http://PAisyah.melbourne@blogspot.com.au. Harapannya ide yang tumbuh dari sekelompok muslim di sini dan diabadikan dalam bentuk tulisan, sekecil apapun akan bermanfaat bagi negeri tercinta, Indonesia. Blog ini akan kami rawat bersama walaupun tentu bukan hal yang mudah mengingat anggota pengajian terdiri dari ibu-ibu dan mahasiswi padat aktivitas. Tapi tentunya ga akan menjadi penghalang besar demi memajukan Indonesia seperti yang kami impikan meski sumbangsihnya hanyalah sebait goresan pena. Aamiin….

Posted from WordPress for Windows Phone

.: Ceritaku Ikut Pemilu di Melbourne :.

Kedatangan kami ke Melbourne sekeluarga bertepatan dengan tahun politik di Indonesia. Itu artinya, aku dan mas bakal ngerasain nyoblos untuk kali pertama di Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Melbourne. Sempat was-was pada awalnya karena pendaftaranku secara online di http://pplnmelbourne.com.au gagal. Syukurlah ada ibu-ibu dalam komunitas pengajian wanita yang memberiku nomor kontak pegawai KJRI yang tugasnya mendata pemilih baru di sini. Setelah sms ke nomor beliau dan memberikan alamat emailku, aku dikirimi formulir pendaftaran yang harus diisi dan dikirimkan balik ke beliau melalui fax atau email. Kalo Mas, karena mendaftar lebih awal, beliau dapat undangan yang dikirimkan via pos seminggu sebelum Pemilu diadakan di sini.

Tanggal 5 April 2014 adalah jadwal Warga Negara Indonesia yang berdomisili di Melbourne memberikan hak suaranya. Tempat Pemungutan Suara di KJRI buka sejak jam 9 pagi hingga 8 malam waktu Melbourne. Tapi penghitungan suara tetap akan dilakukan tanggal 9 April, barengan dengan Pemilu di Indonesia. Kami sekeluarga berangkat dengan diiringi ocehan Faqih dan Nizar yang sibuk bertanya, “Mo ke mana?”, “Nyoblos itu apa?”, “Pemilu itu apaan?”. Hadeeuuuh…. hahaha…. Oh iya, jangan lupa membawa paspor yaa.

Sampe di KJRI pukul 12 siang, uda rame euy. Banyak stand makanan khas Indonesia dan para WNI yang sibuk beramahtamah. Saya nyempetin mejeng dulu di depan gerbang KJRI sebelum masuk ke area pencoblosan.

SavedPicture-20144714153.jpgBedanya penyelenggaraan Pemilu di luar negeri, selain dari penundaan proses penghitungan, adalah kertas suara yang diberikan kepada pemilih hanya 1, yakni untuk memilih anggota legislatif DPR. Ga kayak di Indonesia yang memilih DPR, DPRD Provinsi dan Kota serta DPD (4 kertas suara). Nambah wawasan deh jadinya.

Pemilu kali ini katanya lebih semarak daripada Pemilu tahun 2009. Saking banyaknya WNI yang datang, stand makanan itu ampe ketutupan manusia yang berlalulalang. Ini mau nyoblos atau wisata kuliner-an siy, hihi…ketauan ya. Lirak-lirik, tapi belum ada yang cocok di selera saya. Ada stand kambing guling tapi super rame dan harus antre 15 menit. Pamfletnya buat ngiklan juga kocak, hihi…

SavedPicture-201447141513.jpg

Dan akhirnya, duo Faqih Nizar yang berangkat dalam keadaan riang, pulangnya dalam keadaan tepar, wkwkwk….

SavedPicture-201447141531.jpg

 

.: Milad di Melbourne :.

“Keren banget niy si Ibu, ultah di negeri orang”, komentar salah seorang temenku di beranda facebook.

Iyaaa… Pas banget tanggal 3 April usiaku bertambah. Jauh di negeri orang, di benua seberang. Biasanya bisa ngumpul dengan orang tua dan adik-adik tercinta. Sekarang…. Ah tak apa, biar jadi cerita di masa depan. Yang penting ada suami dan anak-anak tersayang, itu lebih dari istimewa.

Usia hanyalah bilangan pertambahan dari waktu ke waktu,

Momentum untuk menjadikannya sebuah refleksi diri,

Seberapa banyak bekal telah dikumpulkan bagi kehidupan di kampung akhirat kelak,

Alhamdulillah Allah masih memberi tarikan nafas hingga detik ini,

Untuk mengingat akan kematian,

Dan untuk selalu bersyukur akan setiap tetes nikmat-Nya

.: Paguyuban 3055 Brunswick :.

Alhamdulillah, senang bisa tinggal di Brunswick West, terutama di daerah yang kode posnya masih dalam lingkup 3055. Komunitas Indonesia, yaitu mahasiswa dan keluarganya, yang flatnya ada di daerah ini memiliki Paguyuban 3055 yang benar-benar nyedulur, maksudnya kental rasa kekeluargaannya. Motornya tentu saja Bu Lurah, panggilan untuk Mbak Iyik, yang orangnya super rame dan baik hati. Beliau juga koki andalan dalam setiap acara makan-makan kami, hihi… Bagaikan memiliki sebuah keluarga baru di sini, yang tentu saja mengobati rasa kangen pada orang-orang terkasih di Indonesia. Baik-baik semuanya…

Bakar sate dan maem bakso bersama

Bakar sate dan maem bakso bersama

Paguyuban 3055 memiliki acara yang sifatnya insidentil dan rutin. Kalo ada anggota yang telah menyelesaikan studinya di sini dan akan kembali ke Indonesia, kami berkumpul di taman-taman sekitar Brunswick West. Ngadain acara barbeque, makan dan bercengkerama bersama sambil berpamitan. Terakhir tentu saja ngeluruk ke rumah yang bersangkutan pada malam sebelum mereka pulang untuk memberikan sedikit kenang-kenangan. Terus kalo hari besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha, biasanya juga diadakan acara kumpul plus makan bersama lagi. Kasnya tentu aja ada, berasal dari urunan member, seperti kelakar salah satu member yang telah back for good ; GUYUB itu ada PAGU-nya, haha…. Kalo ada anggota yang berulangtahun, undangan makan juga disebar. Ngumpul-ngumpul lagi sambil bercengkerama dan makan, qeqe…

Yah, bisa-bisa endut niy di sini, hihi…..

Ketika masa liburan tiba, ada usulan untuk wisata keluarga bersama. InsyaAllah, musim dingin nanti rencana untuk melihat salju di Mount Buller udah terlontar. Semoga bisa terealisasi, soalnya kalo ga rame-rame itu kurang seru 🙂

Aah liburan …. Bahagia mendengar kata itu, hehe….

Abis ngumpul, foto bersama dulu

Abis ngumpul, foto bersama dulu

.: Sebulan di Melbourne :.

20 Februari 2014. Itulah awal kakiku menjejakkan diri di Melbourne. Dingin, sepi…. Membuatku sedih dan merasa rindu dengan tanah airku sendiri. Indonesia yang hangat dan ramah. Seketika bayangan Mama tercinta di Banjarmasin menyeruak. Membuatku menangis di 2 minggu awal kedatangan kami. Apalagi flat yang kami huni memang sepi. Cuma ada Mbak Yus dan Mas Abdi orang Indonya, dan Mbak Yus hampir tiap hari berkarir di Vicmart, kedua putri mereka sekolah hingga sore. Penghuni lain adalah para jompo orang lokal yang tak punya sanak saudara dan akhirnya hidup seorang diri di sini. Flat ini kayak ga ada tanda kehidupan.

Ibu mertua yang menjadi tempat curhatku, menguatkan dan memberi banyak saran. Kebetulan hp baru beliau bisa whatsapp-an jadi ngobrolnya bisa lebih intens. Alhamdulillah ada duo kecil tercintaku juga yang selalu ramai. Sejak Mas aktif kuliah, hanya duo inilah teman ngobrolku. Mas seakan mengerti kondisi ini. Di sela kesibukan kuliahnya, Mas berusaha mengajakku ke lingkaran teman baru. Mas daftarkan aku ke whatsapp pengajian untuk anak, Paguyuban 3055 dan aku akhirnya masuk ke dalam grup pengajian ibu-ibu. Alhamdulillah, sejak itu duniaku mulai berwarna. Ada banyak acara keagamaan dan ukhuwah di sini. Faqih yang mulai masuk sekolah, memberi tambahan kesibukan baru untukku, mengantar dan menjemputnya 3 hari dalam seminggu. Dapur dengan alat-alat elektronik lengkap mulai membuatku betah memasak dan bereksperimen, tentunya didukung para suporter tersayang; Mas dan anak-anak.

Sambungan internet yang sempat bermasalah udah teratasi. Jadi lebih mudah ber-skype ria dengan orangtuaku di Banjarmasin. Tiap weekend, Mas menawarkan kami menikmati tiap sudut kota Melbourne terutama taman-taman cantik dan arena bermainnya yang selalu membuat Faqih Nizar gembira.
Akhirnya aku sadar, bahwa kebersamaan kami di sini adalah hal yang paling berharga.

Where the home is where your heart……

Pepatah itu benar adanya. Kuresapi hikmah kami berkumpul di sini, mengingat kembali niatan semula untuk menemani suami dan membuat anak-anak dekat kembali dengan bapaknya, terutama Nizar. Sejak lahir, Nizar yang ga ditungguin Mas pas lahir, memang sering ditinggal Mas karena persiapan berangkat ke Australia. Jadi anggaplah ini sebuah usaha merekatkan kembali waktu kebersamaan yang pernah hilang.. Heuu, bahasanya rek….

Tips untuk yang mengalami hal ini ada beberapa menurut saya :

  1. Niat. Ingat-ingat kembali akan niat semula yang membuat kita datang ke sini
  2. Dukungan orang terdekat. Penting meminta saran terutama doa agar ketika lagi galau, ga sibuk menghujani socmed kita dengan segala keluhan. Bisa ke suami, orangtua, saudara dll.
  3. Doa. Ini yang paling utama. Minta ke Allah agar dikuatkan. Di negeri orang memang harus kuat, tegar, tahan banting dan istiqomah. Semakin dekat dengan Sang Pencipta akan membuat batin terasa lebih tenang dan siap menghadapi apapun.
  4. Mencari teman sesama Indonesia. Rasa kangen pada tanah air itu manusiawi sekali ya. Berkumpul dengan teman-teman sebangsa akan membuat rindu itu sedikit terobati. Mereka, akan seperti keluarga kita sendiri di negeri asing. Saling membantu dan tolong-menolong akan muncul sebab rasa senasib sepenanggungan itu ada. Seperti halnya kami yang memiliki Paguyuban 3055, benar-benar guyub! Alhamdulillah.
  5. Terakhir, berdamai dengan diri sendiri. Nikmati detik demi detik di sini yang insyaAllah, kelak akan jadi kenangan dan kita rindukan. Toh ga selamanya kan kita tinggal di sini. Datangi keindahan dan hal unik lainnya dari kota di hadapan kita sekarang dan enjoy it!

 

 

 

Ber-skype ria dengan Uti-Akung, pengobat  rindu

Ber-skype ria dengan Uti-Akung, pengobat rindu

.: Hari Pertama Faqih di Denzil Don Kindergarten :.

# 3 Maret 2014 #

Hari Senin pagi pukul 8 Mas Faqih udah siap diantar ke sekolah ditemani Adhek dan Mama. Walaupun awalnya agak sulit tapi setelah diberi pengertian akhirnya Faqih paham dan bersedia juga sekolah di Melbourne. Mama ngerti, pasti bukan hal yang mudah bagi Faqih untuk beradaptasi lagi di sekolah baru dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun. Apalagi  Faqih akan bersekolah di negeri yang benar-benar masih asing baginya, bergaul dengan teman-teman yang belum dia kenal sama sekali dan menggunakan bahasa yang belum sepenuhnya dapat ia mengerti. Denzil Don adalah taman kanak-kanak biasa (public kindergarten), pastinya bahasa pengantarnya sehari-hari adalah bahasa Inggris. Belum mulai saja mama udah merasa mual, jadi bukan hanya Faqih yang berat, Mama pun merasakannya. Jadi agar psikis Faqih tenang, Mama janji akan menemaninya all day, sepanjang hari di hari pertamanya bersekolah. Adhek juga turut serta, memang agak repot karena selain menyiapkan bekal sekolah Faqih dan printilannya, Mama juga harus membawa bekal makanan untuk menyuapi adhek nanti dan baju ganti. Buat jaga-jaga, kali aja adhek ngompol.

Sambil nyiapin Faqih, Mama sempat nanya ke Bapak, apakah formulir dan kelengkapan Faqih yang diharuskan pihak sekolah untuk diisi udah diselesaikan Bapak. Bapak menjawab udah. Jadi Mama ga berpikir membawa apa-apa lagi. Plong deh rasanya. Setelah semua siap, pamit dengan Bapak yang juga sedang berkemas pergi kuliah, Mama menggandeng Faqih dan adhek serta menenteng tas sekolah Faqih. Jalan kaki ? Yuppp…. hampir semua anak sekolah di sini jalan kaki lho, dengan mencangklong tas sekolah mereka yang terlihat berat. Ada juga yang naik sepeda, otopet atau transportasi publik. Tapi rata-rata siy jalan kaki. Lagipula sekolah Faqih dekat, estimasi Mama jarak tempuhnya 10 menit, ternyata ga nyampe 6 menit pun udah nyampe. Alhamdulillah, sambil lihat-lihat suasana pagi di Brunswick West, cerita ini itu agar Faqih dan adhek semangat mendaki eh jalan kaki, sampe juga kami di Denzil Don Kindergarten.

Mejeng dulu di hari pertama

Mejeng dulu di hari pertama

Joanne adalah guru di Green Group, kelas yang akan dihuni Faqih. Setelah memperkenalkan Faqih ke Joanne, ada staf administrasi yang menemui Mama dan menanyakan formulir pendaftaran. Teringat percakapan dengan Bapak tadi, Mama menjawab sekenanya, bahwa semua persyaratan udah diisi via online. Oh ternyata, formulir yang dimaksud ga bisa diisi secara online tapi harus ditulis langsung hihi…. Banyak sekali poin yang belum bisa Mama isi, seperti nomor asuransi kami dan nomor kontak darurat orang terdekat kami. Buku riwayat kesehatan dan histori imunisasi Faqih pun diminta. Waduh…. akhirnya Mama minta izin membawa form itu untuk dibawa pulang aja. Faqih pun batal sekolah hari itu.

Lusa atau hari Rabu, Faqih kembali bersekolah, hihi hari Selasa-nya bolos karena Mama belum selesai ngisi formulir. Alhamdulillah, Faqih semangat jalan kaki menuju sekolah. Adhek juga pintar nemenin Masnya di luar ruangan, sampe bobo di pangkuan Mama diiringi denting hujan, huhu…. Dingin banget anginnya. Demi Mas Faqih, apapun deh…

Berikut kelengkapan yang harus kita bawa di hari pertama anak masuk kindergarten :

  1. Formulir yang telah diisi lengkap dan ditandatangani oleh orang tua.
  2. Buku riwayat kesehatan anak atau KMS (Kartu Menuju Sehat).
  3. Daftar imunisasi anak yang dikeluarkan oleh RS atau dokter dalam bahasa Inggris.
  4. Bukti pembayaran uang sekolah yang biasanya dibayar secara online.

 

Ceria sepulang sekolah

Ceria sepulang sekolah

Note : Hari Senin berikutnya, Mas Faqih ga boleh lagi ditungguin Mama. Sebenarnya Mama juga berniat untuk melatih Mas Faqih dan diri Mama sendiri, jadi memang Mama nguatin hati untuk pulang, ga nungguin Mas. Tapi ternyata di luar sekolah Mas, Mama mewek-mewek nangis. Takut Mas Faqih ga betah atau ngerasa takut karena ga paham dengan bahasanya, huhu.. Jadilan seharian menggalau, dan pukul 14 Mama cepat-cepat ngajak adhek jemputin Mas padahal Mas pulangnya pukul 14.30. Syukurlah Mas Faqih baik-baik aja. Good job, my little boy…. Luv U.

.: Coburg Lake Melbourne :.

Suatu Minggu di bulan Februari, masih summer yang indah, Mas ngajak kami piknik ke Coburg Lake. Agak jauh siy dari flat, tapi karena naik mobil jadi tenang aja. Setelah berkemas-kemas, Mas ngecek mobil dan nyiapin tikar piknik, aku menenteng sedikit bekal makanan dan jus, pukul 12 siang kami siap meluncur.

Melihat dari tepi jalan raya

Melihat dari tepi jalan raya

Wah dari kejauhan aja danau itu udah keliatan cantik. Kami mencari tempat parkir dulu di sepanjang jalan yang ada rambu boleh stop. Alhamdulillah ga berapa lama dapat tempat parkir yang dekat dengan tangga turun. Oya letak danau ada di bawah jalan raya, jadi harus turun tangga dulu. Kagum banget ngeliatnya, sungguh cantik. Apalagi burung-burung bebas beterbangan di danau. Ada pohon yang menjuntai juga. Syahdu suasananya, romantis kataku. Hihi….

Katanya, pohon yang menjuntai itu willow tree

Katanya, pohon yang menjuntai itu willow tree

Taman ini juga dilengkapi free playground yang lengkap, bikin mata anak-anakku berbinar.

SavedPicture-2014314125115.jpg

Meja dan kursi taman juga disediakan. Malah tempat pemanggangan elektrik juga ada. Kalo ga kebagian meja dan kursi, jangan khawatir. Rumput tebalnya menggoda kok dijadikan alas duduk atau nggelar tikar ala kami. Banyak keluarga yang mengadakan pesta barbeque bersama di sini. So….. Selamat piknik, temans.

SavedPicture-2014314125038.jpg

.: White Night Festival Melbourne:.

Setiap tanggal 22 Februari, Melbourne yang terkenal sebagai kota festival mengadakan event White Night Festival. Berlokasi di City, tepatnya di Flinders Station dan sekitarnya, festival ini berlangsung semalam suntuk sejak pukul 6 sore hingga 6 pagi keesokan harinya.

Para Melburnians, begitu orang-orang Melbourne biasa disebut, rupanya sangat suka dengan festival ini. Apalagi summer sebentar lagi akan pergi. Malam itu semua public transportation penuh sesak dengan orang-orang yang memiliki tujuan sama ; menyaksikan kemeriahan festival. Seketika bayanganku tentang Melbourne yang sepi pun sirna. Baru kali ini kulihat jalanan penuh sesak dengan orang yang berlalu lalang. Tram yang kami naiki juga tak kalah penuh sampai aku dan mas harus berdiri hingga ke City. Anak-anak aman karena diberi tempat duduk oleh penumpang lainnya.

Jadi dalam festival ini akan ada lampu sorot besar yang menayangkan gambar berwarna warni. Gambar ini dipantulkan ke dinding-dinding gedung dan akan berganti setiap setengah jam sekali. Bagussss banget….

SavedPicture-201431055749.jpg

Melbourne City malam itu penuh dengan siraman warna. Indah sekali. Selain itu, banyak juga pagelaran seni lain di sekitar Flinders Station. Cuma untuk melihatnya harus niat banget, penuh perjuangan deh karena harus berdesakan. Berhubung kami membawa dua balita dengan strollernya, keinginan berkeliling itu kami urungkan.
Sayang sekali kami memutuskan pulang pukul 9 malam karena udara yang sangat dingin dan badan udah lelah. See you next year, White Night. InsyaAllah…

SavedPicture-201431055729.jpg