.: Jaket Winter Faqih & Nizar :.

Sabtu siang nan terik, dengan semangat ’45 berangkat berempat bersama Mas dan anak-anak naik motor ke Toko Wijaya di Jalan Gondomanan. Tujuannya jelas belanja perlengkapan sandang krucil-krucilku yang belum lengkap. Yang terpenting memang jaket tebal buat menghadapi winter atau musim dingin di Melbourne nanti. Agak susah menemukan jaket semacam ini di Banjarmasin, jadi memang udah diniatkan bakal shopping sampe elek di Jogja. Hihi…

Setelah ber-sunbathing ria, sampailah kami di Wijaya. Jaket anak ada di lantai 2. Segera saja kami menuju lift dan ternyata ketika lift terbuka, mataku sudah menemukan tempat bergantungnya para jaket imut ini. Hehe…..

Alhamdulillah harganya masih affordable, daripada beli di Melbourne yang sudah pasti mahal kata Mas. Jaket Mas Faqih seharga IDR 160 ribu, yang untuk adhek IDR 100 ribu saja. Horee…

WP_20131230_002

Bahan jaketnya tebal, tapi bagian dalam hangat, ga gerah. Ada topi hoodie yang bisa dilepaspasang. Mas Faqih menurut ketika diminta untuk fitting. Tapi si kecil, walaupun sudah dikejar kejar tetap menolak. Dipas paskan juga ngambek. Akhirnya dipaksa deh dengan secepat kilat. Whussh…. Ya udah pasrah aja, sepertinya muat siy. Pramuniaganya juga bilang kayaknya pas jaketnya. Siiiplaah…

Selain jaket, aku sempatkan membeli beberapa potong kaos lengan panjang dan celana kain untuk Mas Faqih. Agak terburu-buru memilih karena anak-anak udah mengantuk dan lapar. Soalnya sampai sekarang belum tau gimana uniform nya sekolah Mas Faqih di Melbourne nanti. Jadi buat berjaga jaga kubelikan kaos-kaos lengan panjang.

.: Ibu ; Cinta Tanpa Akhir :.

DSCN0026

Dinginnya hujan mengingatkanku pada hangatnya kasihmu. Semua bentuk cintamu, selalu membuat mataku terasa panas, haru. Semakin jauh darimu, justru perhatianmu makin lekat, padaku. Ya padaku, anak sulungmu yang usianya telah hampir mendekati angka 3 dasawarsa. Tak berubah, hingga aku sudah setua ini.
Mau bukti?

“Sini Nak, Mama gendong adhek”, pinta Mama padaku. Beliau memintaku untuk menyerahkan si bungsu yang ada dalam gendonganku ketika kami sekeluarga sedang makan di sebuah rumah makan. Tentu aku mengerti maksudnya. Mama memang akan selalu begitu. Beliau memintaku dan anggota keluarga lainnya makan terlebih dahulu, adhek akan dimomong oleh beliau hingga aku selesai makan. Setelah semua kenyang dan makanan di piring tandas masuk ke dalam perut kami, barulah beliau makan. Begitu juga kali ini. Tak terkecuali di rumah. Mama akan memastikan semua sudah mendapatkan nasi, lauk dan sayur dengan semestinya, barulah beliau akan mengisi perutnya kemudian dengan apa yang masih tertinggal di dapur.
Hmmm….

Apakah yang membuat beliau rela melakukannya? Aku yakin, Mama pun lapar pastinya. Tapi seperti sebuah kepuasan tersendiri dalam hati beliau, apabila melihat orang-orang yang dikasihinya telah puas dengan hajatnya.

Ah, pasti CINTA dasarnya. Cintalah yang telah membuat segala hal yang terasa berat menjadi ringan, yang mustahil menjadi mungkin, dan yang susah menjadi senang.

Selamat Hari Ibu, Ma.
Sungguh, cintamu terasa hangat dalam hatiku, terasa lapang bagai samudera, selamanya takkan pernah berhenti mengaliri jiwaku.
Selamanya…..

Jogjakarta, Renungan Menyambut Hari Ibu, 22 Desember 2013

.: Medical Check Up for Visa :.

Senin, 16 Desember 2013.

Janji untuk bertemu dengan dr. Inge uda dibuat untuk pagi ini. Kami berangkat ke RS. St. Elizabeth, Semarang pukul 4 dinihari. Bapak mertua ikut menemani, untuk berjaga-jaga karena SIM A Mas udah habis masa berlakunya dan sedang dalam proses memperpanjang.

Anak-anak yang masih dibuai mimpi langsung kami angkut dan ditidurkan lagi di mobil. Malam sebelumnya udah kuberi pengertian. Jadi anak-anak ga kaget waktu bobonya agak terganggu. So, mari melaju di jalanan yang masih sepi…. whushhhh whushhh….

Ketika melalui Ungaran yang padat merayap lalu lintasnya, Mas mencari-cari masjid agar bisa memandikan bocah-bocah kami dan sarapan dengan bekal yang telah disiapkan oleh ibu mertua. Masjidnya bersih, Masjid Wahyu namanya. Selepas mandi dan perut sudah kenyang terisi nasi hangat yang dibungkus daun pisang serta lauk Bebek Goreng Pak Dono, kami melanjutkan perjalanan dengan segera. Mas was-was karena padatnya jalan mungkin bisa membuat janji temu dengan dokter menjadi molor. Beliau pun memutuskan untuk menunda mandi sampai waktu tak terhingga eh sampai RS katanya, hihi…..

Setelah muter-muter, apalagi panduannya hanya GPS, RS yang letaknya agak tersembunyi pun kami ketemukan. Sesuai pembicaraan di telepon, ruang 218 menjadi tujuan kami. Alhamdulillah, ternyata semua termasuk bu Dokter udah siap. Ruang Medical Check Up (MCU) nyaman, anak-anak nampak riang beristirahat dan bermain di sini.

WP_20131216_024
WP_20131216_001
Mas lagi nulis form yang harus diisi sebelum MCU

WP_20131216_002
Contoh form anak nomor 26

WP_20131216_004
Contoh form dewasa nomor 160

WP_20131216_010
Nyaman beristirahat sambil menunggu MCU selesai, mbah sampe tertidur

Setelah semua form terisi, suster memanggilku dan anak-anak untuk ditimbang berat badan beserta tingginya. Kemudian diukur lingkar kepala dan terakhir difoto. Alhamdulillah, bocah-bocah ganteng dengan riang mematuhi semua instruksi suster, sambil senyum-senyum. Suster yang ngeliat jadi gemes dan tertawa juga sambil bilang mereka berdua mirip banget, hehe. Suster juga memeriksa tekanan darahku. Normal, 120/80.

Tak lama, dokter Inge datang. Aku dan anak-anak masuk ke ruangan beliau. Dokter menanyakan apakah aku berkacamata. Sambil deg-degan karena kacamata ketinggalan di Jogja, kujelaskan bahwa aku memang berkacamata dan kacamatanya tertinggal, padahal telah kupersiapkan sejak jauh hari. Dokter pun memaklumi. Kemudian beliau bertanya pernahkah anak-anak dan diriku dirawatinap di RS. Anak-anak alhamdulillah belum pernah, semoga takkan pernah. Hanya diriku yang ketika TK pernah dirawatinap karena typhus.
Beliau kemudian mempersilakan anak-anak bergantian naik ke ranjang periksa, diperiksa dengan stetoskop, disenterin rongga mulut dan telinganya. Begitu juga diriku. Pemeriksaan udah selesai. Cuma sampai di situ kok kalo untuk anak di bawah 5 tahun, alhamdulillah. Untuk orang dewasa sepertiku, ada lanjutan pemeriksaan urine dan rontgen paru-paru. Staf administrasi RS dengan ramah mengajakku ke kasir untuk membayar biaya MCU di lantai 1.

WP_20131216_016

WP_20131216_022

WP_20131216_023

Setelah proses pembayaran selesai, staf admin mengajakku ke ruang lain untuk pemeriksaan urine dan lanjut ke ruang radiologi.

Ketika kembali ke ruang medical check up yang nyaman, anak-anak menyambutku dengan gembira. Suster mengatakan pemeriksaan telah selesai. Kami dipersilakan keluar RS jika ingin pergi berjalan-jalan, tetapi sebaiknya tidak keluar dari Kota Semarang dulu sampai dengan mereka memberi kabar bahwa hasil MCU kami bagus semua.

Melihat waktu sudah pukul 12 siang, kami putuskan mencari makan di warung sekitar RS saja agar bisa berjalan kaki, karena parkir mobil penuh, khawatirnya kalo pake mobil nanti malah ga kebagian tempat parkir lagi. Ada siy foodcourt di RS, hanya untuk berjaga-jaga tentang kehalalan, kami memilih makan di luar saja.

Sesudah menyantap menu soto ayam dan menyeruput teh hangat, Mas mengajak kami kembali ke RS. Anak-anak bermain di ruang tunggu bahkan aku sempat membawa Adhek ke ruang laktasi karena si bungsu mengantuk dan minta nen. Sekitar pukul 13.30 WIB, Mas mendapat telepon dari staf RS. Mereka mengabarkan bahwa hasil MCU bagus. Hwaaahhh alhamdulillah, lega sekali mendengarnya. Mereka akan mengirimkan hasil itu ke Departemen Kesehatan Australia di Canberra. Kami udah diberi tau oleh pihak ADS, bahwa pengurusan Visa akan memakan waktu sekitar delapan minggu kerja, normalnya.

Segera kami berkemas-kemas untuk pulang kembali ke Ngayogyakarta. Alhamdulillah satu proses telah kami lewati lagi dengan baik.

.: Cuti di Luar Tanggungan Negara :.

20 Juni 2013

Berkas yang telah kupersiapkan untuk permohonan Cuti di Luar Tanggungan Negara siap memulai perjalanannya. Sambil berucap basmalah, kuklik tombol KIRIM pada sistem aplikasi kepegawaian instansi di komputerku. Ada beberapa formulir yang harus kucetak setelahnya karena berkas fisik pun diminta oleh kantor pusat di Jakarta, walaupun pihak mereka telah menerima permohonan dari sistem saat itu juga. Formulir fisik tentunya memerlukan tanda tangan atasan. Aku pun bersiap atas segala resikonya, entah ditolak ataupun diterima. Hatiku rasanya ga karuan karena aku adalah orang pertama di lingkungan kantor dan kanwilku yang meminta Cuti di Luar Tanggungan Negara. Belum pernah ada permohonan serupa ini sebelumnya. Maklum, kantor luar Jawa. Suamiku juga satu-satunya penerima beasiswa AusAID di instansi kami yang berasal dari Kalimantan, jadi dalam hal ini serasa menjelma sebagai pionir yang harus mandiri, belajar cepat dalam mempersiapkan segala sesuatunya.

Selesai mencetak dan melengkapi dengan lampiran yang diminta, kumasuki ruangan kepala seksiku untuk menyerahkan permohonan dan meminta persetujuan beliau. Agak berat memang bagi beliau untuk menerima hal ini. Aku baru sebulan yang lalu pindah ke kantor ini dan dinotadinaskan menjadi bawahan beliau. Kekurangan tenaga pelaksana menjadi dilema dalam instansiku sekarang, sehingga ketika ada pelaksana baru datang, bakal jadi rebutan banyak seksi deh, hihi… *alhamdulillah laku*. Nah di tengah masalah tersebut, aku yang baru datang meminta izin untuk nonaktif selama 2 tahun jadi bisa kurasakan siy apa yg ada dalam hati beliau.

Syukurlah dengan kebijaksanaan beliau, demi alasan kemanusiaan *tsaah* karena ingin mendampingi suamiku yang sedang mendapatkan tugas belajar di Melbourne, kepala seksi setuju melepasku. Huhu terharu deh. Eits, tapi ga bisa senang dulu, masih ada perjuangan selanjutnya, yaitu menghadap big boss atau kepala kantorku. Setengah deg-degan, kuhampiri Iyut. Sang sekretaris kepala kantor ini memberi kode bahwa aku boleh masuk ke ruangan beliau karena sedang ga ada tamu. Semoga beliau berkenan menerima cutiku, apalagi aku udah memilih waktu yang kurasa tepat setelah berkali-kali menundanya. Alhamdulillah posisiku di kantor baru lumayan strategis, duduk dekat ruangan pucuk pimpinan kantor dan memegang amanah menjadi pelaksana yang mengurusi bagian kepegawaian membuatku bisa mengetahui lebih banyak hal tentang apa yang terjadi di kantor dan bagaimana mood pimpinan. Bersyukurnya lagi, semua berkas dan proses CTDN ini bisa kusiapkan dan kuawasi prosesnya sendiri karena memang termasuk dalam job description yang kuemban. Allah memang Maha Sebaik-baik Pengatur, ahamdulillah… Bagaikan mimpi, kepala kantorku yang terkenal hanif ini bukan hanya menyetujui, tapi malah menganjurkanku mendampingi suami sebagai ibadah seorang istri. Sempat juga beliau bercanda, kenapa aku ga resign aja, wkwkwk…

Siang itu juga, seluruh berkas langsung kurapikan dan kuantar ke Kanwil melalui sekretaris Kakanwil. Kebetulan sekretarisnya ini sahabat seperjuanganku, teman sekamar di kos sejak dari Prodip STAN dulu, jadi dengan kecepatan tingkat tinggi, berkasku ga lama udah nyampe di meja Kepala Seksi Kepegawaian Kanwil. Meja Kakanwil udah lewat dengan disposisi diproses. MasyaAllah… Sempat ada yang kurang menurut Kepala Seksi, yaitu Permohonan Izin Bepergian ke Luar Negeri bagi PNS. Tapi ga lama diralat setelah dapat penjelasan dari pelaksana Kepegawaian di Kantor Pusat bahwa permohonan itu ga perlu dibuat karena statusku nanti ketika berangkat otomatis bukan PNS lagi untuk sementara.

Awal Juli 2013

Tria yang mengurus berkasku di Kanwil mengirimkan fisik permohonan itu ke Kepegawaian Kantor Pusat. Semua jejak berkas bisa kupantau melalui sistem kepegawaian di komputerku. Tapi tetap aja aku kaget ketika selesai shalat Ashar hari Jumat tanggal 13 Juli 2013, seorang pelaksana Kepegawaian Kantor Pusat meneleponku untuk mengkonfirmasi cuti tersebut. MasyaAllah, what a fast response.

Melalui Tria, aku dapatkan kontak via gtalk dengan pelaksana Kepegawaian yang menangani cutiku, jadi prosesnya bisa lebih cepat kuketahui. Memang jalannya akan lebih berliku di sini dan karena jarak, seolah tak terjangkau olehku. Aku hanya bisa mengawasi dari jauh, rajin mengecek dan berdoa. Pelaksana di Kantor Pusat yang baik itu juga ga bosan kutanya terus dan berusaha menenangkanku. InsyaAllah kalo alasannya mendampingi suami, prosesnya ga akan dipersulit. Begitu katanya dan aku yakin, teman-teman satu korpsku selalu membantu.

September akhir

Seorang pelaksana Kantor Pusat mengabariku, permohonan udah diproses masuk ke Kementerian. Aku diberi nomor kontak Pak Nasrul yang bertugas di Biro SDM jika ingin menanyakan kabar cutiku. Beliau juga ramah dan baik banget. Nantinya, setelah disposisi suratku keluar dari meja Menteri, beliau lah yang akan mengantarkannya ke Badan Kepegawaian Negara (BKN). Letak kecemasan sebenarnya ada pada titik ini. Banyak rumor yang beredar, tapi sekali lagi aku hanya bisa ikhtiar dengan sering bertanya ke Pak Nasrul dan berdoa. Jawaban-jawaban sejuk dari beliau memberiku ketenangan, insyaAllah.

Oktober awal

Alhamdulillah dapat kabar lagi dari Pak Nasrul, berkas udah diantar beliau ke BKN. Tinggal menunggu persetujuan aja. Wah makin deg-degan, apalagi Mas akan pulang akhir November untuk menjemput kami. Bakal keburu ga niy, apalagi di bulan ini juga, permohonan visa kuajukan melalui kantor perwakilan ADS. Alhamdulillah, akhir Oktober, BKN mengeluarkan persetujuan. Artinya Pak Nasrul dapat membuatkan surat keputusan cuti di luar tanggungan negaraku segera. Beliau juga mengatakan akan mengabariku jika surat keputusan udah jadi dan ditandatangani Menteri cq Kepala Biro. Alhamdulillah, awal November surat keputusan itu kuterima… Benar-benar di luar ekspektasi karena aku adalah pegawai dari kantor yang berasal dari luar Jawa, proses cutiku hanya memakan waktu 4,5 bulan. Terasa lengkap kebahagiaanku ketika surat keputusan cuti telah di tangan dan sebentar lagi suami akan datang untuk memboyong kami ke Negeri Kangguru. Berkaca-kaca mata ini jika mengingat momen indah itu.

Maka nikmat Allah yang manakah yang bisa kita dustakan. Allahu Akbar….

.: Pediatric Dentistry di Jogja :.

Pediatric Dentistry (American English) / Paedodontics (Comm.English).
Mungkin kata ini masih awam terdengar di telinga. Buat yang belum tau, ini istilah medis untuk dokter gigi spesialis anak.

Sejak dari Banjarmasin, aku memang uda berniat akan shopping dokter ini di Jogja aja karena di Banjarmasin setauku belum ada. Belum populer mungkin.

Padahal penting banget, karena menangani pasien anak dengan dewasa pasti pendekatannya harus berbeda. Aku ingin anak ga mengalami trauma dan bakal dengan senang hati mengunjungi dokter giginya per enam bulan sekali.

Semua berawal dari pengalaman pribadiku, yang memang sedari kecil kurang merawat gigi. Akibatnya aku kecil juga jadi langganan, terpaksa, ke dokter gigi. So, kalo bisa aku berharap, anak cucuku ga perlu ngalami hal ini. No chocolate, no candy.
Hehehe so cruel ya.
Sesekali kuizinkan ko, tapi mesti sikat gigi setelahnya. Selalu kuberi pemahaman juga, kenapa Mama sangat memperhatikan hal ini.
Alhamdulillah anak anak ngerti. Malah mereka jadi ga doyan maem coklat dan permen. Mas Faqih juga bisa menolak snack coklat yang ditawarkan gurunya di sekolah, ampe bengong gurunya, hihi.

Jadi, walaupun uda ketat ngawasin asupan anak, tetep aja gigi susu seri Mas Faqih gigis. Hilang empat biji deh. Dulu sering kukasi eskrim siy, huhu… Nyeselll…
Setelah diamati lagi, baru baru ini juga ada satu gigi berlubang dan satunya lagi ada itemnya.
Wehhh warning deh buat emaknya. Harus segera ngambil tindakan. Merayu rayu Faqih ke dokterku tapi malah Faqih ogah. Menunggu hingga ke Melb juga bukan tindakan tepat karena ga termasuk dalam asuransi. Fyuh…

Sampe hari ini belum dapat info di mana alamat pediatric dentistry. Jadi marilah kita browsing lagi. Apabila ada info, dengan senang hati akan kuterima. Makasii….

.: See You, Bapak :.

12 Juni 2013

Anak anak kelihatan sedih karena hari ini Bapaknya akan bertolak menuju Melbourne.
Ya, saat untuk berpisah sementara waktu itu uda tiba. Kami harus ikhlas menjalani konsekuensi ini.

Mas juga terlihat sangat sedih, apalagi si bungsu yang belum genap 2 tahun sedang lucu-lucunya. Hanya harapan untuk bisa berkumpul kembali yang membuat semua tegar.

Bismillah, jalani semuanya dengan penuh syukur.
Kelak akan terasa manisnya pengorbanan ini, aamin.

.: Menuju Semarang :.

Siang ini kami akan bertolak ke Semarang dalam rangka bertemu dengan dokter yang ditunjuk oleh Pemerintah Australia untuk melakukan medical check upmedical check up ini diperlukan dalam mengurus dependant visa bagi keluarga inti pemegang beasiswa.
Minggu lalu, Mas uda menelpon dokter Inge di Rumah Sakit Queen Elizabeth. Beliau mempersilakan kami untuk datang pada hari Selasa tanggal 10 Desember 2013.
Mungkin teman-teman bingung ya, kenapa kami memutuskan untuk melakukan medical check up di Semarang? Bukan di Jakarta atau Surabaya.
Alasannya sederhana. Semarang bukan kota asing bagi saya, sedari kecil, setidaknya ga seasing Jakarta lah. Kota tersebut tempat bermukim beberapa saudara dekat saya. Terutama mbak sepupu yang ketika dia kecil merupakan momongan Mama saya. Mbak Cicih namanya, uda saya anggap seperti kakak kandung saya sendiri.
Dahulu kala, ketika pesawat belum low cost seperti sekarang ini, transportasi saya waktu kecil untuk mudik sekeluarga adalah kapal laut. Kapal laut ini akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Jadi orang tua Mbak Cicih lah yang selalu menjemput kami sekeluarga di Pelabuhan. Kemudian kami akan tinggal di rumah beliau, yang saya panggil Pakde karena beliau kakak Mama, satu atau dua hari, hingga kondisi lelah kami pulih dan dapat melanjutkan perjalanan menuju rumah Simbah di Magelang atau Jogja. Tak jarang diantar Pakde dengan mobil beliau hingga tempat tujuan.
Kembali ke dokter Inge. Beliau mengingatkan Mas untuk membawa persyaratan yang telah ditentukan, sama seperti poin yang telah disebutkan oleh Pak Ponco dari Kantor Perwakilan ADS / AAS di Jakarta, yaitu :
  1. HAP letter yang uda dikirimkan oleh Pak Ponco melalui email.
  2. Buku asli jadwal imunisasi Mas Faqih dan Adhek Nizar.
  3. Fotokopi KTP ku.
  4. Fotokopi paspor ku dan anak-anak.
  5. Fotokopi akte lahir anak-anak.
  6. Pas foto berwarna ku dan anak-anak ukuran 4×6.
Note: bagi wanita, diharuskan dalam keadaan tidak haid
Segitu dulu ya infonya.
Nanti kalo uda selesai medical check nya, cerita bakal dilanjut. InsyaAllah…

.: Cerita di Hari Nganggur :.

2 Desember 2013
Hari pertama terhitung sebagai Cuti di Luar Tanggungan Negara yang sudah disetujui Departemen tempatku mengabdi.
“Jadi kita ngapain Ney, glundangglundung bareng gitu?” suami bertanya lucu. Hihi…
Kata siapa,  banyaklho yang harus disiapkan.
Pertama, bikin appointment dulu ama Dokter yang ditunjuk Pemerintah Australia untuk menangani medical check up ku dan anak anak.
Kedua, membeli perlengkapan yang belum dimiliki, karena kalo beli di sana mahaaalll.
Aku pengen beli kets yg feminin, adhek Nizar juga belum punya sepatu. Trus berburu jaket (yang sepertinya agak langka kao nyarinya di Banjarmasin), trusss kacamata. Ah kalo yang ini lebih tepatnya meng up grade kacamata lamaku, karena setelah blogwalking ke tempatketiga.blogspot.com dan membaca pengalaman pribadi Mbak Chita, bagi yang matanya minus, perlu make kacamata yang sesuai dengan kondisinya ketika sedang medical check up. Fyuh, baru tersadar akan nasib kacamata yang uda ga pas lagi tapi masih kuberdayakan dengan paksa karena kemalasan  keterbatasan waktu.
Eh ko jadi banyak ya.
Lalu bedcover yang alhamdulillah punya, baru, kado zaman manten dulu. Tupperware uda siap dicangklong juga. Longjohn sejak jauh hari uda nyicil beli di tokodjohan.com yang terkenal dengan harga miringnya. Sayang sekali, untuk longjohn anak laki laki yang seusia Faqih dan Nizar, mereka ga punya stoknya. Weehh…
Jadilah, sebelum cuti kemarin, aku berjibaku lagi deh di sela sela tumpukan padat pekerjaan untuk mencari longjohn  untuk para balitaku.
Alhamdulillah, walaupun harganya ga murah, 1 set harganya 150k, ketemu juga dengan online seller yang cocok. Malah sempet tuker size segala. Hehehe makasi ya Mbak…
Oh iya, buat yang perlu, mungkin link ini berguna http://indah-shops.blogspot.com.
Trus karena kata Mas, magicjar nya ga berfungsi dengan baik, yang mengakibatkan Mas jadi harus makan intip ato kerak nasi tiap hari di Melbourne sana, magicjar masuk dalam daftaryang harus dibawa juga. Aneh aja kan kalo di Oz maemnya intip, hehehe…. Barang ini bisa dibeli nanti ketika kami uda di Jogja.
Satu lagi yaitu Food Processor, karena menyusahkan kali bawa ulekan dari Indo. Hihi padahal sebenarnya ngidam alat ini buat bereksplorasi di dapur.
Tas sekolah Mas Faqih sepertinya juga akan kusiapkan dari Indo nantinya. Toh penerbangan internasional kayak Garuda ato Qantas mengizinkan barang bagasi dengan berat 30 kg. Hmm ingat deh betapa senewennya dengan penerbangan maskapai lokal yang hanya memperbolehkan bagasi dengan berat 15 kg saja.
Eh judulnya tadi kan menikmati hari nganggur ya, ko malah ngelantur, hehe…
Jadi kemarin, aku pagi pagi sekali dengan semangat menelpon ke tempat praktek dokter gigi, dalam rangka mbenerin gigi geligi yang rasanya nambah terus lubangnya -mending nambal gigi ato cabut di Indo karena di Oz ga di cover oleh asuransi. Mahal juga karena masuknya ke dalam perawatan estetik- tapi ga ada yang ngangkat. Setelah satu jam berlalu, baru kutelpon lagi. Dapat giliran siang euy, huhu uda kuduga. Ya uda deh, kami putuskan ke penjahit aja dulu, letaknya di sebelah kompleks, dengan bermotor ria. Alasannya naik motor berempat, tidak lain dan tidak bukan karena Mas Faqih ogah naik mobil, katanya ACnya bau.
Selesai ukur mengukur di Ibu penjahit, Mas ngajakin ke ACE Hardware di seberang terminal km.6. Beliau mau beli timbangan elektrik untuk nimbang bawaan kami nanti. Sampe di sana, malah anak anak  seneng liat barang yang bagus bagus dan antik, tapi bikin kening Mamanya berkerut karena harganya yang cantik canti kjuga. Mereka berlarian ke sana ke mari, tinggallah emaknya yang mesti mengejar ngejar mereka.
Pulang dari ACE, anak anak mengantuk dan bobo siang.
Sore jam 15an dapet telpon dari dokter dan anak anak yang masih setengah mengantuk kami boyong untuk  menemaniku tambal gigi.
Huft, what a day. Tapi seneeeng karena bisa bersama anak anak sepanjang hari. Sesuatu yg mahal harganya ketika aku masih aktif ngantor.
Sebuah hikmah, bahwa kebahagiaan itu sederhana, tak harus mahal harganya.