.: Perkembangan Faqih di Sekolah :.

Tak terasa, Mas Faqih udah di term kedua kindergarten. Di awal term kedua ini, Angela, wali kelas Faqih, mengajakku berdiskusi secara nonformal tentang perkembangan Faqih di sekolah. Faqih masih belum mau bicara dengan guru dan teman, bermain pun lebih suka sendiri. Aku ceritakan bahwa hal ini juga terjadi di Indonesia, bukan hanya ketika di Melbourne. Sejak PAUD, Faqih bersikap demikian dan hingga saat ini kalo ditanya kenapa, jawaban Faqih sederhana ; Faqih ga suka sekolah, mau di rumah aja dengan Mama.

Soal bahasa mungkin jadi salah satu kendala Faqih belum mau bermain dengan teman. Hanya Thomas yang bisa klik dengan Faqih. Entah bagaimana cara mereka bermain tanpa berkomunikasi, tapi aku yakin bahwa Faqih sebenarnya mengerti apa yang temannya ucapkan, hanya masih sulit berucap. Waktu acara Mother’s Day, Ibunya Thomas sempat bilang ke aku, Thomas sering cerita bahwa Faqih adalah teman main Thomas di sekolah.

Akhirnya aku janji ke Angela, di rumah, aku dan Mas akan berusaha lebih intens lagi mengajaknya berkomunikasi dengan memakai bahasa Inggris. Angela juga memberikan saran serupa. Padahal, Faqih kalo di rumah kan ceriwis ya, kadang juga dalam bahasa Inggris ngomong ini itu. Heran kenapa di sekolah diam seribu bahasa. Cuma mengangguk dan menggeleng jika berkomunikasi. Diminta senyum aja susah. Aaaa….. Kasian jadinya membayangkan Faqih hanya membisu selama 6 jam di sekolah setiap hari.

Kemudian Angela menawarkan Faqih tetap berada di kindergarten tahun depan untuk memberinya zona nyaman. Mungkin dengan begitu, Faqih bisa lebih berkembang kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasinya. Tawaran yang dengan halus kutolak keesokan harinya setelah berdiskusi dengan Mas. Kami ingin Faqih melanjutkan ke tingkat selanjutnya sebagaimana normalnya, selain menjaga psikis Faqih, juga karena banyak pengalaman serupa dari teman di sini yang anaknya mengalami hal sama dan pada akhirnya bisa membuktikan bahwa kemampuan anak-anak Indonesia berbahasa Inggris ga kalah dengan anak bule ketika mereka di sekolah dasar (primary school) nanti. Memberikan kesempatan anak melanjutkan pendidikannya ke sekolah dasar berarti memberikan kesempatan padanya untuk berinteraksi lebih intens dengan teman dan guru di sekolah dari Senin hingga Jumat, tidak seperti di kinder yang hanya diikuti 3 hari dalam seminggu. Lagipula, sekolah di sini menyenangkan. Rata-rata anak Indonesia yang bersekolah di sini juga unggul dalam tes yang diadakan oleh sekolahnya.
Bismillah, semoga keputusan kami tepat untukmu, Faqih sayang.

Angela juga bertanya tentang gigi seri atas Faqih yang gigis, kapan terakhir cek ke dokter gigi dan hasil konsul dengan dokter. Untunglah bisa kujawab semuanya dengan bahasa yang semoga bisa dimengerti, hihi… Faqih sebelum berangkat udah ke dokter gigi dan ditambal. Untuk gigi yang gigis, insyaAllah akan tumbuh saat usianya 7 tahun ntar.

Beberapa hari setelah itu, aku dan Mas semangat bercasciscus bahasa Inggris dengan Faqih di rumah. Hasilnya mulai terlihat. Ada kemajuan sedikit demi sedikit dengan perkembangan berbicara Faqih. Tiga kalimat pertama Faqih adalah, “Are you okay?”, “Is everything okay?”, dan “What is it?”.
Alhamdulillah, terharu…
Semoga ke depannya semakin banyak kosakata Mas Faqih. Kata seorang senior di sini, dalam diamnya anak merekam. Aamiiin, insyaAllah, cepatlah mengerti dan berbicara Mas Faqih, agar semakin banyak engkau temukan ilmu yang bermanfaat di sini; Australia….

Posted from WordPress for Windows Phone