Juli ini, adhek Nizar uda 2,5 tahun dan masih minum ASI. Walaupun dari segi frekuensi ga seperti ketika ASI Ekslusif, adakalanya adhek kuat banget minumnya. Bisa sampe satu jam dan pinggang Mama pun pegel, hehehe.
Melihat si kecil yang bongsor ini masih tergantung dengan ASI Mama, Bapaknya jadi risih. Beliau bilang, “Cari tau De, sampe kapan kewajiban ASI itu, bukankah di Al Qur’an hanya selama dua tahun”.
Ah ya…. Sejujurnya, ini hanya sebuah bentuk ketakutanku. Bayangan Faqih dulu saat disapih paksa dengan diiringi tangisan kuat membayangi pelupuk mata. Sedih….. Aku masih trauma dan luka. Ga ingin Nizar pun mengalami hal yang sama. Setelah ada banyak hal indah selama kurun waktu 2,5 tahun menyusuinya, berpisah dari aktivitas ini adalah hal sulit bagiku. Tatapannya ketika sedang nen itu lho, serasa dunia milik kami berdua. Tangan mungilnya yang kadang membelai pipiku atau usil menggelitiki perutku. Aku hanya tak mau kehilangan momen-momen kami bersama. Tapi demi taat perintah Al Quran dan suami, serta demi adhek yang mandiri, aku harus kuat dan tega. Semua demi kebaikan kami bersama.
Sounding atau hipno ke Nizar udah hampir setahun kulakukan. Bulan lalu sempat Nizar bilang ke Bapaknya, “Adhek ga nen lagi Pak, udah besar, miknya susu di kulkas”. Buah dari kata-kata yang kuperdengarkan ke adhek, diulang-ulang kayak kaset rusak, hihi… Namun pada kenyataannya, Nizar masih nen. Yapp, emaknya kurang tegas. Kali ini, setelah dapat pencerahan dari para ummahad senior seinstansiku di sebuah grup percakapan, tekad menyapih dengan lembut itu aku pancangkan lebih kuat.
Semangat !
1-8 Juli 2014, Nizar kubisikin, mulai besok mikmah/nennya berhenti karena uda besar. Reaksinya? Hohoo tentu aja menolak, walau kadang pas dibilangin gitu dan Nizar lagi asyik nen, dia ngeluarin suara “hem, hem….””. Jadi kuanggap Nizar setuju deh, hehe.
Hari Pertama.
Bobo malam tanggal 9 Juli, minta mikmah dan bilang ngantuk. Kuajak sikat gigi dan pipis, kusiapkan gelas berisi air putih dengan sedotan di meja kamar tidur. Mulai merengek minta nen. Sounding kuulang-ulang. Mata adhek berkaca-kaca, tangisannya lirih, kepalanya dibenamkan ke dadaku. Sengaja kukeloni sambil di-sounding bahwa Mama tetap sayang adhek walaupun adhek ga mikmah lagi, adhek hebat, uda gede berhenti mikmah, tahun depan masuk sekolah. Mungkin karena lelah, akhirnya dengan pelukan erat, adhek tertidur. Sepanjang malam, dia gelisah. Aku bangunkan dan menawarinya air putih, kemudian adhek jawab mau. Begitu terus hingga empat kali. Ga apa-apa, ini adalah permulaan yang wajar. Sabarrrr…. Adhek pun sedang berjuang mengalahkan keinginannya.
Hari kedua.
Pagi pertama ketika bangun tidur, adhek kelaparan.. Kutawarkan teh hangat, kali ini biarlah aku sedikit melonggarkan aturan minum teh, kusodorkan chocolate Swiss roll juga yang langsung dilahap adhek dengan khidmat, hihi…. Yup, anak yang disapih insyaAllah maemnya bakal lebih banyak.
Siangnya sepulang belanja dari Footscray Market,, adhek ngantuk dan minta nen, tapi kali ini matanya terlihat jenaka. Nampak seperti ingin mengujiku. Aku ingatkan dengan sounding lagi. Dan sukses bobo Siang tanpa nen.. Hanya aku menderita karena payudara bengkak, sakit banget. Hiks…. Ga punya kol juga untuk mengompresnya, hanya ada lettuce di kulkas. Pantesan waktu di pasar, aku pengen banget beli kol tapi urung kulakukan karena keranjangku udah berat. Ya udahlah, sakit ini kutahan-tahan. Malamnya, adhek lupa dengan nen, langsung bobo pulas. Alhamdulillah…. Good boy !
Hari ketiga.
Siang hari sepulang pengajian di Surau Kita, adhek agak rewel. Mungkin karena bangun terlalu pagi. Sempat minta nen, tapi hanya kupeluk sambil bobo dan adhek terpejam dengan mata basah. Payudara yang bengkak akhirnya kubasahi air dingin dan kubuang ASI-nya dengan marmet di wastafel toilet. Hwahhh lumayaan, ga sakit lagi. Terus inget Mbak Yus punya tanaman cabe di pot. Sempat izin mau metik kalo masih sakit. Tapi ga jadi sebab sakitnya udah ga parah.
Malam hari, adhek bobo terpejam sambil dinyanyiin lagu Nina Bobo yang liriknya udah kuganti, hehehe.. Yang lucu, waktu rambutnya kuelus sambil nyanyi, adhek mengangguk-anggukkan kepalanya, dan pura-pura merem, wkwkw…
Hari keempat.
Adhek sempat bobo siang, ga ada minta nen lagi. Cuma dipeluk dan dielus-elus. Terharuu…
Sore pas nonton Upin Ipin, adhek bilang mau mikmah.. “Ga mau gede adhek tuwh, mau mikmah adhek tuuwhh…” dengan gayanya; bibir dimonyong-monyongkan, mata dimerem-meremkan dan kepala digoyang. Hihi bisa bayangin ga gimana lucunya? Abis diingatkan, adhek terus diam, ga ngomel lagi… Bobo malam terlelap sendiri, ga minta nen.
Hari-hari seterusnya berjalan lancar, adhek uda hampir terlupa dengan kesenangannya dari lahir itu, hanya sesekali kalo ingat dia berucap minta mikmah, sambil tertawa. Mungkin menggoda dan bercanda.
Aahh… Kucoba tepiskan sedih, entah ada berapa banyak rasa hinggap di hati. Hanya satu yang kutahu, semua demi kebaikanmu, Nak…
Barokallahufiikum ya bunayya, Dear Nizar. Adhek udah lulus S1, S2 dan S3 ASI. Sepanjang hidup, cinta Mama selalu tercurah untukmu, Sayang…
Halo Kami dari Event Jakarta ingin berkunjung ke artikel Anda, artikelnya menarik, ijin baca ya.
Hai kru Artikel Jakarta, maaf saya baru lihat komentar Anda. Silakan.
Happy blogging