.: Jaket Winter Faqih & Nizar :.

Sabtu siang nan terik, dengan semangat ’45 berangkat berempat bersama Mas dan anak-anak naik motor ke Toko Wijaya di Jalan Gondomanan. Tujuannya jelas belanja perlengkapan sandang krucil-krucilku yang belum lengkap. Yang terpenting memang jaket tebal buat menghadapi winter atau musim dingin di Melbourne nanti. Agak susah menemukan jaket semacam ini di Banjarmasin, jadi memang udah diniatkan bakal shopping sampe elek di Jogja. Hihi…

Setelah ber-sunbathing ria, sampailah kami di Wijaya. Jaket anak ada di lantai 2. Segera saja kami menuju lift dan ternyata ketika lift terbuka, mataku sudah menemukan tempat bergantungnya para jaket imut ini. Hehe…..

Alhamdulillah harganya masih affordable, daripada beli di Melbourne yang sudah pasti mahal kata Mas. Jaket Mas Faqih seharga IDR 160 ribu, yang untuk adhek IDR 100 ribu saja. Horee…

WP_20131230_002

Bahan jaketnya tebal, tapi bagian dalam hangat, ga gerah. Ada topi hoodie yang bisa dilepaspasang. Mas Faqih menurut ketika diminta untuk fitting. Tapi si kecil, walaupun sudah dikejar kejar tetap menolak. Dipas paskan juga ngambek. Akhirnya dipaksa deh dengan secepat kilat. Whussh…. Ya udah pasrah aja, sepertinya muat siy. Pramuniaganya juga bilang kayaknya pas jaketnya. Siiiplaah…

Selain jaket, aku sempatkan membeli beberapa potong kaos lengan panjang dan celana kain untuk Mas Faqih. Agak terburu-buru memilih karena anak-anak udah mengantuk dan lapar. Soalnya sampai sekarang belum tau gimana uniform nya sekolah Mas Faqih di Melbourne nanti. Jadi buat berjaga jaga kubelikan kaos-kaos lengan panjang.

.: Medical Check Up for Visa :.

Senin, 16 Desember 2013.

Janji untuk bertemu dengan dr. Inge uda dibuat untuk pagi ini. Kami berangkat ke RS. St. Elizabeth, Semarang pukul 4 dinihari. Bapak mertua ikut menemani, untuk berjaga-jaga karena SIM A Mas udah habis masa berlakunya dan sedang dalam proses memperpanjang.

Anak-anak yang masih dibuai mimpi langsung kami angkut dan ditidurkan lagi di mobil. Malam sebelumnya udah kuberi pengertian. Jadi anak-anak ga kaget waktu bobonya agak terganggu. So, mari melaju di jalanan yang masih sepi…. whushhhh whushhh….

Ketika melalui Ungaran yang padat merayap lalu lintasnya, Mas mencari-cari masjid agar bisa memandikan bocah-bocah kami dan sarapan dengan bekal yang telah disiapkan oleh ibu mertua. Masjidnya bersih, Masjid Wahyu namanya. Selepas mandi dan perut sudah kenyang terisi nasi hangat yang dibungkus daun pisang serta lauk Bebek Goreng Pak Dono, kami melanjutkan perjalanan dengan segera. Mas was-was karena padatnya jalan mungkin bisa membuat janji temu dengan dokter menjadi molor. Beliau pun memutuskan untuk menunda mandi sampai waktu tak terhingga eh sampai RS katanya, hihi…..

Setelah muter-muter, apalagi panduannya hanya GPS, RS yang letaknya agak tersembunyi pun kami ketemukan. Sesuai pembicaraan di telepon, ruang 218 menjadi tujuan kami. Alhamdulillah, ternyata semua termasuk bu Dokter udah siap. Ruang Medical Check Up (MCU) nyaman, anak-anak nampak riang beristirahat dan bermain di sini.

WP_20131216_024
WP_20131216_001
Mas lagi nulis form yang harus diisi sebelum MCU

WP_20131216_002
Contoh form anak nomor 26

WP_20131216_004
Contoh form dewasa nomor 160

WP_20131216_010
Nyaman beristirahat sambil menunggu MCU selesai, mbah sampe tertidur

Setelah semua form terisi, suster memanggilku dan anak-anak untuk ditimbang berat badan beserta tingginya. Kemudian diukur lingkar kepala dan terakhir difoto. Alhamdulillah, bocah-bocah ganteng dengan riang mematuhi semua instruksi suster, sambil senyum-senyum. Suster yang ngeliat jadi gemes dan tertawa juga sambil bilang mereka berdua mirip banget, hehe. Suster juga memeriksa tekanan darahku. Normal, 120/80.

Tak lama, dokter Inge datang. Aku dan anak-anak masuk ke ruangan beliau. Dokter menanyakan apakah aku berkacamata. Sambil deg-degan karena kacamata ketinggalan di Jogja, kujelaskan bahwa aku memang berkacamata dan kacamatanya tertinggal, padahal telah kupersiapkan sejak jauh hari. Dokter pun memaklumi. Kemudian beliau bertanya pernahkah anak-anak dan diriku dirawatinap di RS. Anak-anak alhamdulillah belum pernah, semoga takkan pernah. Hanya diriku yang ketika TK pernah dirawatinap karena typhus.
Beliau kemudian mempersilakan anak-anak bergantian naik ke ranjang periksa, diperiksa dengan stetoskop, disenterin rongga mulut dan telinganya. Begitu juga diriku. Pemeriksaan udah selesai. Cuma sampai di situ kok kalo untuk anak di bawah 5 tahun, alhamdulillah. Untuk orang dewasa sepertiku, ada lanjutan pemeriksaan urine dan rontgen paru-paru. Staf administrasi RS dengan ramah mengajakku ke kasir untuk membayar biaya MCU di lantai 1.

WP_20131216_016

WP_20131216_022

WP_20131216_023

Setelah proses pembayaran selesai, staf admin mengajakku ke ruang lain untuk pemeriksaan urine dan lanjut ke ruang radiologi.

Ketika kembali ke ruang medical check up yang nyaman, anak-anak menyambutku dengan gembira. Suster mengatakan pemeriksaan telah selesai. Kami dipersilakan keluar RS jika ingin pergi berjalan-jalan, tetapi sebaiknya tidak keluar dari Kota Semarang dulu sampai dengan mereka memberi kabar bahwa hasil MCU kami bagus semua.

Melihat waktu sudah pukul 12 siang, kami putuskan mencari makan di warung sekitar RS saja agar bisa berjalan kaki, karena parkir mobil penuh, khawatirnya kalo pake mobil nanti malah ga kebagian tempat parkir lagi. Ada siy foodcourt di RS, hanya untuk berjaga-jaga tentang kehalalan, kami memilih makan di luar saja.

Sesudah menyantap menu soto ayam dan menyeruput teh hangat, Mas mengajak kami kembali ke RS. Anak-anak bermain di ruang tunggu bahkan aku sempat membawa Adhek ke ruang laktasi karena si bungsu mengantuk dan minta nen. Sekitar pukul 13.30 WIB, Mas mendapat telepon dari staf RS. Mereka mengabarkan bahwa hasil MCU bagus. Hwaaahhh alhamdulillah, lega sekali mendengarnya. Mereka akan mengirimkan hasil itu ke Departemen Kesehatan Australia di Canberra. Kami udah diberi tau oleh pihak ADS, bahwa pengurusan Visa akan memakan waktu sekitar delapan minggu kerja, normalnya.

Segera kami berkemas-kemas untuk pulang kembali ke Ngayogyakarta. Alhamdulillah satu proses telah kami lewati lagi dengan baik.

.: Menuju Semarang :.

Siang ini kami akan bertolak ke Semarang dalam rangka bertemu dengan dokter yang ditunjuk oleh Pemerintah Australia untuk melakukan medical check upmedical check up ini diperlukan dalam mengurus dependant visa bagi keluarga inti pemegang beasiswa.
Minggu lalu, Mas uda menelpon dokter Inge di Rumah Sakit Queen Elizabeth. Beliau mempersilakan kami untuk datang pada hari Selasa tanggal 10 Desember 2013.
Mungkin teman-teman bingung ya, kenapa kami memutuskan untuk melakukan medical check up di Semarang? Bukan di Jakarta atau Surabaya.
Alasannya sederhana. Semarang bukan kota asing bagi saya, sedari kecil, setidaknya ga seasing Jakarta lah. Kota tersebut tempat bermukim beberapa saudara dekat saya. Terutama mbak sepupu yang ketika dia kecil merupakan momongan Mama saya. Mbak Cicih namanya, uda saya anggap seperti kakak kandung saya sendiri.
Dahulu kala, ketika pesawat belum low cost seperti sekarang ini, transportasi saya waktu kecil untuk mudik sekeluarga adalah kapal laut. Kapal laut ini akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Jadi orang tua Mbak Cicih lah yang selalu menjemput kami sekeluarga di Pelabuhan. Kemudian kami akan tinggal di rumah beliau, yang saya panggil Pakde karena beliau kakak Mama, satu atau dua hari, hingga kondisi lelah kami pulih dan dapat melanjutkan perjalanan menuju rumah Simbah di Magelang atau Jogja. Tak jarang diantar Pakde dengan mobil beliau hingga tempat tujuan.
Kembali ke dokter Inge. Beliau mengingatkan Mas untuk membawa persyaratan yang telah ditentukan, sama seperti poin yang telah disebutkan oleh Pak Ponco dari Kantor Perwakilan ADS / AAS di Jakarta, yaitu :
  1. HAP letter yang uda dikirimkan oleh Pak Ponco melalui email.
  2. Buku asli jadwal imunisasi Mas Faqih dan Adhek Nizar.
  3. Fotokopi KTP ku.
  4. Fotokopi paspor ku dan anak-anak.
  5. Fotokopi akte lahir anak-anak.
  6. Pas foto berwarna ku dan anak-anak ukuran 4×6.
Note: bagi wanita, diharuskan dalam keadaan tidak haid
Segitu dulu ya infonya.
Nanti kalo uda selesai medical check nya, cerita bakal dilanjut. InsyaAllah…

.: Cerita di Hari Nganggur :.

2 Desember 2013
Hari pertama terhitung sebagai Cuti di Luar Tanggungan Negara yang sudah disetujui Departemen tempatku mengabdi.
“Jadi kita ngapain Ney, glundangglundung bareng gitu?” suami bertanya lucu. Hihi…
Kata siapa,  banyaklho yang harus disiapkan.
Pertama, bikin appointment dulu ama Dokter yang ditunjuk Pemerintah Australia untuk menangani medical check up ku dan anak anak.
Kedua, membeli perlengkapan yang belum dimiliki, karena kalo beli di sana mahaaalll.
Aku pengen beli kets yg feminin, adhek Nizar juga belum punya sepatu. Trus berburu jaket (yang sepertinya agak langka kao nyarinya di Banjarmasin), trusss kacamata. Ah kalo yang ini lebih tepatnya meng up grade kacamata lamaku, karena setelah blogwalking ke tempatketiga.blogspot.com dan membaca pengalaman pribadi Mbak Chita, bagi yang matanya minus, perlu make kacamata yang sesuai dengan kondisinya ketika sedang medical check up. Fyuh, baru tersadar akan nasib kacamata yang uda ga pas lagi tapi masih kuberdayakan dengan paksa karena kemalasan  keterbatasan waktu.
Eh ko jadi banyak ya.
Lalu bedcover yang alhamdulillah punya, baru, kado zaman manten dulu. Tupperware uda siap dicangklong juga. Longjohn sejak jauh hari uda nyicil beli di tokodjohan.com yang terkenal dengan harga miringnya. Sayang sekali, untuk longjohn anak laki laki yang seusia Faqih dan Nizar, mereka ga punya stoknya. Weehh…
Jadilah, sebelum cuti kemarin, aku berjibaku lagi deh di sela sela tumpukan padat pekerjaan untuk mencari longjohn  untuk para balitaku.
Alhamdulillah, walaupun harganya ga murah, 1 set harganya 150k, ketemu juga dengan online seller yang cocok. Malah sempet tuker size segala. Hehehe makasi ya Mbak…
Oh iya, buat yang perlu, mungkin link ini berguna http://indah-shops.blogspot.com.
Trus karena kata Mas, magicjar nya ga berfungsi dengan baik, yang mengakibatkan Mas jadi harus makan intip ato kerak nasi tiap hari di Melbourne sana, magicjar masuk dalam daftaryang harus dibawa juga. Aneh aja kan kalo di Oz maemnya intip, hehehe…. Barang ini bisa dibeli nanti ketika kami uda di Jogja.
Satu lagi yaitu Food Processor, karena menyusahkan kali bawa ulekan dari Indo. Hihi padahal sebenarnya ngidam alat ini buat bereksplorasi di dapur.
Tas sekolah Mas Faqih sepertinya juga akan kusiapkan dari Indo nantinya. Toh penerbangan internasional kayak Garuda ato Qantas mengizinkan barang bagasi dengan berat 30 kg. Hmm ingat deh betapa senewennya dengan penerbangan maskapai lokal yang hanya memperbolehkan bagasi dengan berat 15 kg saja.
Eh judulnya tadi kan menikmati hari nganggur ya, ko malah ngelantur, hehe…
Jadi kemarin, aku pagi pagi sekali dengan semangat menelpon ke tempat praktek dokter gigi, dalam rangka mbenerin gigi geligi yang rasanya nambah terus lubangnya -mending nambal gigi ato cabut di Indo karena di Oz ga di cover oleh asuransi. Mahal juga karena masuknya ke dalam perawatan estetik- tapi ga ada yang ngangkat. Setelah satu jam berlalu, baru kutelpon lagi. Dapat giliran siang euy, huhu uda kuduga. Ya uda deh, kami putuskan ke penjahit aja dulu, letaknya di sebelah kompleks, dengan bermotor ria. Alasannya naik motor berempat, tidak lain dan tidak bukan karena Mas Faqih ogah naik mobil, katanya ACnya bau.
Selesai ukur mengukur di Ibu penjahit, Mas ngajakin ke ACE Hardware di seberang terminal km.6. Beliau mau beli timbangan elektrik untuk nimbang bawaan kami nanti. Sampe di sana, malah anak anak  seneng liat barang yang bagus bagus dan antik, tapi bikin kening Mamanya berkerut karena harganya yang cantik canti kjuga. Mereka berlarian ke sana ke mari, tinggallah emaknya yang mesti mengejar ngejar mereka.
Pulang dari ACE, anak anak mengantuk dan bobo siang.
Sore jam 15an dapet telpon dari dokter dan anak anak yang masih setengah mengantuk kami boyong untuk  menemaniku tambal gigi.
Huft, what a day. Tapi seneeeng karena bisa bersama anak anak sepanjang hari. Sesuatu yg mahal harganya ketika aku masih aktif ngantor.
Sebuah hikmah, bahwa kebahagiaan itu sederhana, tak harus mahal harganya.

.: Lika-liku VISA :.

Ah ya, Oktober akan segera berlalu, November menjelang dan insyaAllah suami tercinta pulang. Tanggal 25 September 2013 Mas ngabarin kalo rekomendasi dari Uni-nya untuk membawa keluarga sudah keluar. Lembar aplikasi VISA yang naudzubillah banyaknya ituuu -saking desperatenya yah ngeliat- uda diisiin Mas, bahkan sampe rincian pemasukan dan pengeluaran yang memang dipersyaratkan. Ada beberapa form juga yang uda Mas tandatangani. Sisanya tinggal membubuhkan tandatangan Mama dan syarat surat-menyurat penting aja, seperti akte lahir anak-anak yang harus dilegalisir dari Dinas Kependudukan dan Capil, akta nikah yang juga harus dilegalisir oleh Kantor Urusan Agama (KUA) serta Kartu Keluarga yang perlu disahkan oleh Kantor Kelurahan setempat.

Yeayy…..
Perjalanan akan segera dimulai.

Hemm, ini tumpukan berkas aplikasi VISA yang kalo dirasa-rasain bikin mual, hihi lebay…
Oh iya, form 157A ketinggalan diaplot, maaf banget.

Untuk persyaratan dependant VISA (VISA bagi pendamping penerima beasiswa), bisa dilihat checklist berikut ini :

.: Kepastian dari University of Melbourne :.

Sebuah SMS dari suami masuk ke hpku, Rabu 24 April 2013.

“Alhamdulillah, mas dapet email, diterima”.

Alhamdulillah, aku berlari ke seksi sebelah yg beralas karpet, kujatuhkan badan dan kening hingga menyentuh lantai. Sebuah sujud syukur atas jawaban dari Allah yg mempercayai suamiku mampu memenuhi tugas kuliah di uni yg diidamkannya, sangat!

Estimasi keberangkatan awal Juni 2013. Sejujurnya terselip pula rasa sedih di tengah syukur ini. Musti pisahan lg padahal baru saja berkumpul utuh Maret lalu sebagai sebuah keluarga. “Begitu cuti dede keluar, langsung nyusul ya”, pinta mas.

Hmmmm….. semoga perjalanan cutiku lancar, tak ada aral sehingga anak2 tidak terlalu lama brrjauhan dari bapaknya lg. Aaamiin….

Sekarang sedang mulai mengumpulkan bekal amunisi dari teman2 yg uda pengalaman mengajukan Cuti di Luar Tanggungan Negara.

Oya, bagi yang butuh form Cuti di Luar Tanggungan Negara, Perpanjangan Cuti di Luar Tanggungan Negara dan Pengaktifan Kembali sebagai PNS bisa hubungi saya di inbox.

.: Ternyata, Bikin Paspor via Online Itu…. :.

Teteuppp rempong…..
Hehehe….
Kirain yah, secara aku ndaftarnya via online, bakal memangkas waktu yang dibutuhkan untuk berwara-wiri di Kantor Imigrasi (Kanim). Eeh ternyata, sami mawon bok!
Jadi, dari awal uda dapet share temen, gimana tata cara pengurusan paspor melalui layanan di internet. Aku copas aja lah ya sebagai berikut :
–>
Berbagi Pengalaman Buat Paspor Online di KANIM JAKSEL – 30 Januari 2012

Tahapan Pembuatan Paspor Baru secara online.
1. Siapkan dokumen :

a. KTP (bukan resi)
b. Akte kelahiran – Surat Ganti Nama
c. Kartu Keluarga
d. Surat Nikah
e. Ijazah
f. Surat Keterangan dari tempat kerja (diperlukan untuk yang status di KTP nya “Bekerja”dan jika sudah tidak bekerja diminta surat pengalaman kerja).
g. Passport lama (utk perpanjangan)

2. Scan semua dokumen yang diperlukan seperti KTP, Akte Lahir, Kartu Keluarga, Surat Ganti Nama, SBKRI, Passport lama, Surat Keterangan Bekerja, Ijazah, Surat Keterangan dari tempat kerja. Scan dalam format Jpeg, hitam putih (jangan berwarna).

3. Lakukan registrasi secara on line di www.imigrasi.go.id ==> layanan publik ==> layanan on line ==> layanan paspor on line sekaligus upload dokumen-dokumen di poin 1., pada saat registrasi online kita dapat :
a. Menentukan dikantor imigrasi mana kita akan datangi
b. Menentukan tanggal foto dan wawancara

4. Selesai registrasi kita akan dapatkan “Tanda Terima Pra Permohonan” untuk dibawa ke Kantor Imigrasi (KANIM) sesuai tanggal yang dipilih pada saat registrasi. Untuk amannya perkirakan 1 minggu.

5. Siapkan semua dokumen poin 1 asli serta foto copy nya (1 rangkap) serta jangan lupa sertakan printout “Tanda Terima Pra Permohonan”. Semua dokumen harus difoto copy pada kertas A4. (KTP/Buku Nikah tidak boleh dipotong)

Kunjungi kantor imigrasi kalo bisa sebelum jam 8 karena semakin siang makin antri, kemudian beli Map di koperasi IMIGRASI (harga Rp5.000). Formulir Isian yang ada pada map tidak perlu diisi karena datanya sudah diisi pada saat registrasi online.

Untuk mempercepat prosesnya, siapkan berkas masing-masing orang (fotocopi). Untuk berkas asli kita pisahkan saja..karena kita hanya diminta untuk memperlihatkan saja.

Jadi kita tinggal menulis identitas di MAP depan + form surat kuasa untuk anak + formulir tambah nama.

6. Untuk anak dibawah 17tahun :
• Mengisi Form surat kuasa dari orang tua + Materai 6000 (dibeli dikoperasi dengan harga Rp9.500). dan ditandatangani oleh kedua orang tua
• Menyertakan Fotocopy KTP kedua orangtua + Surat Nikah (Fotocopy A4 jangan dipotong)
Setelah semua terisi, beri nama pada MAP dan masukkan semua fotocopy kedalam MAP tersebut serta ambil nomor antrian, 1 nomor antrian untuk 1 nama.

7. Bila ingin Umroh / ke Arab Saudi, nama di passport minimal 3 suku kata. Bila nama kurang dari 3 suku kata, membeli formulir tambah nama di Koperasi seharga Rp 7.000,00 (sudah ada materainya). Yang ditulis nama bapak dan/ kakek.

8. Setelah mendapatkan nomor antrian (pilih pendaftaran via internet). tunggu nomor tersebut dipanggil sambil periksa kelengkapan dokumen anda
Di Kamin Jaksel ada 9 loket yang terdiri dari 4 jenis :
1. Loket pendaftaran utk biro jasa – 1 loket
2. Loket pendaftaran online (via internet )- 3 loket
3. Loket pendaftaran umum – 4 loket
4. Loket pendaftaran untuk lansia – 1 loket

9. Kita menunggu panggilan dari loket pendaftaran online. Disini akan diperiksa kelengkapan dokumen, dan kita diminta memperlihatkan aslinya.

Setelah dinyatakan lengkap, kita menunggu +- 30 menit untuk mendapatkan nomor untuk melakukan pembayaran dan foto.

10. Dengan nomor ini, kita kembali ke nomor antrian untuk ambil nomor pembayaran dan foto.

11. Lakukan pembayaran di Kasir dengan biaya Rp255.000 per paspor

12. Setelah melakukan pembayaran, selanjutnya tunggu dipanggil untuk melakukan foto dengan menyerahkan bukti pembayaran. Setelah menerima nomor urut untuk wawancara dan foto/sidik jari tinggal menunggu. Perhatikan nomor urut anda dan nomor urut yang tertera pada layar monitor.

13. Pada saat nomor urut dipanggil. Difoto, wawancara untuk memastikan semua data yang kita input pada saat pendaftaran online sudah benar. Setelah selesai maka hasilnya disampaikan selesai 4 hari kerja. 

Berhubung suami akan pulang liburan akhir tahun, sejak minggu kedua Desember semua persyaratan uda kulengkapi. Tanda terima pra permohonan juga uda dicetak. Lancar jaya alhamdulillah….
Hari Rabu, 26 Desember 2012, rempong bangeettt bawa anak 2 plus ART, pagi-pagi biar aku absen dulu di kantor baru izin buat cabut ke Kanim. Sekalian gitu karena Kanim-nya ada di pertengahan rute menuju kantorku. Pikirku tak apalah, toh cuma sehari ini bawa anak-anak, makanya bela-belain ndaftar via online.
Sampe di Kanim, masih jam 8 pagi, sepi. Buru-buru parkir mobil trus langsung ke bagian informasi, ama petugasnya diminta beli form n map di halaman belakang kantor. Harganya 9 ribu / buah IDR. Buat anak di bawah 17 tahun, form akan diberikan gratis oleh petugas bagian informasi. Setelah cepet-cepet menulis map, menyerahkan ke petugas informasi, trus petugas ngasih nomor antrean pembayaran. Lama menunggu dipanggil untuk membayar semua biaya, 1,5 jam kemudian barulah petugas loket memanggil kami. Kirain abis bayar bakal langsung nunggu lagi buat antre foto, ternyata kudu balik lagi keesokan harinya buat foto plus wawancara. Ya ampuuunn…. *pinginmitesmitesseseorangrasanya* kenapa ga langsung, padahal kan pengantre masih sedikiiit.
Agak sedikit kesel bin gondok, kami pun pulang.
Besok harinya, kuputuskan untuk pergi sendiri ke kantor, suami beserta anak-anak dan ART menyusul untuk kemudian bertemu di Kanim. Biar aja agak siangan, kasian anak-anak kalo kepagian dibawa. Jadi setelah anak-anak sarapan, suami berangkat dengan anak-anak, akupun cabut dari kantor. 
Subhanallah, nyampe Kanim antreannya luar biasa. Cek jam tangan, masih pukul 10 pagi. Musim umroh kali yee…. orang sini emang demen banget umroh karena antrean buat naik haji uda unreasonable.
Masuk kantor, nanya ke petugas informasi dan dapat nomor antrean 833 – 835 (hanya aku dan kedua anak kami karena suami akan mengurus paspor biru di Deplu). Pas ngeliat monitor, masih kisaran 600an, sementara tiap kali panggilan ke dalam ruang foto cuma 10 orang aja. Hwaa kapan kelarnya inih ?!!
Mendekati jam lunch, pergeseran angka di monitor ga terlalu signifikan. Akhirnya suami memutuskan makan siang ke Banjarbaru aja dan sholat Dzuhur dulu. Setelah 2 jam berada di Banjarbaru, kami kembali lagi ke Kanim. Dan taraaa….. Hasilnya, tetep aja belum nyampe nomor antreab kami, masih jauuuh banget. Okelah, karena bocil-bocil sudah mengantuk, kasian juga jadinya, mending pulang aja lah ya. Nanti minta tolong ama temennya adikku buat memantau pergerakan nomor karena dia kerja di Kanim.
Setelah anak-anak bangun dari tidur sorenya, dapat kabar, antrean uda menuju angka 800an. Kami bergegas mandiin anak-anak dan membersihkan diri. Sampe di Kanim hampir Maghrib, kali ini cuma berempat ; aku, suami dan 2 bocah ganteng kami. Masih harus menunggu beberapa nomor lagi sebelum tiba giliran kami. 
Alhamdulillah sebelum adzan Maghrib berkumandang, kami bisa masuk ruangan juga untuk sesi foto dan wawancara. Yang lucu ketika sesi foto adhek Nizar, susah loh membuat adhek fokus menatap kamera di depannya. Bahkan para pengantre lain bersatupadu di depan kamera, jadi pemandu sorak, biar mata adhek menatap ke depan, hehe….
Syukurlah akhirnya semua proses terlewati dengan lancar. Benefitnya ngisi via online kayaknya biar kita ga perlu nulis di form pendaftaran dan petugas ga perlu repot nginput data lagi. Just it!
Paspor dijanjikan akan selesai dalam 4 hari kerja, jadi tanggal 3 Januari kudu balik lagi ke Kanim dengan membawa bukti terima dokumen. Fyuh fyuh….. no delivery service 🙂