.: Faqih dan Musim Gugur Kedua:.

20150414

Maret adalah waktu bagi dedaunan untuk berganti-ganti warna kemudian meluruhkan diri. Tak terasa, ini adalah musim gugur kedua untuk Faqih selama bersekolah di Melbourne. Ada banyak kemajuan positif darinya saat ini. Sesuatu yang membuatku terharu kala mengingatnya lagi.

Memoriku pun mundur ke satu tahun yang lampau…..

Faqih yang belum mengerti benar isi percakapan dalam bahasa Inggris menjadikannya terasing, pemalu, enggan sekolah karena mungkin berselisih dengan teman (yang menurutku ini terjadi hanya karena persoalan miskomunikasi) bahkan sampai menangis meronta-ronta dan harus dipeluk gurunya dulu di pintu depan kelas, ditenangkan cukup lama dan aku harus pulang karena diminta oleh gurunya sambil mendengar tangisan Faqih. Pada waktu itu, sepanjang jalan airmataku menggenang, memandangi daun-daun yang berguguran, dadaku terasa sesak sekali sambil berpikir solusi untuk Faqih. Hampir semua cara kulakukan agar Faqih kembali seperti awal tiba di Melbourne; berbicara lebih intens pada Faqih, bertanya kepada para seniorku di sini, membawa ke temanku yang seorang psikolog, berdiskusi dengan guru-gurunya, membiasakan bercakap sehari-hari dengan menggunakan bahasa Inggris dan lain-lain.

Faqih yang ketika kuikutkan dalam aktivitas liburan di perpustakaan hanya diam menyaksikan anak-anak lain antusias melakukan eksperimen kimia sederhana dan cuma mau mendengarkan aku berbicara dalam bahasa Indonesia, padahal sebelumnya aku sibuk mengoceh, menjelaskan ini itu dalam bahasa Inggris. Fyuuh…

Faqih yang ketika ditanya guru atau teman sekolah hanya diam membisu dan berlalu seolah tak ada apa-apa. Faqih bahkan diragukan dapat lanjut ke primary school dan kemungkinan harus tertahan 1 tahun lagi di kindergarten.

Aahh….. sediiiih perasaanku waktu itu. Sampai akhirnya Emily datang, guru cantik nan baik dan bisa mengambil hati Faqih di kindergarten. Ia menawarkan pendampingan bahasa untuk Faqih. Gratis! Semua ini dijamin oleh Pemerintah Australia. Perlahan, rasa percaya diri dan adaptasi Faqih menguat.

Alhamdulillah…. Tak dapat kulukiskan besarnya rasa terima kasihku untuk Emily yang selalu sabar menemani dan membimbing Faqih di sekolah . Bagian pendampingan ini nanti InsyaAllah kuceritakan di postingan yang berikutnya. 

Sekarang, alhamdulillah… indah sekali nikmatmu ya Allah.

Semua teman memuji perkembangan positif Faqih. Terlihat sekali bedanya. Faqih nampak menikmati dunia, lingkungan dan sekolahnya. Udah lumayan lancar membaca buku bahasa Inggris pada levelnya, lebih percaya diri cas cis cus in English dan setia mengoreksi Mamanya yang kadang eh sering keliru pengucapan katanya atau menjelaskan kosakata baru yang belum pernah kudengar artinya. Malah tak jarang ngomel-ngomel lucu atau nyeletuk dalam bahasa Inggris yang mbule banget. Faqih juga mulai pandai bersosialisasi dengan teman-temannya di sekolah publik yang multikultural ini. Saat kudaftarkan ke aktivitas liburan musim gugur bulan lalu di perpustakaan komunitas, Faqih tak sabar selalu mengacungkan jari untuk sekedar bertanya, menjadi relawan atau berkomentar, hihi…. gemesss. Begitu pula di kelas TPA setiap hari Minggu, ia berubah menjadi sangat aktif. Bertanya dan berbicara menimpali penjelasan guru, mengajukan diri untuk muroja’ah surah pendek atau sekedar ceriwis bercanda.

Ternyata, semua hanya butuh waktu untuk berproses dan bersabar mendampinginya. Semoga sekelumit perjalanan jauh kita akan bermanfaat untukmu kelak ya, Buah Hatiku…

Ini autumn terindah bagi kami dan penuh berkah InsyaAllah untuk Faqih.

Mudah-mudahan Allah jadikan kami, orangtuamu, selalu sabar dan penuh syukur dalam mendampingi dan mengarahkanmu. Aamiin ya Rabb.

.: Nizar dan Playgroup Class di Australia :.

5 Januari 2015, adhek Nizar genap berusia 3 tahun. Di Aussie, anak yang seumuran Nizar udah boleh dimasukkan ke kelas playgroup di sekolah kanak-kanak umum. Berbagai jurus rayuan Mama keluarkan untuk membujuk adhek agar mau bermain di sekolah, tapi adhek belum mau. Mama ga maksain siy, apalagi adhek si bontot ini masih belia dan memang ga sama kayak masnya. Biarlah nanti seiring waktu, mungkin rayuan pulau kelapa Mama akan berhasil, hehe…. Mungkin adhek juga tahu, kalo di sini akan bersama Mama 24 jam sehari, ga pake ditinggal pergi ke kantor, puas-puasin di rumah aja dengan Mama. Jadilah Mama usahakan adhek bermain ala kelas TK di rumah, alhasil rumah ga pernah rapi. Penuh dengan kreativitas adhek.

Tiba-tiba, di bulan April, adhek dengan semangat 45 bilang mau pergi bermain ke sekolah. Waahh Mama happy banget dan buru-buru ngacir cari info ke Denzil Don Kindergarten, TK Faqih yang dulu sebelum adhek berubah pikiran, haha….

Berkas seperti daftar imunisasi dan buku kesehatan adhek tak lupa Mama siapkan sebelumnya. Eh ternyata, menurut staf di bagian pendaftaran, untuk kelas playgroup ga perlu ribet dengan aneka dokumen anak. Kelasnya juga cuma sehari dalam seminggu dari pukul 9.30 pagi sampai dengan 12 siang. Mama milih hari Kamis karena Selasa ada jadwal Tahsin dan Rabu sore biasanya nemenin Faqih ke kelas renang. Biaya akan dipungut tiap term (per 3 bulan) sebesar AUD 120. Sebenarnya sebagai anak dari penerima AAS, biaya bisa ditanggung oleh Pemerintah Australia tapi karena Mas ogah ribet ngurus persyaratan macem-macem di Centre link, sejak Faqih sekolah di Denzil Don, kami bayar sendiri. Alhamdulillah ga terlalu memberatkan kok.

Ibu yang melayani pendaftaran ramah dan sempat memuji tulisanku di formulir, rapi banget katanya hihi…

16 April 2015

FB_IMG_1434807870555

Adhek udah rapi jali dan harum mewangi, siap berangkat ke sekolah. Mama siapin stroller nya dan kotak bekal berisi minuman serta snack sehat non coklat dan gula. Buah juga kudu bin wajib. Sehat memang di sini, bekal anak usia dini dipantau guru TK secara seksama.

Sesampai di dalam kelas, udah banyak anak seusia Nizar sedang bermain ditemani oleh orangtuanya. Adhek yg supel langsung menghambur ke arah karpet di mana mainan kereta dengan relnya yang panjang tersusun manis. Tadinya Mama ketar ketir, membayangkan jika adhek rebutan mainan. Kan biasanya heboh kalo lagi rebutan dengan masnya. Alhamdulillah cuma beberapa kali aja hal itu terjadi dan tanpa kehebohan berarti. Adhek mengerti ketika Mama nasihati.

Bosan dengan kereta dan mobil, adhek pindah ke mainan bak pasir. Dengan tenang dia bermain bersama seorang anak perempuan. Mama tinggal ngawasin dari seberang sambil ngobrol dengan ibu bocah perempuan. Pukul 11, anak-anak diizinkan bermain di playground halaman belakang. Nizar pun antusias melesat dan bermain sliding lalu mengobok-obok pasir. Mainan favoritnya hehehe…  Saking asyiknya, adhek ga mau diajak ke dalam untuk menikmati bekal. Mama biarkan adhek puas bermain. Lalu tak lama, karena cuaca mulai dingin, adhek yang kelaparan minta maem.

Adhek maem sambil duduk di bangku kecil. Kemudian dengan lahap menikmati keripik kentang non MSG, apel dan air putihnya.

Pukul 11.35, guru playgroup meminta anak-anak segera menyelesaikan makan dan mengajak mereka berkumpul membentuk lingkaran. Akan ada story telling dari guru. Nizar duduk dipangku Mama dan mendengarkan dengan agak bingung. Kemudian anak-anak diajari lagu untuk mengenal bagian tubuh sambil berdiri dan bergoyang. Nizar masih malu-malu, tapi ketika diminta maju untuk diberi stempel di tangan, dengan cepat adhek mendatangi guru dan mengulurkan tangan kanannya. Haha…. well done adhek for your first day at school! Proud of you anak shalih….

Minggu berikutnya, alhamdulillah juga lancar.

Duduk manis menunggu keberangkatan

Duduk manis menunggu keberangkatan

Sempat difoto Mama di jalan masuk TK padahal udah telat

Sempat difoto Mama di jalan masuk TK padahal udah telat

Asyik dengan mobil dan miniatur jalan raya

Asyik dengan mobil dan miniatur jalan raya

Tongpotong playdough

Tongpotong playdough

Moomm.... it's shark

Moomm…. it’s shark

Media sahabat setia anak kayaknya pasir ya

Media sahabat setia anak kayaknya pasir ya

Nomnom, ayo kita makan

Nomnom, ayo kita makan

 

.: Musim Gugur Kedua di Melbourne :.

20 Februari 2015

Tiba-tiba mataku tak sengaja tertumbuk pada iklan White Night Festival 2015 yang terpasang di Royal Park Station, di suatu sore yang gerah ketika pulang dari sebuah acara di Clayton.

Ingatan jadi melayang ke Februari tahun lalu. Persis tanggal 20, di akhir musim panas menjelang musim gugur seperti sekarang ini, menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di benua Australia. Udah setahun rupanya kami sekeluarga diboyong suami ke sini.

How time flies… so fast.

Kota dan negeri yang indah, InsyaAllah telah banyak sekali memberi kami hikmah dan pelajaran hidup tak ternilai. Alhamdulillah untuk semua nikmat-Mu ya, Illahi Rabbi.

.: Idul Fitri 1435 H di Negeri Kangguru :.

Assalamu’alaikum…

Ada hal yang berbeda dari Syawal kali ini. Untuk pertama kalinya harus mencicipi pengalaman berlebaran jauh dari keluarga besar dan kehilangan simbah tercinta yang berpulang ke Rahmatullah tepat 1 Ramadhan 1435 H.

Sedih banget ga bisa membersamai beliau di saat-saat akhir. Sambil  bersimbah airmata kukirim doa, insyaAllah simbah tenang di sana dan udah ga merasakan sakit lagi. Aku ikhlas Mbok…

Berlebaran di negeri orang, ternyata juga penuh warna. Sedikit haru pastilah ada, merindukan segala hal berbau Lebaran yang meriah di Tanah Air dan yang paling utama mendera adalah  merindukan kedua orang tua yang pasti juga kehilangan anak-anaknya kali ini. Tapi, percayalah…. Sedikit pengalaman ini akan mendewasakan kita. Kelak akan jadi cerita indah di memori. So, Lebaran must go on, hihi…. Walaupun alakadarnya, tapi yang terpenting esensinya kan.

Beberapa hari sebelum Idul Fitri tiba…………

Alhamdulillah di sini jelas banget kapan saat-saat istimewa itu datang. Awal Ramadhan ga perlu nunggu sidang itsbat sampe tengah malam kayak di Indo dan harap-harap cemas akankah besok Lebaran karena ketupat udah dibeli, daging udah disiapkan, bumbu tergeletak di dapur menunggu dieksekusi, hihi… Di sini, seminggu sebelum Ramadhan dan Idul Fitri, pengumuman resmi dari Mufti atau Imam Besar Negara Bagian Victoria udah menyebar berantai dengan cepat. Berhubung suami diamanahi menjadi Ketua Pengajian Mahasiswa Brunswick, beliau udah ke sana kemari mempersiapkan venue untuk sholat nanti. Sementara aku dan ibu-ibu; istri mahasiswa, sibuk masak untuk jamuan Idul Fitri. Seruu….

Tepat 1 Syawal 1435, tak ada takbir dan tahmid yang berkumandang. Anak-anak kubangunkan Subuh dan dengan riang gembira cuci muka, sikat gigi dan ganti baju koko. Mereka udah tahu kalo hari ini adalah Hari Istimewa. Kartun Upin Ipin memberi gambaran yang lebih mudah bagi anak untuk memahami kegembiraan menyambut Hari nan Fitri ini. Kuajari Faqih Nizar mengumandangkan takbir dan di pagi buta itu suara kami riuh rendah dalam rumah, bersahut-sahutan dengan bahagia, sambil menunggu Mas yang sejak dinihari udah pergi menyiapkan venue.

Akhirnya pukul 7 pagi, Mas datang dan kami segera berangkat ke lapangan basket.

What???

Lapangan basket?

Hahaha iyaa…. baru kali ini aku sholat di lapangan basket, biasanya di lapangan rumput atau halaman instansi tertentu kalo di Indo. Untuk tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan sholat Ied di wilayah kami diadakan di Sport Centre Melbourne Uni. Tapi berhubung venue tersebut udah keduluan dipesan oleh orang lain, jadilah kali ini nuansa berbeda hadir, sholat Ied dilaksanakan di Brunswick Sport Stadium alias lapangan basket indoor yang sangat dekat dari flat kami.

Alhamdulillah, acara hari itu berjalan lancar. Walaupun karena kapasitas tempat yang terbatas menyebabkan jamaah menjadi lebih rapat shafnya dan untuk menikmati jamuan harus berbaris ke mezzanine/lantai dua. Barisan dipisahkan antara jamaah laki-laki dan perempuan. Makanan juga berlimpahruah. Padahal makanan ini adalah donasi dari para jamaah, atau kalo di sini kami sebut BYO (Bring Your Own) / sistem potluck. Jadi jauh hari sebelumnya udah didata oleh tim konsumsi, siapa yang akan menyumbang menu ini dan itu, kemudian berapa jumlah porsinya.

Jadi pengen nangis bahagia, liat ketan hitam, sayur kates muda, pempek, sambel goreng hati, opor dan ketupat mini serta banyak makanan Indonesia lainnya yang tiba-tiba nongol semua hari ini.

Miss U, Indonesiaaa…….

Momen ini juga membuatku terharu, berkumpul dengan masyarakat Muslim Indo, hati kami menjadi dekat, walaupun ada yang tidak kukenal, tapi kami bersaudara. Apalagi di sini, sesama perantau. Kami semua adalah satu.

Taqobbalallahu minna wa minkum, Wahai Saudara-saudaraku.

Selamat Idul Fitri 1435 H

Mohon maaf lahir dan batin

Habis Shalat trs three in one ? Hehe

Habis Shalat trs three in one ? Hehe

.: Ramadhan Pertama di Australia :.

Sebuah pemberitahuan resmi dari Imam Besar Negara Bagian Victoria secara berantai menyebar di jaringan komunikasi umat Muslim, tak terkecuali di whatsapp pengajian istri para pelajar di sini.
Yesss…. InsyaAllah 1 Ramadhan jatuh pada 29 Juni 2014, hari Minggu, di tengah musim dingin yang menggigit hawanya, menusuk tulang. Tapi hal ini kuanggap berkah. Kenapa? Karena bertepatan dengan musim dingin berarti durasi puasa umat Muslim di sini singkat, hanya 11 jam. Bandingkan bila Ramadhan kala musim panas yang Maghribnya terjadi pukul 20. Benar-benar aku bersyukur.

Jangan bayangkan suasananya seperti di Indonesia. Tak akan ada suara penjaga masjid yang membangunkan kami untuk bersahur, apalagi suara kentongan remaja yang berkeliling untuk membangunkan sahur. Suara sirine dan adzan Maghrib yang di Indonesia akan disambut sukacita pun tak akan terdengar. Sunyi, senyap….apalagi kala sahur sebab malam menjadi lebih panjang. Hanya aplikasi adzan Subuh dan Maghrib di perangkat selulerlah yang amat berjasa menandai dimulai dan berakhirnya puasa kami setiap hari. Subuh menjelang pukul 6 pagi dan Maghrib datang pada pukul 5 sore. Tidak ada juga pasar takjil di sini sehingga aku jadi lebih kreatif di dapur dalam meracik menu yang membangkitkan selera makan di tengah terpaan dingin.

Oh ya, seminggu sebelumnya, Islamic Moslem Society of Victoria (IMCV) berkolaborasi dengan persatuan muslim Malaysia mengadakan acara Ramadhan Family Day di KJRI Melbourne. Ada banyak acara yang salah satunya diikuti Faqih dan teman-teman TPA-nya. Stand makanan juga berjajar, bukan hanya menyajikan hidangan ala Indonesia tapi juga Malaysia. MC-nya juga ada dua, dari muslim Indonesia dan Malaysia, lucu hehe … Berasa nonton Asia Bagus, eehh…
Tak lupa diadakan pula penggalangan dana untuk khitanan massal bagi suatu desa terisolir di Nusa Tenggara Barat.

Alhamdulillah, walaupun kondisi sekitar kurang kondusif, saudara-saudara di sini punya banyak ide dan cara menyemarakkan Ramadhan. Seperti biasa, Surau Kita yang dibangun dengan gotong royong oleh masyarakat muslim di sini mengundang para Ustadz dari Indonesia untuk menjadi imam tarawih berjama’ah dan memberi bermacam pencerahan untuk umat. Tahun ini ada Ustadz Salim A.Fillah dari Yogyakarta dan Ustadz Mohammad Hatta dari Surabaya. Secara bergiliran dengan diselipi ustadz lokal, beliau semua membimbing ibadah kami di sini.
Acara untuk anak pun diadakan, seperti i’tikaf dan Ramadhan Junior Masterchef untuk membuat bento. Faqih tentu tak mau ketinggalan untuk berpartisipasi.

Alhamdulillah, ternyata Ramadhan di negeri seberang pun punya banyak cerita indah dan insyaAllah hikmah yang bisa dipetik. Betapa beruntungnya dapat mencicipi pengalaman berpuasa Ramadhan di Australia. Sebuah kisah yang akan terpatri di hatiku.

Posted from WordPress for Windows Phone

.: Faqih dan Teman-teman Baru di Pengajian Mama :.

Aku senang banget kemarin melihat kemajuan pesat Faqih. Kebetulan giliran Faqih yang dibawa ke Pengajian Aisyah di rumah Mbak Rei, sekaligus menjadi farewell Mbak Rei yang pekan depan akan pulang ke Indonesia. Awalnya aku dan Faqih jadi yang pertama datang, rumah Mbak Rei masih sepi. Anak bungsu Mbak Rei, Revan, setahun lebih muda dari Faqih, membukakan pintu dengan senyum manisnya. Faqih pun langsung akrab bermain berdua Revan, datang ke aku kalo haus atau mau ngemil aja. Aku leluasa mengobrol dan membantu Mbak Rei menyiapkan penganan.

Tambah lama, ibu-ibu yang datang bersama anak-anaknya semakin banyak. Rata-rata perempuan dan lebih besar dari Faqih. Anak lelaki Mbak Dharma ternyata juga datang, salah satunya bernama sama dengan Faqih, hihi… Jadi kalo manggil “Faqih”, yang noleh berdua. Akhirnya dikoreksi, “Faqih Besar dan Faqih Kecil”, hahaha….

Banyaknya anak seusia membuat Faqih jadi lupa aku. Dia asyik bermain dan aktif mengajak bermain, tentu saja berbahasa Inggris karena anak-anak Indonesia di sini rata-rata udah lancar cas cis cus Inggrisnya. Bahkan ketika Faqih mendatangiku, dia mengucapkan sesuatu dalam bahasa Inggris, “Mommy, I want to drink”.

Whaaa….. aku bahagia sekaliiii….

Ketika tak sengaja mendengar Faqih mengajak Faqih Besar bermain, Faqih pun mengucapkannya dalam bahasa Inggris, “Playing Hide and Seek again?”.

Hihihi, lucuuu….

Saat pengajian usai dan Faqih kuajak pulang, ia nampak keberatan meninggalkan teman-temannya. Rupanya waktu yg sebentar udah menautkan hatinya dengan teman-teman baru dan Faqih sangat menikmati berada di sekeliling mereka. Apa boleh buat Sayang, hari udah malam. Apalagi winter memang bikin malam jadi lebih panjang.

Ketemu udah kuncinya agar Faqih semakin lancar berbicara bahasa Inggris dan meningkatkan kemampuan bersosialisasinya. Semoga ini adalah awalan yang bagus, aamiiin….

Great job, Son…. Mommy prouds of you

.: Perkembangan Faqih di Sekolah :.

Tak terasa, Mas Faqih udah di term kedua kindergarten. Di awal term kedua ini, Angela, wali kelas Faqih, mengajakku berdiskusi secara nonformal tentang perkembangan Faqih di sekolah. Faqih masih belum mau bicara dengan guru dan teman, bermain pun lebih suka sendiri. Aku ceritakan bahwa hal ini juga terjadi di Indonesia, bukan hanya ketika di Melbourne. Sejak PAUD, Faqih bersikap demikian dan hingga saat ini kalo ditanya kenapa, jawaban Faqih sederhana ; Faqih ga suka sekolah, mau di rumah aja dengan Mama.

Soal bahasa mungkin jadi salah satu kendala Faqih belum mau bermain dengan teman. Hanya Thomas yang bisa klik dengan Faqih. Entah bagaimana cara mereka bermain tanpa berkomunikasi, tapi aku yakin bahwa Faqih sebenarnya mengerti apa yang temannya ucapkan, hanya masih sulit berucap. Waktu acara Mother’s Day, Ibunya Thomas sempat bilang ke aku, Thomas sering cerita bahwa Faqih adalah teman main Thomas di sekolah.

Akhirnya aku janji ke Angela, di rumah, aku dan Mas akan berusaha lebih intens lagi mengajaknya berkomunikasi dengan memakai bahasa Inggris. Angela juga memberikan saran serupa. Padahal, Faqih kalo di rumah kan ceriwis ya, kadang juga dalam bahasa Inggris ngomong ini itu. Heran kenapa di sekolah diam seribu bahasa. Cuma mengangguk dan menggeleng jika berkomunikasi. Diminta senyum aja susah. Aaaa….. Kasian jadinya membayangkan Faqih hanya membisu selama 6 jam di sekolah setiap hari.

Kemudian Angela menawarkan Faqih tetap berada di kindergarten tahun depan untuk memberinya zona nyaman. Mungkin dengan begitu, Faqih bisa lebih berkembang kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasinya. Tawaran yang dengan halus kutolak keesokan harinya setelah berdiskusi dengan Mas. Kami ingin Faqih melanjutkan ke tingkat selanjutnya sebagaimana normalnya, selain menjaga psikis Faqih, juga karena banyak pengalaman serupa dari teman di sini yang anaknya mengalami hal sama dan pada akhirnya bisa membuktikan bahwa kemampuan anak-anak Indonesia berbahasa Inggris ga kalah dengan anak bule ketika mereka di sekolah dasar (primary school) nanti. Memberikan kesempatan anak melanjutkan pendidikannya ke sekolah dasar berarti memberikan kesempatan padanya untuk berinteraksi lebih intens dengan teman dan guru di sekolah dari Senin hingga Jumat, tidak seperti di kinder yang hanya diikuti 3 hari dalam seminggu. Lagipula, sekolah di sini menyenangkan. Rata-rata anak Indonesia yang bersekolah di sini juga unggul dalam tes yang diadakan oleh sekolahnya.
Bismillah, semoga keputusan kami tepat untukmu, Faqih sayang.

Angela juga bertanya tentang gigi seri atas Faqih yang gigis, kapan terakhir cek ke dokter gigi dan hasil konsul dengan dokter. Untunglah bisa kujawab semuanya dengan bahasa yang semoga bisa dimengerti, hihi… Faqih sebelum berangkat udah ke dokter gigi dan ditambal. Untuk gigi yang gigis, insyaAllah akan tumbuh saat usianya 7 tahun ntar.

Beberapa hari setelah itu, aku dan Mas semangat bercasciscus bahasa Inggris dengan Faqih di rumah. Hasilnya mulai terlihat. Ada kemajuan sedikit demi sedikit dengan perkembangan berbicara Faqih. Tiga kalimat pertama Faqih adalah, “Are you okay?”, “Is everything okay?”, dan “What is it?”.
Alhamdulillah, terharu…
Semoga ke depannya semakin banyak kosakata Mas Faqih. Kata seorang senior di sini, dalam diamnya anak merekam. Aamiiin, insyaAllah, cepatlah mengerti dan berbicara Mas Faqih, agar semakin banyak engkau temukan ilmu yang bermanfaat di sini; Australia….

Posted from WordPress for Windows Phone

.: Adhek 28 Bulan :.

Tanggal 5 Mei lalu, adhek berusia 28 bulan alias 2 tahun 4 bulan. Tambah lucu menggemaskan dengan badannya yang montok dan tingkahnya yang luar biasa. Berat badannya jadi 14 kilogram bulan ini. Kadang aku dan mas jadi saling berpandangan dengan mimik muka bingung setelah adhek mempertunjukkan kebolehannya. Kemudian kami tertawa terpingkal-pingkal.

Adhek masih ASI. Hipno sebelum tidur malamnya udah rutin kulakukan tapi nampaknya hal itu belum berhasil. Aku juga setengah hati menyapih, ga tega. Trauma dengan tangisan Faqih dulu. Semoga, Weaning With Love itu bisa kami lalui bersama. Aamiin…

Banyak yang bertanya, adhek tambah bulat. Iyaa, maemnya banyak, sayur juga doyan, susu segar dicampur sedikit Milo hampir setiap hari diminum. Alhamdulillah… Kalo pas lagi susah maem, kuajak adhek nonton Octonauts, Postman Pat atau Mister Maker di channel TV anak; ABC 4 Kids. Kadang nonton Youtube dari tablet atau rekaman video dalam laptop. Biasanya setelah capek bermain, adhek tambah lahap maem.

Tiap Senin hingga Rabu, adhek kubawa mengantarjemput masnya. Sambil menuruni tangga flat, adhek akan bernyanyi menghitung 1-10 dalam bahasa Inggris atau menghafal huruf Hijaiyah. Adhek selalu senang duduk di stroller dan melihat tram, truk sampah maupun bus yang hilir mudik sepanjang jalan yang kami lewati.

Sampai di sekolah Faqih, adhek kadang pengen ikut sekolah juga. Mungkin tahun depan ya Nak, bisa masuk Playgroupnya. Kadang kubiarkan adhek melihat mainan dalam kelas Faqih. Kemudian kuajak bermain di plaground di samping Denzil Don ketika adhek enggan pulang. Pengen banget sekolah rupanya.

Di rumah pun sering adhek menarik tas sekolah Faqih sambil berkata, “Adhek oyah duyu yaa, dadaah, kuumm”. Artinya adhek sekolah dulu ya, dadah, Assalamualaikum. Padahal hari udah malam, hahaha..
Ketika kutanya, naik apa ke sekolah, diantar siapa, jawabannya lebih kocak lagi. “Naik tram, diantar Akung”, jawab adhek dengan polosnya. Hihi….
Ya Allah Kung, cucunya kangen.

Kemampuan motoriknya juga maju pesat. Udah bisa bermain seluncuran. Melewati halang rintang tanpa dibantu, memanjat pun berani. Aku acungi jempol untuk Pemerintah di sini yang menyediakan banyak sekali playground untuk anak.

Kapan ya Indonesia-ku tercinta bisa punya tempat bagus untuk anak begini…..

Posted from WordPress for Windows Phone

.: Berpetualang di Sovereign Hill, Ballarat :.

Awal Maret di penghujung summer, Mas Bayu sekeluarga ngajakin double date ke Ballarat. Ballarat itu kota kecil di negara bagian Victoria, sekitar 347 km jauhnya dari Melbourne. Kebetulan sedang libur panjang karena ada hari libur nasional, jadi yukkk…. Mari berangkat Minggu pagi pukul 10.

Perjalanan panjang ke sana hanya memakan waktu 2,5 jam karena melewati jalan tol di mana kecepatan mobil telah diatur; 100 km/jam. Whuuusss, kebayang kan gimana ngebut dan cepetnya kami melaju. Tapi nyaman banget berkendara di sini, ga terasa kayak ngebut karena semua kendaraan kecepatannya tuh konstan dan aspalnya mulus. Tiap lajur pun lebar-lebar. Yang unik sepanjang perjalanan kami adalah rambu bergambar kangguru, artinya kurang lebih agar pengendara berhati-hati karena di daerah ini kangguru masih berkeliaran. Wah aku dan Mas uda penasaran, akankah kami bertemu dengan hewan asli Australia ini di jalanan. Hihihi….

Sepanjang jalan yang kami lewati adalah padang rumput, perbukitan, peternakan kuda ato sapi. Berganti-ganti pemandangannya. Ada sungai yang membelah, kemudian bukit kapur. Anak-anak keliatan asyik, sampe ketiduran, hehe… Sekitar pukul 12 siang, kami memasuki kota Ballarat. Asli deh, sepinya ga ketulungan. Kupikir Melbourne tuh sepi, lha ternyata Ballarat lebih sepi. Yang nampak lalu lalang di jalan raya tengah kota bisa dihitung dengan jari. Tapi emang kotanya kereeennn… Bersih banget! Mungkin karena yang ngotorin alias manusianya juga jarang. Coles, supermarket gede itu cuma ada sebiji di kota ini, sepanjang yang kuliat.

Setelah beristirahat di taman bungan cantik depan gedung parlemen Ballarat dan nyari toilet, kami meluncur sekitar 15 menit ke objek wisata Sovereign Hill. Oya, Sovereign Hill ini dulunya merupakan perkampungan tambang emas pada tahun 1850-an. Sekarang uda ga ada lagi penambangannya, cuma tetap dilestarikan sebagai pengingat, bahwa dulu memang daerah ini terkenal akan kandungan emas murni 24k.

Mungkin karena besoknya adalah hari libur nasional, Sovereign Hill rame dikunjungi orang. Kami antre dulu untuk membeli tiket masuk. Lumayan juga harganya. Alhamdulillah banget ada concession untuk student, dapet diskon lumayan deh.

SavedPicture-2014417154236.jpg

Selesai urusan tiket, kami langsung disuguhi pemandangan ala perkampungan cowboy, hehe…. Gersang, panas, kering, berdebu pula. Alamak!! Mana ga bawa stroller untuk adhek pula. Pegel deh nanti ini, bakalan tak gendong ke mana-mana. Hehehe….

Ada andongnya juga, hihi

Ada andongnya juga, hihi

Untuk wisatawan, disediakan omprengan dari besi, kali aja pengen nyoba mendulang emas. Banyak niy bule-bule pada jongkok, ngaduk-aduk pasir dan air, penasaran pengen liat bijih emas itu kayak gimana. Aku jadi mikir, cuma objek wisata gini aja bisa dibikin terkenal yah, padahal aku yang lahir dan besar di Kalimantan Selatan dan terkenal dengan pendulangan intannya, belum pernah sekalipun berkunjung ke sono. Oh Indonesiaku, kamu jauh lebih indah….

Ayak terus sampe dapet emas

Ayak terus sampe dapet emas

Ada tenda-tenda untuk tempat pertemuan sepertinya. Kemudian ada rumah kecil banget dari kayu buat tempat tinggal pekerja tambang. “Hihi kayak begini mah, di Purwodadi juga banyaaakk”, komentar Mas Bayu yang segera kami iyakan.

Yang membuatku tertarik malah tenda warung ini, membayangkan para pekerja tambang zaman baheula kalo nongkrong-nongkrong di warung seuprit. Lucu yah….

Pas lagi keliling, kebetulan pukul 2 siang ada barisan tentara-tentaraan akan bersalvoria. Itu atraksi rutin untuk pengunjung. Salah satu petugas memintaku menjauh, karena aku menggendong adhek, karena mungkin akan berbahaya untuk indra pendengaran anak. Akhirnya aku, Mas dan anak-anak nonton dari kejauhan. Setelah mereka berbaris, hormat bendera dan bersalvo, pengunjung boleh meminta sesi foto bersama mereka. Kami yang lagi bingung nyari Mas Bayu sekeluarga jadi ikutan minta foto bareng juga ama tentara ramah ini, hahaha….

Oya, kebetulan banget jam segitu, ada atraksi di Pour Gold. Pengunjung bisa menyaksikan proses bagaimana emas batangan dibentuk. Dari serpihan, dibakar dengan pemanasan 6000 derajat Celcius hingga menjadi sebatang emas. Asyik banget! Setelahnya, ada tempat penjualan koin bersepuh emas. Aku dan Mas membeli satu koin, harganya AUD 12, bergambar kangguru. Lucu deh…

Menyusuri kota ini serasa membawa kita ke masa lalu. Bangunan-bangunan tua, restorannya yang juga nampak antik, bahkan toko souvenir pun keliatan masih seperti dulu dengan penjaganya yang berbusana gaun besar ala Little Missy (masih inget filmnya?). Aku dan Mbak Dewi, istri Mas Bayu, pengen banget bisa berfoto dengan gaun besar itu. Kapan lagi bisa bikin foto keluarga di sini. Tapi sayangnya, setelah memasuki studio foto tersebut, ternyata antrean sangat panjang. Kami diperbolehkan berfoto lain hari, tanpa harus membayar tiket masuk lagi. Oooo, kecewa deh. Ga mungkin ke sini cuma untuk foto, jauhnya itu lho. Lagian setelah melihat daftar harga yang terpampang, aku dan Mbak Dewi merasa beruntung, soalnya ternyata harus bayar lagi AUD 78. Masih belum net, ada tambahan charge  lain juga. Jyaaahh….. kirain gratis bo!

Ya sudahlah…..

Hari uda semakin siang, anak-anak kelaperan, apalagi bapak-bapak. Kami mencari tempat rindang di bawah pohon, persis di sebelah restoran. Ada meja kursi yang ditata untuk piknik. Tap water juga disediakan. Bekal keluar, tuker-tukeran dengan keluarga Mas Bayu, semua maem dengan lahap.

Selesai maem dan beristirahat sejenak, kami tuntaskan petualangan hari ini ke Gold Museum yang berseberangan dengan pintu masuk Sovereign Hill. Tiket ke museum ini uda sepaket dengan Sovereign Hill, jadi sayang kalo dilewatkan. Melewati Gift Shop dan mengagumi aneka souvenir yang harganya ga murah di sana uda cukup buatku.

Mari kita menuju ke Gold Museum. Di dalamnya kita bisa melihat sejarah Sovereign Hill, aneka koin emas, bermacam bijih emas lengkap dengan riwayatnya, dan ada pula bioskop untuk pengunjung yang ingin menyaksikan kisah Sovereign Hill. Bagus lho museumnya!

Faqih dan adhek betah di sini, padahal bagi sebagian kita yang berkeliling di museum Indonesia, mungkin membosankan ya. Tapi memang di sini, museum dikemas dengan apik dan membuat pengunjung betah.

Hingga akhirnya, sampailah kami di Gift Shop, again! Yah ngiler lagi deh. Hihi…. Mas beli gantungan kunci di sini. Lumayan lah, murah meriah, cuma AUD 7, untuk kenang-kenangan bahwa kami sekeluarga pernah bertandang ke Sovereign Hill.

Bye The Beautiful Ballarat!

.: Pengajian Aisyah Melbourne :.

Pengajian Aisyah untuk Farewell Mbak Kesi

Pengajian Aisyah untuk Farewell Mbak Kesi

Menjadi istri international student di sini ternyata emang enak, suasananya kondusif untuk belajar juga. Banyak sarana untuk menggali ilmu terutama ilmu agama, bekal kampung akhirat. Setelah halaqohku terkendala, akhirnya aku memutuskan bergabung dengan Pengajian Aisyah yang beranggotakan istri para mahasiswa dan beberapa mahasiswi yang sedang belajar di Melbourne.

Pertemuan yang hangat membuatku betah berada di antara mereka, saudari-saudari sebangsaku. Biasanya pengajian ini diadakan setiap 2 minggu sekali, bertempat di rumah anggota pengajian yang tentunya bersedia repot, hehe… Ga dink, ibu-ibu yang dapat rezeki ketempatan ini baik hati sekali, udah repot nyediain tempat, juga memasak aneka cemilan dan makan malam bagi teman-teman. MasyaAllah, hanya Allah yang dapat membalas dengan ganjaran pahalanya. Selain makanan yang yummie itu, pembicara yang dihadirkan pun asyik banget kajiannya. Udah kenyang, dapat banyak ilmu akhirat, ketemu teman-teman seperjuangan, siapa yang menolak coba, hehe….

Obrolan kami pun ga jarang masih berlanjut di forum whatsapp. Sampe akhirnya terbetik ide membuat blog yang akan menampung semua ide, usulan, hingga pikiran selayang pandang dan serba-serbi hidup di negeri asing yang muslimnya minoritas ini. Alamat blognya ada di http://PAisyah.melbourne@blogspot.com.au. Harapannya ide yang tumbuh dari sekelompok muslim di sini dan diabadikan dalam bentuk tulisan, sekecil apapun akan bermanfaat bagi negeri tercinta, Indonesia. Blog ini akan kami rawat bersama walaupun tentu bukan hal yang mudah mengingat anggota pengajian terdiri dari ibu-ibu dan mahasiswi padat aktivitas. Tapi tentunya ga akan menjadi penghalang besar demi memajukan Indonesia seperti yang kami impikan meski sumbangsihnya hanyalah sebait goresan pena. Aamiin….

Posted from WordPress for Windows Phone